Lengkap Dongeng Dan Peran R.A. Kartini
April 29, 2019
Edit
Profil R.A. Kartini
Nama : Raden Adjeng KartiniTempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Wafat : 17 September 1904, Kab. Rembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pasangan: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Dikenal alasannya : Emansipasi wanita
Biografi R.A. Kartini
Sudah banyak yang mengupas kisah mengenai sosok Kartini, salah satu tokoh pendekar perempuan fenomenal dari Tanah Jawa, tepatnya di Jawa Tengah. Banyak penulis menuturkan perjalanan hidup dia yang menginspirasi lewat biografi, ibarat yang dilakukan oleh Sitisoemandari Soeroto dalam bukunya yang berjudul, ‘Kartini : Sebuah Biografi’. Dalam buku tersebut diterangkan mengenai silsilah keluarga Kartini, sisi kehidupan yang menjadi saksi usaha melalui tulisannya yang sarat akan kritik penyetaraan gender, nasionalisme yang menggugah hingga ke negeri Belanda. Kumpulan goresan pena kepada sahabat-sahabat penanya di Belanda maupun surat-surat yang pernah ia buat dirangkum Armijn Pane dalam sebuah buku berjudul, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’, yang juga merupakan salah satu tema surat yamg pernah dia tuliskan. Berikut pemaparan mengenai Biografi Kartini mulai dari perjalanan hidupnya, karyanya, semua yang bersangkutan mengenai Kartini, kontroversi gelarnya, serta keturunan Kartini yang masih hidup. Semuanya disadur dari buku dan beberapa sumber dari Internet. Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat ialah nama lengkap beliau. Ia dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya yang berjulukan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan seorang bupati Jepara. Kartini ialah keturunan ningrat. Hal ini bisa dilihat dari silsilah keluarganya. Kartini ialah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya berjulukan M.A. Ngasirah, putri dari NyaiHaji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini sanggup dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan sanggup ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit. Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada era ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Ayah Kartini pada mulanya ialah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah aristokrat tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan eksklusif Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini ialah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini ialah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan era ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak Kartini, Sosrokartono, ialah seorang yang pandai dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini berguru bahasa Belanda. Tetapi sesudah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah alasannya sudah bisa dipingit. Beliau bersekolah hanya hingga sekolah dasar. Ia berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak diizinkan oleh orangtuanya. Sebagai seorang gadis, Kartini harus menjalani masa pingitan hingga hingga waktunya untuk menikah. Ini merupakan suatu susila yang harus dijalankan pada waktu itu. Kartini hanya sanggup memendam keinginannnya untuk bersekolah tinggi.
Untunglah dia gemar membaca dari buku – buku, koran, hingga majalah Eropa. Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa .Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga mendapatkan leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah perempuan Belanda De Hollandsche Lelie. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judulMax Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder(Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Pikirannya menjadi terbuka lebar, apalagi sesudah membandingkan keadaan perempuan di Eropa dengan perempuan Indonesia. Sejak itu, timbullah keinginan dia untuk memajukan perempuan pribumi yang pada ketika itu berada pada status sosial yang rendah. Ia ingin memajukan perempuan Indonesia melalui pendidikan. Untuk itu, dia mendirikan sekolah bagi gadis – gadis di Jepara, alasannya pada ketika itu ia berdomisili di Jepara. Muridnya hanya berjumlah 9 orang yang terdiri dari kerabat atau famili.
Di samping itu, ia banyak pula menulis surat untuk teman-temannya orang Belanda. Salah satunya ialah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dalam surat itulah ia melampiaskan cita-citanya untuk menuntut persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan risikonya dimuat diDe Hollandsche Lelie, sebuah majalah terbitan Belanda yang selalu ia baca. Dari surat-suratnya, tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soalemansipasi wanita, tapi juga problem sosial umum. Kartini melihat usaha perempuan biar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan aturan sebagai pecahan dari gerakan yang lebih luas.
Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda alasannya tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada ketika itu menetapkan biar Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah mempunyai tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari Jepara ke Rembang mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah perempuan di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang sekarang dipakai sebagai Gedung Pramuka.
Kartini mempunyai seorang anak lelaki berjulukan Soesalit Djojoadhiningrat, yang dilahirkan pada tanggal 13 September 1904. Selang beberapa hari pasca melahirkan, Kartini tutup usia pada tanggal 17 September 1904. Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Untuk menghormati kegigihan beliau, didirikanlahSekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada tahun1912, kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut ialah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon ketika itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat pemanis surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima pecahan pembahasan untuk memperlihatkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi ide bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang membuat lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Sayangnya, banyak kontroversi bermunculan dikarenakan ketetapan Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia,melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.Bahkan lagu Ibu Kita Kartini yang diciptakan oleh W.R. Supratman menjadi salah satu lagu nasional. Hal ini menuai protes dari beberapa kalangan di Indonesia. Pengistimewaan Kartini terkesan pilih kasih dari Pahlawan perempuan Indonesia lainnya di banyak sekali belahan nusantara ibarat Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Maria Tiahahu, Rohana Kudus, yang beberapa diantara mereka berdasarkan para pengecam, telah ikut berperang eksklusif dengan para penjajah Belanda, dibandingkan Kartini yang hanya menulis. Namun, apa yang dikatakan Oov Auliansyah pada halaman (https://wikipahlawan.blogspot.com//search?q=biografi-ir-soekarno-presiden-pertama) ada benarnya, ia menyampaikan bahwa, “...Kartini telah berfikir perihal perssamaan gender di awal 1900. Berbicara perihal perempuan yg berhak menerima pendidikan selayaknya kaum laki-laki (laki-laki aristokrat & Belanda, SAAT itu diskriminasi cukup kuat).
Kartini melawan diskriminasi Belanda terhadap pribumi dan kesewenang-wenangan Belanda lewat suratnya kepada sahabat-sahabatnya di Belanda, risikonya bisa menggugah hati pemerintah Belanda dan membangun pendidikan di Jawa. Kartini ialah anak kaum bangsawan, bisa dibilang seorang borjuis kecil, tapi kemudian dia menentukan sendiri turun menjadi proletar.
Surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa, sehingga menjadikan simpati dari masyarakat Belanda dan menentang kebijakan-kebijakan dewan legislatif Belanda yg merugikan kaum pribumi Jawa...Kartini telah memikirkan perihal pendidikan kaum perempuan di masyarakat Jawa pada waktu itu yg terpaku dengan segala adat-adatnya yang kaku, seolah perempuan sudah tidak perlu pendidikan, bisa bahasa Belanda saja sudah cukup, kemudian tinggal menunggu dinikahi dan kemudian dimadu.Kartini telah memikirkan ini di awal 1900-an.
Bahkan ada yang menyangsikan gelar Kartini sebagai Pahlawan Nasional dikarenakan dia hanya menulis. Namun hal ini dibantah oleh beberapa pendapat dari halaman (https://wikipahlawan.blogspot.com//search?q=biografi-ir-soekarno-presiden-pertama" target="_blank">Soekarno tidak keliru menentukan Kartini sebagai Pahlawan Nasional…Surat Kartini jadi biasa bagi pembaca yang sudah mengenyam pendidikan. Coba dirimu di era pingitan atau 1890-an…Kartini memang bukan aktivis orang. Ia tak pernah berorasi. Juga tak punya Taman Siswa ibarat Ki Hajar Dewantara, tapi siapa yang menghubungi Oost en West untuk memulai lagi kerajinan tangan orisinil Hindia Belanda? Itu Kartini! Siapa yang menggelar bazar kerajinan PERTAMA orisinil Hindia Belanda hingga London memperhatikan batik nasional? Kartini! @AndiChamomile.
