Mengenal Alexander Agung, Sang Penakluk
Juli 29, 2019
Edit
Alexander Agung dalam bahasa inggris disebut Alexander the Great merupakan seorang penakluk atau pemimpin terbesar yang pernah ada asal Makedonia. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir separuh dunia. Ia juga menjadi ide bagi penakluk-penakluk menyerupai Hannibal, Pompey dan Caesar dari Romawi, dan Napoleon.
Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander bisa mengakibatkan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia.
Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan aneka macam pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru eksklusif bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan aneka macam hal serta mendorong Alexander untuk mengasihi ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerangByzantium. Selama penyerangan itu, ia menyampaikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada dikala kesepakatan nikah putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah janjkematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia menyerupai Athena dan Thebes memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan aneka macam pertempuran melawan pasukan Persia hingga balasannya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk tenang dengan memperlihatkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander menyampaikan bahwa dia kini ialah Raja Asia dan hanya dia yang berhak memilih pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan perluasan militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti lantaran prajuritnya yang kelelahan lantaran pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan perluasan baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander, menyerupai mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis. Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya membuat perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan kesepakatan nikah massal antara para perwiranya dengan perempuan aristokrat dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit kesepakatan nikah yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari sebelumnya balasannya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab janjkematian yang bergotong-royong tidak jelas. Setelah janjkematian Alexander, tidak adanya mahir waris mengakibatkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Alexander Agung dan Kekuasaannya
Dunia pada dikala janjkematian Alexander, memperlihatkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besarWalaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia bisa membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada dikala ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta meliputi tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung mengakibatkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Helenisme. Pengaruh Helenisme ini bahkan hingga ke India dan Cina. Khusus di Cina, imbas kebudayaan ini sanggup ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, menyerupai Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota berjulukan Alexanderia yang berada di Mesir, kelak menjadi populer lantaran perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi sentra pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan lantaran kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Apakah Alexander Agung dan Iskandar Dzulkarnain Sama?
Walaupun masih kontroversi banyak juga yang menganggap Alexander Agung ialah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang sanggup ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang berdasarkan hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di tamat zaman. Riwayat ini bemula dari dikala ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.
Anggapan tersebut tiba dari dongeng Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung ialah Dzul Qarnain, lantaran Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain ialah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.
Setelah Iskandar Zulkarnain sanggup menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini
meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman, tenteram dan makmur. Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah sanggup dicapainya, berkat pemberian Allah, lantaran dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan yang besar dan senang itu menjadi berpecah-belah, lantaran kudeta para pengikutnya yang ditinggalkannya. Iskandar Zulkarnain yang berarti raja Timur dan Barat, telah sanggup mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh insan yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti harapan ini akan bermetamorfosis lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain masa keduapuluh.
“beliau ialah raja yang agung,yang merendahkan keagungannya dibawah naungan keagungan yang Esa..beliau ialah raja yang agung,yang keagungannya anugrah dari yang maha agung.. dia ialah raja yang bijaksana, yang kebijaksanaannya ialah amanah dari yang kuasa”.
(Note: Kalau saja Alexander yang agung itu tidak meninggal pada usia 32 tahun—usia yang masih sangat muda sebagai seorang penakluk—maka mungkin saja ia bisa menguasai seluruh dunia).
Selanjutnya baca: Mengenal Yakjuj dan Makjuj atau Gog dan Magog
--0o0--
Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander bisa mengakibatkan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia.
Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan aneka macam pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru eksklusif bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan aneka macam hal serta mendorong Alexander untuk mengasihi ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerangByzantium. Selama penyerangan itu, ia menyampaikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada dikala kesepakatan nikah putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah janjkematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia menyerupai Athena dan Thebes memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan aneka macam pertempuran melawan pasukan Persia hingga balasannya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk tenang dengan memperlihatkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander menyampaikan bahwa dia kini ialah Raja Asia dan hanya dia yang berhak memilih pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan perluasan militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti lantaran prajuritnya yang kelelahan lantaran pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan perluasan baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander, menyerupai mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis. Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya membuat perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan kesepakatan nikah massal antara para perwiranya dengan perempuan aristokrat dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit kesepakatan nikah yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari sebelumnya balasannya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab janjkematian yang bergotong-royong tidak jelas. Setelah janjkematian Alexander, tidak adanya mahir waris mengakibatkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Alexander Agung dan Kekuasaannya
Dunia pada dikala janjkematian Alexander, memperlihatkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besarWalaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia bisa membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada dikala ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta meliputi tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung mengakibatkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Helenisme. Pengaruh Helenisme ini bahkan hingga ke India dan Cina. Khusus di Cina, imbas kebudayaan ini sanggup ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, menyerupai Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota berjulukan Alexanderia yang berada di Mesir, kelak menjadi populer lantaran perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi sentra pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan lantaran kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Apakah Alexander Agung dan Iskandar Dzulkarnain Sama?
Walaupun masih kontroversi banyak juga yang menganggap Alexander Agung ialah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang sanggup ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang berdasarkan hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di tamat zaman. Riwayat ini bemula dari dikala ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.
Anggapan tersebut tiba dari dongeng Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung ialah Dzul Qarnain, lantaran Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain ialah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.
Setelah Iskandar Zulkarnain sanggup menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini
meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman, tenteram dan makmur. Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah sanggup dicapainya, berkat pemberian Allah, lantaran dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan yang besar dan senang itu menjadi berpecah-belah, lantaran kudeta para pengikutnya yang ditinggalkannya. Iskandar Zulkarnain yang berarti raja Timur dan Barat, telah sanggup mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh insan yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti harapan ini akan bermetamorfosis lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain masa keduapuluh.
“beliau ialah raja yang agung,yang merendahkan keagungannya dibawah naungan keagungan yang Esa..beliau ialah raja yang agung,yang keagungannya anugrah dari yang maha agung.. dia ialah raja yang bijaksana, yang kebijaksanaannya ialah amanah dari yang kuasa”.
(Note: Kalau saja Alexander yang agung itu tidak meninggal pada usia 32 tahun—usia yang masih sangat muda sebagai seorang penakluk—maka mungkin saja ia bisa menguasai seluruh dunia).
dikutip dari: Wikipedia dan aneka macam sumber
Selanjutnya baca: Mengenal Yakjuj dan Makjuj atau Gog dan Magog
--0o0--