Asal Seruan Danau Toba
Agustus 18, 2019
Edit
Danau Toba |
Pada zaman dahulu di suatu desa di Sumatera Utara hiduplah seorang petani berjulukan Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya.
Selain mengerjakan ladangnya, kadang kala lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali beliau memancing, gampang saja ikan didapatnya alasannya yaitu di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan.
Ikan hasil pancingannya beliau masak untuk dimakan. Pada suatu sore, sesudah pulang dari ladang lelaki itu pribadi pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup usang ia memancing tak seekor iakan pun didapatnya. Kejadian yang menyerupai itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab biasanya ikan di sungai itu gampang saja beliau pancing. Karena sudah terlalu usang tak ada yang memakan umpan pancingnya, beliau jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing.
Tetapi ketika beliau hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang pribadi menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena beliau tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu yaitu ikan yang besar.
Setelah beberapa usang beliau biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum bangga mata pancingnya beliau lepas dari verbal ikan itu.
Pada ketika beliau sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, sesudah ikan itu diletakkannya ke satu kawasan beliau pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya bangga sekali alasannya yaitu belum pernah beliau mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu jikalau sudah dipanggang.
Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja. Setibanya di rumah, lelaki itu pribadi membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika beliau hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar beliau naik kembali ke atas rumah dan pribadi menuju dapur.
Pada ketika lelaki itu datang di dapur, beliau terkejut sekali alasannya yaitu ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di kawasan ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, beliau meninggalkan dapur dan masuk kekamar.
Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap alasannya yaitu didalam kamar itu bangkit seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil bangkit menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar.
Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di verbal pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona alasannya yaitu wajah perempuan yang bangkit dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat perempuan secantik itu meskipun dahulu beliau sudah jauh mengembara ke aneka macam negeri.
Karena hari sudah malam, perempuan itu minta semoga lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, beliau diajak perempuan itu menemaninya kedapur alasannya yaitu beliau hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa beliau yaitu penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu yaitu penjelmaan sisiknya.
Setelah beberapa ahad perempuan itu menyatakan bersedia mendapatkan lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya beliau tidak akan pernah mengungkit asal seruan istrinya myang bermetamorfosis dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak pria yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang menjadikan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.
Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering beliau menolak mengerjakan kiprah itu sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya beliau menolak. Akan tetapi, alasannya yaitu terus dipaksa ibunya, dengan kesl pergilah ia mengantarkan nasi itu.
Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya beliau makan. Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit beliau berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar alasannya yaitu nasinya terlambat sekali diantarkan.
Oleh alasannya yaitu itu, maka si ayah jadi sangat murka ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya yaitu sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa beliau yang memakan sebagian besar dari nasinya itu.
Kesabaran si ayah jadi hilang dan beliau pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kamu anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya beliau mengadukan bahwa beliau dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya di ceritakan pula.
Mendengar dongeng anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama alasannya yaitu suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang beliau ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya semoga segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu.
Tanpa bertanya lagi, si anak segera melaksanakan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir hingga ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit , beliau pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu.
Ketika beliau datang di tepi sungai itu kilat menyambar disertai suara guruh yang megelegar. Sesaat kemudian beliau melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada ketika yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat.
Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah kawasan sungai itu mengalir. Pak Toba tak sanggup menyelamatkan dirinya, ia mati karam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir. Inilah Cerita Rakyat “Asal Usul Danau Toba”.
--o0o--