Siapa yang ngobrol soal “feodalisme” hingga selesai tahun 1900-an dan itu di balik dinding ruang pingitan? Kartini! FYI: setahuku hanya surat-surat Kartini yang komprehensif membicarakan itu semua. Aku gak ngomongin profil lho ya, bukan!...Pahlawan itu tidak harus angkat senjata dan menyelam di lautan pertempuran. Itu pertimbangan Soekarno...Kalau sampean bilang goresan pena Kartini biasa-biasa saja, sungguh saya harus bilang: Kamu harus (benar-benar) banyak baca!!! Pemimpin redaksi De Echo di Jogjakarta ketika itu hingga minta ortunya Kartini biar mau nulis buat rubrik khusus. Koran-koran Belanda itu ngemis goresan pena Kartini. Kartini sering nolak. Sampai-sampai ia harus pake anonim “Tiga Saudara” kalo nulis lho...kalau menilai goresan pena Kartini biasa-biasa saja, kau benar-benar harus banyak baca! Tanpa Kartini, dunia memang tahu Hindia Belanda. Tapi siapa sih yang tahu soal Koja kalau bukan dari reportase Kartini?Serius, Kartini tuh mereportase, dan bertitimangsa 1890-an. Ini soal sejarah Kepala Bumipuetra pertama di Indonesia…Kartini jadi pendekar alasannya ia meninggalkan tulisan. Tulisannya bukan pepesan kosong…Pemikiran Kartini jauh melampaui orang-orang di zamannya, bahkan aristokrat dan lelaki sekalipun http://t.co/3qHSxKHWkA...Kalau mewaspadai goresan pena karya Kartini ialah benar-benar dari Kartini, mungkin alasannya riset itu tidak tercantum nama Kartini sebagai penulisny... Kartini sering nulis. kadang disimpen di lemari. Saat KITLV datang, goresan pena Kartini disetorkan sendiri oleh ayahnya...Sangat disayangkan kalau masih ada yang menyangsikan kepahlawanan Kartini hanya alasannya ia risikonya dipoligami, padahal suaranya anti-feodal…Kalau mau baca barang sebentar tulisan-tulisan Kartini, niscaya terdiam. Perempuan sehebat ini tidak salah jikalau disebut Pahlawan Nasional!”
Berikut serba – serbi Kartini yang disadur dari sebuah halaman blog :
1) Majalah Kartini
"Kartini ialah majalah perempuan yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah Kartini pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat terkenal di Indonesia. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Kartini Group. Selain edisi cetaknya, ada pula edisi online nya."
2) Nama Universitas
Nama bu Kartini di jadikan nama salah satu Universitas di Surabaya, tepatnya di Jl. Raya Nginden No. 19-23 Surabaya, Jawa Timur. PTS ini berdiri semenjak tahun 1986, yang terletak di daerah Surabaya Timur dengan empat lantai. Kampus ini membuka aktivitas D3, S1, dan S2 yang mempunyai fakultas hukum, ekonomi, tehnik dan pariwisata.Walaupun namanya Universitas Kartini, tapi kampus ini tidak hanya untu perempuan saja.
3) Nama Film
R.A. Kartini ialah sebuah filmdramaperjuanganIndonesia yang diproduksi pada tahun 1984. Film yang disutradarai oleh Sjumandjaja ini dibintangi antara lain oleh Yenny Rachman, Bambang Hermanto dan Adi Kurdi. Film ini mengisahkan perihal usaha R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak kaum perempuan Indonesia yang pada ketika itu masih belum disetarakan dengan hak-hak kaum laki-laki dalam hal mendapatkan pendidikan dan sebagainya (emansipasiwanita).
