Mencari Kehidupan Di Planet Mati

Angkasa luar ialah ruang hampa tak bertepi. Hingga kini, rahasianya masih tak terungkap oleh ilmu pengetahuan. Di dalamnya terdapat tatanan tepat berupa miliaran galaksi, bintang, planet, komet, asteroid serta awan gas dan debu. Semua benda langit ini bergerak bersama dengan keselarasan sempurna. Galaksi Bima Sakti merupakan salah satu deretan bintang raksasa yang di dalamnya terdapat Tata Surya kita. Marilah kita pelajari bersama tatanan maha luas ini dari satu ujung ke ujung lainnya:
Pluto
Inilah planet yang terjauh dari matahari. Alamnya yang berbatu sungguh hambar luar biasa. Dengan suhu permukaan sekitar -238 OC, atmosfer tipis planet ini berupa bongkahan es yang mati. 
Neptunus
Inilah satu lagi planet beku dengan suhu permukaan -218OC. Atmosfernya yang terdiri atas gas hidrogen, helium dan metana ialah beracun bagi kehidupan. Kandungan tinggi metana beracun menjadikan atmosfernya berwarna biru. Inilah dunia mematikan yang dipenuhi topan andal berkecepatan 2000 kilometer per jam. 
Uranus
Planet mati ini sebagian besarnya tersusun atas kerikil dan es. Perlu waktu 84 tahun bumi bagi Uranus untuk mengelilingi matahari. Atmosfer hidrogen, helium, dan metananya sungguh mematikan bagi kehidupan. 
Saturnus
Inilah planet terbesar kedua di Tata Surya. Saturnus dikenal dengan susunan cincin yang mengitarinya. Cincin ini terdiri atas gas, bebatuan dan es. Planetnya sendiri secara keseluruhan tersusun atas gas: 75% hidrogen dan 25% helium. Kerapatan planet ini lebih rendah dari air. 
Jupiter
Sebagai planet terbesar dalam Tata Surya, Jupiter merupakan planet gas berukuran 318 kali lipat lebih besar dari bumi. Terdapat bintik merah besar pada permukaannya, yang merupakan sebuah topan raksasa yang cukup untuk menelan dua planet Bumi kita. Tak dijumpai daratan pada permukaannya. Suhu Jupiter hambar luar biasa. Terdapat topan besar yang berlangsung ratusan tahun, serta medan magnet yang sanggup membinasakan makhluk hidup apa pun. Planet yang mengerikan dan angker ini mempunyai bulan yang dipenuhi oleh gunung. Bulan ini dinamakan Io. Io menjadi semacam generator listrik selama bergerak melintasi medan magnet Jupiter, dan bisa membangkitkan tegangan listrik 400.000 volt di antara dua kutubnya. 
Mars
Atmosfer Mars bersifat racun dengan kandungan karbon dioksida tinggi. Permukaannya penuh dengan kawah akhir tumbukan meteor, serta ngarai sepanjang ratusan kilometer. Mars merupakan bola kerikil merah yang diliputi angin kencang dan topan pasir yang berlangsung berbulan-bulan. 
Venus
Planet ini tidaklah hambar membeku menyerupai planet lainnya. Sebaliknya, Venus ialah pemanggang raksasa dengan suhu panas membakar. Suhu permukaannya yang mencapai 450OC cukup untuk melelehkan timbal. Venus mempunyai atmosfer berat yang tersusun atas lapisan tebal karbon dioksida. Tekanan atmosfer planet ini setara dengan tekanan di Bumi pada kedalaman satu kilometer di bawah laut. Atmosfernya diliputi lapisan-lapisan asam sulfat berketinggian ribuan meter. Karenanya, planet ini selalu diguyur hujan asam mematikan. Tak ada yang sanggup hidup dengan atmosfer semacam itu. 
Merkurius
Planet ini berada paling erat dengan matahari. Merkurius berputar amat lambat pada sumbunya. Siang dan malamnya yang amat panjang mengakibatkan belahan yang menghadap matahari menjadi merah membara, sedang belahan yang lain membeku. Lingkungan semacam itu akan mematikan segenap makhluk hidup.
Demikianlah, delapan dari sembilan planet di Tata Surya kita, dan seluruh 53 bulannya, tidak bisa menyokong kehidupan. Masing-masing ialah planet mati, bola kerikil dan gas yang membisu. Namun, ada satu planet dalam Tata Surya yang belum kita amati. Planet ini sungguh berbeda dengan yang lain. Ini alasannya ialah semua sifatnya, dari atmosfer sampai susunan permukaannya, dari suhu sampai medan magnetnya, dan dari unsur pembentuk sampai jaraknya dari matahari, telah diciptakan secara terbaik untuk menopang kehidupan. Planet tersebut ialah Bumi kita, yang juga dijuluki Planet Biru.

