Sultan Ageng Tirtayasa, Tokoh Pemerjuang Kesejahteraan Rakyat Banten
Maret 20, 2019
Edit
Profil Sultan Ageng Tirtayasa
Alias : Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah | Sultan Ageng Titayasa
Agama : Islam
Tempat Lahir : Banten
Tanggal Lahir : 1631
Meninggal: 1695, Jakarta
Meninggal: 1695, Jakarta
Warga Negara : Indonesia
Gelar : Pahlawan Nasional
Biografi Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa ialah seorang Pahlawan Nasional dari provinsi Banten. Pria kelahiran 1631 ini merupakan putra dari seorang tokoh populer berjulukan Sultan Abdul Ma’ali Ahmad. Ayahanda merupakan Sultan Banten yang menjabat selama tahun 1640 – 1650. Ada banyak jasa besar yang telah diberikan terhadap Indonesia, khususnya rakyat Banten. Salah satunya ialah ia secara gamblang menyuarakan penentangan terhadap VOC sebab perjanjian monopoli dagang yang mereka terapkan dinilai merugikan bagi rakyat setempat.
Ia juga mendapat predikat sebagai Pangeran Surya. Di masanya, ia juga sangat getol berperan dalam penyebaran dan perkembangan Agama Islam. Ia ingin biar supaya Banten punya Kerajaan Islam. Ada banyak cara yang dilakukan untuk hingga pada tujuan tersebut, contohnya saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Caranya ialah dengan menciptakan sawah-sawah gres serta memperbaiki irigasi. Selain aktif dalam bidang ekonomi, ia juga berpartisipasi aktif dalam bidang keagamaan.
Salah satu kebijakan yang diambil ialah mengangkat Syekh Yusuf sebagai Mufti Kerajaan. Syekh Yusuf ialah seorang ulama yang berasal dari Makassar. Oleh Tirtayasa, ia diberikan kiprah untuk menjadi penasehat dalam bidang keagamaan untuk pemerintah. Pengembangan agama digalakkan mulai dari lingkungan kesultanan, hingga ke pondok-pondok pesantren. Tak hanya itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga sangat menghargai ilmu pendidikan.
Ia melaksanakan aneka macam upaya supaya Islam dan ilmu pendidikan bisa berkembang secara beriringan di pemerintahan yang dipimpinnya. Daya tariknya terhadap bidang keilmuan bisa dilihat dari kemampuannya dalam menciptakan perencanaan wilayah, tata kelola air, serta egaliter. Ia juga berusaha untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak di luar pemerintahan supaya bisa saling membantu antara satu sama lain.
Banten punya hubungan baik dengan Cirebon, Makasar, Bangka, dan Indrapur. Ia terus menjalankan semua tujuan aktual yang telah digagas sebelum jadinya ditangkap pada 1683. Ia pun lalu dijebloskan ke dalam penjara yang berada di jakarta. Akhir dongeng hidupnya dihabiskan disana. Setelah meninggal, ia dibawa kembali ke banten untuk dimakamkan. Untuk mengenang jasanya, ia pun mendapat gelar Pahlawan Nasional dari pemerintah.