Dr. Wahidin Soedirohoesodo, Tokoh Di Balik Terciptanya Kebijaksanaan Utomo
Maret 11, 2019
Edit
Profil Wahidin Soedirohoesodo
Profesi : Dokter
Tempat Lahir : Mlati, Sleman, Yogyakarta
Tanggal Lahir : Rabu, 7 Januari 1852
Meninggal : 26 Mei 1917 (umur 65)
Makam : Taman Makampahlawan Mlati Sleman
Zodiac : Capricorn
Warga Negara : Indonesia
Biografi Wahidin Soedirohoesodo
Wahidin Soedirohoesodo yaitu Pahlawan Nasional Indonesia yang punya tugas penting dalam berjalannya organisasi Budi Utomo. Ia mungkin tidak secara pribadi menjadi pendiri organisasi tersebut, namun ia yaitu salah satu penggagasnya. Banyak hal yang telah dilakukan oleh organisasi hasil bentukan pelajar School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen ini. Wahidin Soedirohoesodo lahir pada 7 Januari 1852. Pria berdarah Sleman, Yogyakarta ini sempat mengenyam pendidikan SD di Yogyakarta.
Setelah tamat, ia lantas melanjutkan pendidikan di Europeesche Lagere School. Baik sekolahnya yang kini dan sebelumnya sama-sama berada di Yogyakarta. Setelah selesai dari sana, ia kembali melanjutkan sekolah di sekolah dokter. Pada jamannya, sekolah yang berjuluk STOVIA tersebut merupakan salah satu sekolah bergengsi dimana banyak pendekar kita juga sempat mengenyam pendidikan disana.
Sudirohusodo sangat suka bercengkerama dengan masyrakat biasa. Itulah mengapa banyak orang sangat cinta kepadanya. Dari sana ia juga berguru bahwa hidup rakyat biasa tidak seenak mereka yang berada di atas. Ia mulai berguru untuk memahami nasib rakyat yang tertindas oleh pemerintahan kolonial. Ia menekankan bahwa untuk bebas dari belenggu penjajahan, rakyat harus lebih cerdas. Salah satu caranya yaitu melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Setelah menamatkan studi dan berhasil menjadi dokter, ia menggunakan keahliannya tersebut untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Ia dengan sukarela mengobati rakyat tanpa meminta imbalan. Selain punya keahlian medis, Wahidin Soedirohoesodo juga ternyata sangat menyukai seni suara. Ia bahkan sanggup memainkan gamelan dengan baik. Selain itu, ia aktif untuk bertemu tokoh-tokoh masyarakat dari aneka macam kawasan di Pulau Jawa. Pertemuan tersebut tidak hanya temu kangen semata, tapi ia mengajak para tokoh untuk menyisihkan uang agar sanggup membantu rakyat yang membutuhkan sekolah. Namun usahanya tersebut tidak mendapat sambutan hangat dari para tokoh.
Ia tak patah arang, berikutnya ia mengajak pelajar dari STOVIA untuk mendirikan organisasi agar sanggup membantu rakyat kecil mengenyam pendidikan yang lebih baik. Puncaknya, Sutomo beserta beberapa rekan lainnya mendirikan organisasi berjulukan Budi Utomo. Organisasi yang didirikan pada 20 Mei 1908 merupakan organisasi penting bagi usaha rakyat Indonesia. Mengingat pentingnya organisasi tersebut, 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sudirohusodo meninggal 26 Mei 1917, jenazahnya dikebumikan di kampung halaman Yogyakarta, tepatnya di desa Mlati.
Pendidikan Wahidin Soedirohoesodo
- Sekolah Dasar di Yogyakarta
- Europeesche Lagere School di Yogyakarta
- School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA)
Karir Wahidin Soedirohoesodo
- Dokter