Pada belahan selanjutnya, akan kita singkap bersama sekelumit saja dari bermacam-macam misteri tak terhingga dari Planet Biru ini. Sekelumit ini pun sudah cukup untuk menunjukkan kehebatan Pencipta bumi. Dialah Allah, Tuhan yang telah membuat bumi beserta kesempurnaannya. Berkat ini semua, kita sanggup hidup dengan nyaman. Mahasuci Allah, kepadaNya jualah hendaknya kita haturkan rasa syukur yang tak terkira.

UKURANNYA MEMANG SUDAH TEPAT

Keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi ialah seajaib penciptaannya. Semua ini dimungkinkan oleh keadaan khusus yang sengaja dirancang semoga paling sesuai bagi kehidupan. Bahkan perubahan terkecil terhadapnya sanggup mengakibatkan peristiwa besar.

Bumi, yang juga dijuluki sebagai Planet Biru, diciptakan secara aneh dengan sifat istimewanya yang tak terhitung. Semua ini demi menjaga berlangsungnya kehidupan di atasnya. Berkat sifat-sifat ini, yang tidak dimiliki oleh planet-planet tetangganya, bumi menyediakan daerah yang luar biasa nyaman dan indah untuk hidup.

Ukuran bumi bukan kebetulan
Selain jaraknya dari matahari, kecepatan berputarnya, atau ciri permukaannya, bumi juga mempunyai ciri penting lain, yakni massanya. Ketika mencermati planet-planet yang ada, akan kita dapati perbedaan massa yang besar. Merkurius, misalnya, berukuran hanya 8% dari massa Bumi, sementara Jupiter 318 kali lebih besar. Apakah ukuran Bumi dibandingkan dengan planet lain merupakan suatu ‘kebetulan’?

Ketika mengamati ukuran Bumi, akan dengan gampang kita lihat bahwa planet kita ternyata memang telah sengaja dirancang semoga pas seukurannya yang kini ini. Besarnya gaya gravitasi planet, termasuk gravitasi Bumi, ditentukan oleh ukurannya. Semakin besar ukuran sebuah planet, semakin besar pula gravitasinya, begitu pula sebaliknya. Karena itu, besarnya gaya gravitasi bumi yang sudah tepat ini tak terlepas dari ukurannya yang memang sudah pas. Ahli geologi Amerika, Frank Press dan Raymond Siever, mengulas betapa tepatnya ukuran Bumi:
Dan ukuran Bumi benar-benar sudah tepat – [ukurannya] tidak terlalu kecil sehingga akan mengakibatkan hilangnya atmosfer akhir gravitasinya yang terlalu lemah untuk mencegah gas-gas lepas ke angkasa, tidak pula terlalu besar sehingga gravitasinya akan menahan terlalu banyak atmosfer, termasuk gas-gas berbahaya. (F. Press, R. Siever, Earth, New York: W. H. Freeman, 1986, hal 4)
Seandainya terdapat lebih banyak oksigen...

Ciri fisik bumi menyerupai massa, struktur, suhu, dan sebagainya, benar-benar sesuai bagi kehidupan. Namun, ciri semacam itu saja tidak cukup untuk memungkinkan berlangsungnya kehidupan di Bumi. Penentu teramat penting lainnya ialah susunan atmosfer.

Atmosfer Bumi merupakan adonan uap air dan gas-gas yang terdiri atas 77% gas nitrogen, 21% gas oksigen dan 1% gas karbon dioksida. Oksigen sangat penting bagi kehidupan alasannya ialah gas ini terlibat dalam hampir semua reaksi kimia yang menghasilkan energi yang diharapkan oleh makhluk hidup tingkat tinggi menyerupai manusia. Hal menarik di sini ialah bahwa kadar oksigen dalam udara yang kita hirup ditentukan dengan sangat tepat. Dalam bukunya Nature’s Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, profesor mikrobiologi populer Michael Denton menulis:
Dapatkah atmosfer Anda mengandung lebih banyak oksigen namun tetap mendukung kehidupan? Tidak! Oksigen ialah unsur yang sangat gampang bereaksi. Bahkan kandungan oksigen di atmosfer yang sekarang, yakni 21%, sangatlah mendekati ambang batas yang kondusif bagi kehidupan pada suhu lingkungan. Kemungkinan terjadinya kebakaran hutan meningkat sebesar 70% untuk setiap kenaikan 1% kandungan oksigen dalam atmosfer. (Michael Denton, Nature's Destiny: How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998, hal. 121)
Kandungan oksigen di atmosfer yang berada tetap pada angka ini ialah hasil dari insiden ‘daur ulang’ yang hebat: Hewan terus-menerus memakai gas oksigen dan mengeluarkan gas karbon dioksida yang tidak sanggup mereka hirup. Tumbuhan malah melaksanakan hal sebaliknya: mengambil karbon dioksida yang mereka perlukan untuk hidup, dan melepaskan oksigen. Tumbuhan membebaskan jutaan ton oksigen ke atmosfer setiap harinya. Dengan adanya serangkaian insiden ini, kehidupan pun sanggup terus berlanjut.

Tanpa kerjasama dan keseimbangan antara dua kelompok makhluk hidup ini, planet kita takkan sanggup dihuni. Misalnya, kalau makhluk hidup hanya mengambil karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen, maka atmosfer Bumi akan lebih banyak mengandung oksigen. Tingginya kadar oksigen ini akan lebih memudahkan munculnya nyala api dan insiden pembakaran daripada biasanya. Akibatnya, percikan api kecil saja sudah bisa memicu kebakaran besar. Demikian pula, kalau kelompok binatang dan tumbuhan sama-sama menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida, maka jumlah oksigen semakin usang akan semakin menipis. Pada akhirnya, makhluk hidup akan musnah di ketika semua oksigen telah habis.

Namun, keseimbangan kehidupan telah ditetapkan dengan tepat sehingga oksigen di atmosfer selalu dalam kadarnya yang tepat bagi kehidupan. Keseimbangan yang dirancang tanpa cacat, yang senantiasa tepat di setiap detiknya, sekali lagi menunjukkan ilmu dan kekuasaan tak berbatas dari Penciptanya. Tuhan seluruh alam, Pencipta langit dan bumi ini ialah Allah yang Mahakuasa, yang telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita semua. Allah mengajak insan untuk merenungkan kebenaran ini dalam ayat Al Qur’an:

Tidakkah kau perhatikan bersama-sama Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin?... (QS. Luqman, 31:20)


SESULIT MENYEDOT MADU

Kita bernapas setiap ketika dalam hidup kita. Kita terus-menerus menghirup dan mengeluarkan udara dari dalam paru-paru kita. Mungkin alasannya ialah terlalu sering bernapas, kita menganggapnya sebagai hal yang biasa. Namun, bernapas ternyata ialah sebuah pekerjaan yang berlangsung sangat rumit. Seluruh perangkat dan susunan badan kita dirancang sedemikian tepat sehingga kita tak perlu berpikir untuk bernapas.
Mengapa bernapas mudah?


Ketika menghirup udara, oksigen memenuhi sekitar 300 juta ruangan kecil dalam paru-paru kita, yang biasa dikenal sebagai alveoli (tunggal: alveolus). Terdapat pembuluh sangat halus yang berukuran sangat kecil di sekeliling ruangan kecil dalam paru-paru kita. Pembuluh yang biasa disebut pembuluh kapiler ini menyerap gas oksigen (O2) dan melepaskan gas karbon dioksida (CO2). Peristiwa ini berlangsung dalam waktu kurang dari setengah detik: oksigen ‘bersih’ masuk dan karbon dioksida ‘kotor’ keluar. Alasan mengapa ada 300 juta ruang kecil dalam paru-paru ialah semoga paru-paru mempunyai permukaan seluas mungkin yang sanggup bersentuhan pribadi dengan udara. Ruangan dalam paru-paru dan pembuluh kapiler yang mengelilinginya dirancang sekecil dan sesempurna ini semoga meningkatkan laju pertukaran oksigen dan karbon dioksida.

Namun rancangan tepat tersebut bergantung pada hal lain, yaitu kerapatan, kekentalan dan tekanan udara. Ketiga hal ini harus mempunyai ukuran yang tepat semoga udara sanggup bergerak masuk dan keluar dari paru-paru. Sebuah referensi akan memudahkan kita memahami hal ini: sangatlah gampang untuk menyedot air dengan jarum suntik, sebaliknya akan jauh lebih sulit kalau kita menggunakannya untuk menyedot madu. Ini alasannya ialah madu mempunyai kekentalan dan kerapatan lebih tinggi dari air. Jika kerapatan, kekentalan dan tekanan udara lebih tinggi, maka bernapas akan sesulit menyedot madu ke dalam jarum suntik. Namun, kita sanggup bernapas dengan gampang dan nyaman, bahkan tanpa sadar kalau kita sedang melakukannya.

