Tatkala Flora Berkeringat


Meski seringkali tidak dihiraukan, atau “dipandang sebagai sesuatu yang sudah biasa ada di kebun”, ternyata terdapat rancangan tepat pada setiap milimeter persegi luasan yang membentuk helaian daun. Tanpa kehebatan dan kesempurnaan di setiap penggalan terkecilnya, flora takkan mungkin hidup, apalagi melaksanakan tugas teramat pentingnya dalam ekosistem di bumi.

Tumbuhan, termasuk dedaunan di dahannya, dan sebongkah kerikil mencapai tingkat panas yang berbeda meskipun keduanya diterpa panas matahari dengan jumlah dan rentang waktu yang sama. Yang jelas, flora dan dedaunannya akan tetap lebih hambar ketimbang kerikil tersebut. Selain itu, setiap benda di alam ini mengalami imbas jelek kalau terlalu usang terkena pancaran sinar mentari, termasuk badan manusia. Makara apa yang mengakibatkan flora tidak terlalu terpengaruh oleh sengatan panas sang surya? Bagaimana flora bisa mengatasi hal ini? Mengapa dedaunan di dahan flora tidak terpanaskan dan layu mengering meski sepanjang hari diterpa panas di demam isu panas atau kemarau?

Tumbuhan yang terus-menerus diterpa sinar matahari secara alamiah memerlukan lebih banyak air dibanding makhluk lain. Tumbuhan pun terus-menerus kehilangan air akhir penguapan air melalui daunnya. Guna mencegah kehilangan air ini, permukaan luar penggalan atas dedaunan, yang senantiasa mengarah ke matahari, umumnya tertutupi lapisan lilin kedap air yang dikenal sebagai kutikel. Dengan cara ini, penguapan air di permukaan atas daun sanggup dicegah.

Tapi bagaimana halnya dengan permukaan bawah daun, yang merupakan kawasan terjadinya penguapan air pada tumbuhan? Di permukaan ini terdapat pori-pori yang biasa disebut stoma (jamak: stomata), yang berfungsi sebagai pintu keluar masuknya gas-gas. Membuka dan menutupnya pori-pori mengatur keluarnya gas oksigen (O2) dan masuknya gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah cukup oleh tumbuhan. Meski insiden ini juga mengakibatkan penguapan air dari dalam tumbuhan, namun tidak hingga mengakibatkan flora kehilangan air dalam jumlah besar. Tidak mengherankan kalau dedaunan pun tetap lembap dan tidak layu, apalagi menjadi kering. Proses penguapan air dari daun ke udara secara terkendali ini menyerap panas dari penggalan badan tumbuhan, termasuk daun. Akibatnya flora pun mengalami proses pendinginan. Inilah yang disebut sebagai perspirasi (atau ‘berkeringat’) pada tumbuhan.

Letak pori-pori yang kebanyakan berada di permukaan bawah daun yaitu hal menarik lainnya yang perlu dicermati. Keberadaannya di penggalan bawah permukaan daun mengakibatkan imbas berbahaya sinar matahari sanggup ditekan serendah mungkin. Jika pori-pori memenuhi permukaan penggalan atas daun, maka pori-pori akan diterpa sinar matahari dalam waktu yang lama. Dalam keadaan ini, pori-pori akan terus-menerus mengeluarkan air dalam jumlah besar untuk mencegah flora mati alasannya panas. Akibatnya, alasannya terlalu banyak kehilangan air, tumbuhan justru akan layu dan mati. Allah, yang telah membuat segala sesuatu secara tepat dan lengkap, membuat pori-pori dengan letak yang tepat dan rancangan yang khas bagi tumbuhan sehingga mencegahnya dari ancaman akhir kehilangan air.

Tapi ada satu pertanyaan lagi, meskipun pori-pori mengatur penguapan air secara terkendali dalam jumlah terbatas, lama-kelamaan air yang dikandung flora mestinya akan habis juga, tapi mengapa ini tidak terjadi? Mengapa tumbuhan, khususnya dedaunan, tetap mengandung air meskipun kehilangan air secara terus-menerus akhir penguapan pada daun? Ini berarti ada perangkat dan proses lain pada flora yang berfungsi menyediakan air sebagai ganti air yang hilang tersebut, selain air yang untuk dipakai dalam proses biokimiawi di dalam flora itu sendiri. Begitulah, hal ini pun telah diperhitungkan. Air dari dalam tanah diserap akar dan dialirkan oleh pembuluh kayu ke seluruh penggalan tumbuhan, termasuk daun yang berada di penggalan paling ujung atau pucuk ranting tanaman. Pepohonan di hutan seluas seribu meter persegi bisa melepaskan 7,5 ton air dalam bentuk uap air ke udara. Layaknya pompa air raksasa, pohon menyerap air dari dalam tanah, mengalirkan melalui akar, batang dan daunnya, kemudian mengirimkannya ke atmosfer dalam bentuk uapan. Hal ini penting pula untuk menjaga keseimbangan kadar air di atmosfer.

Terdapat perincian sangat cermat hingga seluk-beluknya yang terkecil dalam struktur pori-pori ini, yang telah dirancang dengan mempertimbangkan semua dampak perubahan lingkungan luar. Kita semua tahu bahwa kondisi lingkungan luar berubah terus-menerus dalam hal kelembaban, suhu dan kualitas udara, dan sebagainya Tetapi pori-pori daun sanggup melaksanakan adaptasi terhadap semua imbas ini.

Sistem dalam tumbuh-tumbuhan ini, menyerupai juga banyak sekali sistem lainnya, sanggup berfungsi hanya kalau semua bagiannya ada sekaligus secara bersamaan. Karenanya, jelaslah mustahil pori-pori tumbuhan muncul melalui insiden yang tak disengaja secara evolusi (atau berangsur-angsur, penggalan demi bagian). Allah membuat pori-pori dengan strukturnya tersendiri, dan merancangnya secara khusus biar sanggup menjalankan fungsinya bagi tumbuhan, maupun bagi keseimbangan kadar air di atmosfer.




Insigt-Magazine edisi 6


--o0o--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel