Asal Ajakan Telaga Warna
Agustus 18, 2019
Edit
Telaga Warna |
Raja Kutatanggeuhan berjulukan Prabu Suwartalaya dan permaisurinya berjulukan Ratu Purbamanah. Raja dan ratu sangant bijaksana sehingga kerjaan yang dipimpin makmur dan tenteram. Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum mempunyai anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, biar mereka mengangkat anak.
Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung yaitu lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka. Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut duka melihat istrinya. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, biar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, impian mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu bahagia sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri yang diberinama Gilang Rukmini . Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik. Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang ia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, kemudian menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia sanggup menggunakannya untuk kepentingan rakyat. Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke hebat perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan bahagia hati, Yang Mulia,” sahut hebat perhiasan. Ia kemudian bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin membuat kalung yang paling indah di dunia, sebab ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, dikala Putri yang bagus jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya. Prabu kemudian bangun dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini saya berikan kalung ini untukmu. Kalung ini proteksi orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, sebab mereka besar hati melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu. Putri mendapatkan kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri.
Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai. Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat ibarat itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening.
Tiba-tiba meledaklah tangis Ratu Purbamanah. Dia sangat duka melihat kelakuan putrinya.Akhirnya semua pun meneteskan air mata, sampai istana pun lembap oleh air mata mereka. Mereka terus menangis sampai air mata mereka membanjiri istana, dan tiba-tiba saja dari dalam tanah pun keluar air yang deras, makin usang makin banyak. Hingga kesudahannya kerajaan Kutatanggeuhan karam dan terciptalah sebuah danau yang sangat indah.
Di hari yang cerah, kita sanggup melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
--o0o--