Demikianlah, yang menjadikan bernapas sedemikian gampang di antaranya ialah sifat dan ukuran atmosfer sebagaimana yang ada ketika ini. Ahli biologi molekuler Profesor Michael Denton membuat ulasan berikut ini:
Jelaslah bahwa kalau kekentalan atau kerapatan udara lebih tinggi, maka kendala jalur pernapasan akan tak terkira. Dan tak ada perekayasaan ulang yang mungkin dilakukan pada perangkat pernapasan, yang bisa mengalirkan oksigen dalam jumlah cukup kepada suatu makhluk hidup penghirup udara dengan kerja metabolisme tinggi... Dengan memadukan aneka macam tekanan atmosfer yang mungkin dengan aneka macam kandungan oksigen yang mungkin, menjadi jelaslah bahwa hanya ada satu belahan teramat kecil... di mana seluruh bermacam-macam syarat bagi berlangsungnya kehidupan sanggup dipenuhi... Sungguh merupakan hal teramat penting bahwa beberapa syarat penting dipenuhi pada satu belahan kecil ini di antara semua ragam atmosfer yang mungkin. (Michael Denton, Nature's Destiny:How The Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe, The New York: The Free Press, 1998, hal. 128)

Ukuran atmosfer tidak hanya penting bagi kita untuk bernapas namun juga penting bagi Planet Biru, yakni bumi kita, semoga tetap biru. Jika tekanan atmosfer di permukaan maritim jauh lebih rendah dari nilainya yang sekarang, laju penguapan air akan jauh lebih tinggi. Kadar uap air yang meningkat di atmosfer akan mengakibatkan ‘efek rumah kaca’, yang menahan lebih banyak panas dan meningkatkan suhu rata-rata planet bumi. Di lain pihak, kalau tekanan jauh lebih tinggi, laju penguapan air akan berkurang, dan mengakibatkan sebagian besar planet ini menjadi gurun.

Lebih dari sekedar biru

Banyak sekali sifat-sifat bumi yang menunjukkan penciptaannya secara khusus untuk kehidupan. Apa yang telah dipaparkan di sini hanyalah sekelumit dari keseimbangan luar biasa yang penting bagi kehidupan di Bumi. Dengan meneliti Planet Biru ini, kita sanggup merinci semua sifat aneh ini sebanyak yang kita mau, lebih dari sekedar warnanya yang biru. Ahli astronomi Amerika Hugh Ross telah membuat perinciannya sendiri dalam bukunya The Creator and The Cosmos (Pencipta dan Jagat Raya):

SIFAT BUMI
PENYIMPANGAN DARI KEADAAN
YANG SEKARANG
AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Gravitasi permukaan bumi Jika lebih kuat atmosfer akan menahan terlalu banyak amonia dan metana
Jika lebih lemah Atmosfer akan kehilangan terlalu banyak air
Ketebalan kerak bumi Jika lebih tebal terlalu banyak oksigen akan dipindahkan dari atmosfer ke kerak bumi
Jika lebih tipis aktifitas gunung berapi dan gempa akan terlalu besar
Masa perputaran pada sumbu bumi
Jika lebih lama perbedaan suhu antara siang dan malam akan terlalu besar
Jika lebih pendek Kecepatan angin di atmosfer akan terlalu tinggi
Kandungan ozon di atmosfer Jika lebih banyak suhu permukaan bumi akan terlalu rendah
Jika lebih sedikit suhu permukaan bumi akan terlalu tinggi; dan akan terlalu banyak radiasi sinar ultraviolet pada permukaan bumi
Aktifitas gempa Jika lebih besar terlalu banyak makhluk hidup yang musnah
Jika lebih kecil zat-zat masakan di dasar lautan (yang berasal dari anutan sungai) takkan terdaur ulang ke daratan melalui pengangkatan tektonik
Sumber: Hugh Ross, The Creator and the Cosmos, Navpress, 1995, hal. 111-114.

Demikianlah, ilmu pengetahuan menunjukkan betapa Allah telah membuat seluruh alam dan semua makhluk hidup. Kewajiban insan ialah merenungkan hal ini dan bersyukur kepada Allah, yang membuat dirinya dan seluruh jagat raya.


Insight Magazine Edisi 6


--o0o--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel