10 Fakta Mengejutkan Perihal Sosok R.A Kartini Yang Perlu Diketahui
Maret 03, 2019
Edit
BiografiPahlawan.com - Siapa yang tidak kenal dengan sosok Kartini, pendekar perempuan Indonesia yang dikenal sebab perjuangannya dalam menjunjung hak-hak perempuan di Indonesia pada jamannya. Bahkan hari kelahirannya sengaja diperingati tiap tahunnya. Kartini merupakan sosok perempuan yang tidak kenal lelah dalam berjuang meski menempuh banyak tantangan oleh keluarga dan lingkungannya.
Beberapa fakta perihal sosok kartini di bawah ini merupakan hal yang harus kau ketahui supaya menambah wawasanmu mengenai beliau. Mengapa dan bagaimana kehidupannya ketika ia dulu tengah berjuang diantara keterbatasan yang ia miliki.
Berikut 10 Fakta Menarik Seputar Raden Adjeng Kartini yang Perlu Diketahui
1. Merupakan Pahlawan yang Kontroversial
Perjuangan Raden Adjeng Kartini sanggup diketahui bukan melalui bukti sejarah yang valid. Namun hanya lewat bukunya yang berjudul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku tersebut berisi surat-surat kartini yang disusun oleh J.H Abdendanon dalam Bahasa Belanda. Sebenarnya ada 150 surat di buku tersebut, tapi tidak semua ditampilkan sebab banyak juga yang sifatnya sangat sensitif. Namun pada hasilnya buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan menampilkan 100 surat. Ada 53 surat yang ditujukan untuk sahabatnya, Rosa Abendanon dan suaminya. Perempuan kelahiran Jepara, Jawa Tengah ini dianggap sebagai pendekar kontroversial, sebab para sejarahwan mewaspadai buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Soalnya, tidak ada bukti surat-surat Kartini.
2. Mampu Berbahasa Belanda
Sebagai seorang perempuan yang pada jamannya sangat sulit bersekkolah kartini sangatlah mahir dalam memakai Bahasa Belanda. Padahal ia hanya mengenyam pendidikan dasar di sekolah bawah umur Belanda dan darah biru pribumi. Keahlian berbahasanya dia peroleh dari ketekunan dan keuletannya dalam membaca buku dan berguru melalui menulis surat.
3. Tidak Menyukai Feodal Jawa
Kartini merupakan keturunan darah biru dari darah biru ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan Bupati Jepara. Ibunya, Ngasirah cuma seorang selir, sebab berasal dari rakyat jelata. Menurut hukum feodal Jawa, ia wajib memanggil ibunya “Yu” yang berasal dari kata “Mbakyu” (kakak perempuan). Sedangkan, ibunya memanggil Kartini “Ndoro” (panggilan untuk darah biru Jawa). Jika Ngasirah lewat di depan Kartini, ia harus berjalan membungkuk. Jika Kartini duduk di kursi, ibunya harus duduk di lantai. Kartini cuma boleh memanggil ibu kepada ibu tirinya, Raden Ayu Moeryam yang merupakan keturunan raja Madura. Karena hukum yang menurutnya tidak masuk logika itu ia sangat benci dengan tata cara hidup feodal jawa dan meninggalkan kebiasaan itu.
4. Sering di Bully di Sekolah serta Dikurung di Rumah
Walaupun keturunan darah biru Kartini juga kerap menghadapi diskriminasi dan cemooh dari guru-guru Belanda. Ia dihina dan di bully sebab merupakan bangsa berkulit cokelat. Selain itu meski berprestasi ia tidak akan pernah mendapat nilai yang baik. Kartini juga dipingit dan hanya dikurung di rumah untuk menunggu laki-laki meminangnya. Namun ia terus saja berguru dan mengenal wawasan mengenai emansipasi perempuan di Eropa.
5. Rela di Poligami Demi Ayahnya
Meski tidak bahagia dengan poligami yang terjadi pada ibunya, Kartini bahkan harus mengalami nasib yang serupa dengan ibunya, Karena keinginan ayahnya pada usianya 24 tahun, Kartini terpaksa bersedia dinikahi darah biru yang mempunyai dua selir, yaitu Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Soalnya, sang ayah ingin Kartini menikah, ditambah lagi kondisi kesehatan ayahnya sudah semakin memburuk.
6. Setuju Menikah Asal Bisa Berjuang untuk Perempuan
Persetujuannya untuk menikah ternyata tidak gratis. Meski bersedia dijodohkan asal ayahnya menyetujui sejumlah syarat. Yaitu, ia harus diperbolehkan mendirikan sekolah untuk bawah umur perempuan, diperbolehkan mengajar, dan boleh menggapai cita-citanya untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Kartini juga menolak ritual cium kaki suami yang merupakan hukum upacara ijab kabul feodal Jawa. Ia menganggap tradisi itu merendahkan perempuan.
7. Sangat Dikagumi Oleh Istri Raden Adipati Djojo Adiningrat
Ternyata, Raden Adipati Djojo Adiningrat menikahi Kartini sebab seruan istrinya, Sukarmilah sebelum meninggal. Sukarmilah mengagumi Kartini dan pemikiran-pemikirannya. Makanya, ia berpesan kepada suaminya supaya menikahi Kartini. Hal tersebut dilakukan supaya bawah umur mereka mendapat pendidikan yang baik.
8. Seorang Pebisnis
Selain mendirikan sekolah Kartini juga punya jiwa bisnis dan mendirikan sebuah bengkel ukir kayu untuk para cowok di Rembang. Usaha kayunya ini sangat sukses dan banyak membantu warga Jepara. Meski perempuan pada zamannya sangatlah terbatas pergerakannya namun Kartini mengambarkan yang sebaliknya.
9. Museum Kartini Didirikan di Jepara
Karena banyak jasa dan perjuangannya di Jepara yaitu daerah kelahirannya didirikanlah Museum R.A Kartini yang didirikan pada 30 Maret 1975, di masa pemerintahan Soewarno Djojomardowo. Isi dari museum ini yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Kartini semenjak tinggal di Jepara.
10. Wafat di Usia Muda yaitu 25 Tahun Setelah Melahirkan
Meski banyak berjuang namun perjuangannya tidak sanggup panjang sebab ia meninggal di usia muda yaotu 25 tahun. Ia meninggal sebab melahirkan. Dari hasil pernikahannya dengan Raden Adipati Djojo Adiningrat, Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki berjulukan Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Itulah beberapa fakta perihal sosok Kartini, Terima kasih semoga bermanfaat.