4) Nama Museum
Jika anda tiba ke Kota Jepara jangan lewatkan untuk mampir ke Museum R.A.Kartini yang berada di tengah-tengah jantung Kota Jepara, Jalan Alun-alun No.1 Jepara sebelah barat daya Pendapa Kabupaten Jepara. Lokasinya memang sangat strategis, persisnya sebelah timur Kantor Pusat Pemerintahan Kabupaten, sebelah selatan Alun-alun dan Masjid Besar, sebelah barat Kodim Jepara dan sebelah utara shopping centre ( Pusat Perbelanjaan ).
Museum R.A.Kartini sendiri didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 atas usulan wakil-wakil rakyat Jepara dan didukung pinjaman dari mantan Presiden Soeharto, pada era Jepara dipimpin oleh Bupati Suwarno Djojo Mardowo, S.H. dan diresmikan pada tanggal 21 April 1977 sempurna seabad peringatan R.A.Kartini oleh Bupati Jepara, Sudikto S.H. Museum ini didirikan sebagai penghargaan terhadap R.A.Kartini perintis emansipasi Wanita Indonesia.Dan ketika ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Pemda kabupaten Jepara.
Museum R.A.Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi, dengan luas bangunan 890 meter persegi yang terdiri atas beberapa gedung. Selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun kakaknya R.M.P. Sosrokartono, juga menyimpan benda-benda kuno peninggalan sejarah dan budaya hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara.
5) Nama Pantai
Obyek Wisata Pantai Kartini terletak 2,5 km ke arah barat dari Pendopo Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di kelurahan Bulu kecamatan Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan.
Berbagai sarana pendukung ibarat dermaga, sebagian aquarium Kura-kura, motel, permainan bawah umur (komedi putar, mandi bola, bahtera arus), dan lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Suasana di sekitar pantai yang cukup sejuk memang memperlihatkan kesan tersendiri buat pengunjung, sehingga tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga atau aktivitas santai lainnya.
Pantai Kartini menduduki peringkat pertama apabila dilihat dari jumlah pengunjungnya. Hal ini alasannya pantai Kartini yang mempunyai luas sekitar 3,5 hektar ini mempunyai potensi alam berupa pemandangan pantai yang indah, ombak yang kecil dengan pasir putihnya, serta topografi pantai yang landai. Selain sanggup menikmati indahnya pantai Kartini, kita sanggup juga menikmati naik bahtera atau kapal motor menuju pulau Panjang atau pulau Karimunjawa. Sementara disekitar pantai Kartini kita sanggup menikmati banyak sekali fasilitas.
6) Nama Penghargaan
Kartini Award ialah kegiatan tahunan organisasi yang dibuat pada tahun 1995, bagi para perempuan yang telah melaksanakan hal-hal inspiratif dalam kehidupannya. Tahun ini ada 7 perempuan inspiratif yang mendapatkan penghargaan WITT-Kartini Award 2014.
7) Nama Jalan di Belanda
*Utrecht: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang memakai nama tokoh usaha lainnya ibarat Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
*Venlo: Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk 'O' di daerah Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanitaAnne Frank dan Mathilde Wibaut.
*Amsterdam: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya ialah nama-nama perempuan dari seluruh dunia yang punya donasi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
*Haarlem: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan eksklusif tembus ke jalan Chris Soumokilpresiden kedua Republik Maluku Selatan.
Berikut bukti mengenai jejak keturunan Kartini
Tulisan ini disadur dari sebuah halaman blog mengenai hal yang bersangkutan :
“……. yang menggerakkan saya untuk menulis artikel ini ialah alasannya saya telah menikah selama hampir 7 (tujuh) tahun dengan salah satu keturunan RA. Kartini dan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang bupati dari Rembang. Yuppp.. ibarat model keluarga Jawa pada umumnya, pertemuan keluarga rutin diadakan tiap bulan di rumah keturunan Beliau. Apalagi menjelang tanggal 21 April ibarat ini, biasanya akan dikirimkan utusan keluarga dari banyak sekali daerah untuk khusus nyekar ke makam Beliau di Rembang……..” ;
Ketika tengah mencari info perihal silsilah dan keturunan R.A. Kartini, kami temukan paragraf di atas yang merupakan petikan dari alamat situs http://mubarika-darmayanti.com/1303/ra-kartini-1001-perempuan-yang-berpengaruh-di-dunia-sosialmedia/ . Ya, Mubarika Darmayanti seorang blogger Indonesia mengaku bahwa dia telah menjadi pecahan keluarga besar R.A. Kartini semenjak 7 tahun yang lalu. Menilik beberapa temuan yang ada, kami rasa Mubarika Darmayanti bukanlah seorang pembual.
Dari sumber artikel ke [2] yang menceritakan kepada kita sedikit kisah perihal Singgih/ RM Soesalit (keturunan semata wayang dari R.A Kartini) sebagai berikut : “… RM Soesalit pernah menjabat sebagai Panglima Divisi III/ Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang ( periode 1 Oktober 1946 – 1 Juni 1948) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. RM Soesalit menikahi Gusti Bendoro A.A Moerjati, putri Susuhunan Paku Buono IX dan mempunyai dua putri yaitu R.A Srioerip dan R.A Sri Noerwati (putra pertama meninggal dan istri RM Soesalit meninggal ketika melahirkan putri kedua). Dalam perjalanan waktu, RM Soesalit memperistri Ray. Loewiyah Soesalit DA dan mempunyai Putra tunggal, yaitu : RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu RA Kartini) yang menikahi Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. Dari kesepakatan nikah itu dikarunia 5 orang anak (cicit dari R.A Kartini) yakni: RA. Kartini Setiawati Soesalit, RM. Kartono Boediman Soesalit,RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit. Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat sendiri meninggal di sebuah ruangan di bangsal Pavilliun Rumah Sakit RSPAD pada 17 Maret 1962, sempurna jam 05.30 WIB, di makamkan di desa Bulu, Rembang akrab dengan makam ibundanya RA Kartini. Tepat tanggal 21 April 1979, alm Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat menerima anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan Bintang Gerilya… ”
Itulah salah satu bukti bahwa hingga ketika ini masih ada keturunan/keluarga orisinil dari Raden Ajeng Kartini.
“Bangsa yang besar ialah bangsa yang tahu menghargai jasa-jasa para pahlawannya.”
“Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu - (R.A Kartini).”
“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus jelas cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan insan serupa alam. - R. A. Kartini ”
“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya. - R. A. Kartini.”
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata "Aku tiada dapat!" melenyapkan rasa berani. Kalimat "Aku mau!" membuat kita gampang mendaki puncak gunung. - R. A. Kartini.”
“Dan biarpun saya tiada beruntung hingga ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, alasannya jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri. - R. A. Kartini”
Penghargaan R.A. Kartini
- Tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
- Setiap tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini
- Namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota di Belanda. Seperti di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem
Seperti itulah ulasan biografi R.A. Kartini tokoh pendekar kemerdekaan ide para perempuan dari Jepara yang sempat BiografiPahlawan.com bagikan kepada pembaca. Semoga dengan hadirnya biografi diatas sanggup membantu pembaca dalam mengenal lebih dalam sosok R.A. Kartini.
Sumber :
Sumber :
Jeparadise.org. “Mencari Jejak Keturunan R.A. Kartini”. 26 Oktober 2014.
http://www.jeparadise.org/mencari-jejak-keturunan-r-a-kartini/
Merdeka.com. “Mengenang Kartini lewat foto-foto lama”. 23 Oktober 2014.
http://www.merdeka.com/foto/khas/180818/mengenang-kartini-lewat-foto-foto-lama-007-debby.html
Wikipedia. “Kartini”. 26 Oktober 2014.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
1991. Album 90 Pahlawan Nasional dan Sejarah Perjuangannya. Jakarta : Bahtera Jaya.