Teungku Chik Di Tiro, Tokoh Penting Perlawanan Kolonialisme Di Aceh
Maret 21, 2019
Edit
Profil Teungku Chik di Tiro
Nama Lengkap: Teungku Chik di Tiro
Tempat Lahir : Cumbok-Lamlo, Tiro, Aceh
Tanggal Lahir : 1836
Wafat : Januari 1891
Ayah : Teungku Syekh Ubaidillah
Ibu : Siti Aisyah
Gelar : Pahlawan Nasional
Tempat Lahir : Cumbok-Lamlo, Tiro, Aceh
Tanggal Lahir : 1836
Wafat : Januari 1891
Ayah : Teungku Syekh Ubaidillah
Ibu : Siti Aisyah
Gelar : Pahlawan Nasional
Biografi Teungku Chik di Tiro
Teungku Chik di Tiro yakni tokoh penting dalam masa perang melawan kolonial Belanda. Ia lahir dengan nama Muhammad Saman pada tahun 1836 di Cumbok-Lamlo, Tiro, Aceh. Namanya harum sampai kini alasannya ia merupakan salah satu pahlawaan kecintaan masyarakat Aceh. Chik di Tiro merupakan keturunan dari pasangan Teungku Syekh Ubaidillah dan Siti Aisyah. Dari kecil ia sudah diajarkan pendidikan agama Islam oleh keluarganya.
Saat itu tidak ada sekolah formal menyerupai sekarang, jadi ilmu yang didapatkannya lebih banyak berasal dari lingkungan pergaulan. Ia memang dikenal sebagai anak yang suka berguru dan mendalami ilmu-ilmu baru. Ia dibesarkan pada periode dimana Belanda berusaha menaklukkan Aceh. Itu terjadi sekitar tahun 1873. Aceh Besar kala itu berhasil dikalahkan dan berada dalam kekuasaan kolonial. Sempat beribadah ke Mekkah dalam rangka menunaikan haji, ia berguru banyak ihwal cara-cara melawan kolonialisme dan imperialisme.
Saat kembali ke Aceh, Teungku Chik di Tiro tidak membuang kesempatan untuk mempertahankan tanah leluhurnya dari desakan pendatang. Ia menjadi pemimpin suatu pergerakan disana yang berakhir pada pecahnya pertempuran melawan Belanda. Pertempuran itu dikenal dengan sebutan Perang Sabil. Ia dan semua pasukan berhasil mengambil alih wilayah jajahan yang sebelumnya berhasil dikuasai musuh. Puncaknya pada Mei tahun 1881, ia dan pasukan berhasil menaklukkan benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong, dan beberapa kawasan penting lainnya.
Ada masa dimana penjajah merasa tertekan dengan perlawanan yang diberikan sampai mereka harus menggunakan seni administrasi Concentratie Stelsel. Ini yakni pertahanan dengan menciptakan benteng mengitari wilayah jajahan. Mereka tidak kehabisan akal. Cara yang lebih licik dipergunakan dan berhasil menciptakan sang satria meninggal dunia. Mereka meracun Teungku Cik di Tiro dengan masakan lewat pinjaman pekerja kerajaan. Ia menghembuskan nafas terakhir pada Januari 1891 di Benteng Aneuk Galong.
Jazadnya lalu dimakamkan di Indrapura, Aceh. Untuk menghargai dedikasinya sebagai seorang satria yang telah berjasa mempertahankan Tanah Air dari bangsa penjajah, ia mendapat penghargaan khusus dari pemerintah. Oleh pemerintah Tengku Cik di Tiro diangkat sebagai Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan. Pemberian gelar tersebut dilakukan pada 6 November 1973 sesuai dengan isi yang tercantum di dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 087/tk/tahun 1973.
Penghargaan Teungku Chik di Tiro
Demikian ulasan singkat biografipahlawan.com terkait tokoh penting Aceh sosok pahlawan Teungku Chik di Tiro. Semoga sanggup menunjukkan pandangan gres dan semagat kepada pembaca.
Penghargaan Teungku Chik di Tiro
- Pahlawan Nasional Indonesia, 1973
Demikian ulasan singkat biografipahlawan.com terkait tokoh penting Aceh sosok pahlawan Teungku Chik di Tiro. Semoga sanggup menunjukkan pandangan gres dan semagat kepada pembaca.