Thariq Bin Ziyad : Penakluk Andalusia Spanyol
Juni 15, 2019
Edit
image: Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad Mengukir Karang dengan Namanya
Thariq bin Ziyad adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) pada tahun 711 M.
Musim panas tahun 711 M (92 H), Thariq bin Ziyad berangkat menuju Al-Andalus. Pada tanggal 29 April 711, pasukan Thariq mendarat di Gibraltar (nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab, Jabal Tariq yang artinya Gunung Thariq). Setelah pendaratan, ia memerintahkan untuk memperabukan semua kapal dan berpidato di depan anak buahnya untuk membangkitkan semangat mereka:
أيّها الناس، أين المفر؟ البحر من ورائكم، والعدوّ أمامكم، وليس لكم والله إلا الصدق والصبر...
"Tidak ada jalan untuk melarikan diri! Laut di belakang kalian, dan musuh di depan kalian: Demi Allah, tidak ada yang sanggup kalian kini lakukan kecuali bersungguh-sungguh penuh keikhlasan dan kesabaran".
Pasukan Tariq menyerbu wilayah Andalusia dan di isu terkini panas tahun 711 berhasil meraih kemenangan yang memilih atas kerajaan Visigoth, di mana rajanya, Roderick terbunuh pada tanggal 19 Juli 711 dalam pertempuran Guadalete. Setelah itu, Thariq menjadi gubernur wilayah Andalusia sebelum balasannya dipanggil pulang ke Damaskus oleh Khalifah Walid I.
Satu dari jutaan pengungsi itu adalah Julian, Gubernur Ceuta yang putrinya Florinda telah dinodai Roderick, raja bangsa Gotik. Mereka memohon pada Musa bin Nusair, raja muda Islam di Afrika untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang lalim itu. Setelah mendapat persetujuan Khalifah, Musa melaksanakan pengintaian ke pantai selatan Spanyol. Bulan Mei tahun 711 Masehi, Thariq bin Ziyad, budak Barbar yang juga mantan pembantu Musa bin Nusair memimpin 12.000 anggota pasukan muslim menyeberangi selat antara Afrika (Maroko) dan daratan Eropa.
(baca: Mengenal Kekhalifahan Umayyah dan Penyebab Peristiwa Karbala)
Begitu kapal-kapal yang berisi pasukannya mendarat di Eropa, Thariq mengumpulkan mereka di atas sebuah bukit karang, yang dinamai Jabal Thariq (gunung/karang Thariq) yang kini populer dengan nama Gibraltar. Diatas bukit karang itu Thariq memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka. Tentu saja perintah ini menciptakan prajuritnya keheranan. “Kenapa Anda lakukan ini?” tanya mereka. “Bagaimana kita kembali nanti?” tanya yang lain.
Namun Thariq tetap pada pendiriannya. Dengan gagah berani ia berseru,”Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid. Keberanian dan perkataannya yang luar biasa menggugah Iqbal, seorang penyair Persia, untuk menggubahnya dalam sebuah syair berjudul ”Piyam-i Mashriq” :
“Tatkala Tariq memperabukan kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol), prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana. Bagaimana sanggup mereka kembali ke negeri asal, dan perusakan peralatan adalahbertentangan dengan aturan Islam. Mendengar itu semua, Thariq menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Allah yaitu kampung halaman kita.”
Kata-kata Thariq itu bagaikan cambuk yang melecut semangat prajurit muslim yang dipimpinnya. Bala tentara muslim yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan Katolik jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tak mengecutkan hati pasukan muslim.
Tanggal 19 Juli tahun 711 Masehi, pasukan Islam dan Nasrani bertemu, keduanya berperang di dekat muara sungai Barbate. Pada pertempuran ini, Thariq dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, sampai Raja Roderick tenggelam di sungai itu. Kemenangan Thariq yang luar biasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Spanyol dan sejak itu mereka tidak berani lagi menghadapi tentara Islam secara terbuka.
Thariq membagi pasukannya menjadi empat kelompok, dan berbagi mereka ke Kordoba, Malaga, dan Granada. Sedangkan ia sendiri bersamapasukan utamanya menuju ke Toledo, ibukota Spanyol. Semua kota-kota itu menyerah tanpa perlawanan berarti. Kecepatan gerak dan kehebatan pasukan Thariq berhasil melumpuhkan orang-orang Gotik.
Rakyat Spanyol yang sekian usang tertekan akhir penjajahan bangsa Gotik, mengelu-elukan orang-orang Islam. Selain itu, sikap Thariq dan orang-orang Islam begitu mulia sehingga mereka disayangi oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkannya.
Salah satu pertempuran paling seru terjadi di Ecija, yang membawa kemenangan bagi pasukan Thariq. Dalam pertempuran ini, Musa bin Nusair, atasannya, sang raja muda Islam di Afrika ikut bergabung dengannya.
Selanjutnya, kedua jenderal itu bergerak maju terus berdampingan dan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun seluruh dataran Spanyol jatuh ke tangan Islam. Portugis ditaklukkan pula beberapa tahun kemudian.
“Ini merupakan usaha utama yang terakhir dan paling sensasional bagi bangsa Arab itu,” tulis Phillip K.Hitti, “dan membawa masuknya wilayah Eropa yang paling luas yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol ini telah mendapat tempat yang unik di dalam sejarah peperangan abad pertengahan.”
Penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ketidak toleranan dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yang luar biasa.
Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan eksekusi berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang sangat jitu yang dengan cepat membawa kemakmuran di semenanjung itu dan mengakibatkan negeri referensi di Barat. Orang-orang Katolik dibiarkan mempunyai hakim sendiri untuk tetapkan perkara-perkara mereka. Semua komunitas menerima kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.
Pemerintahan Islam yang baik dan bijaksana ini membawa pengaruh luar biasa. Orang-orang Katolik termasuk pendeta-pendetanya yang pada mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali pulang dan menjalani hidup yang senang dan makmur. Seorang penulis Katolik populer menulis: “Muslim-muslim Arab itu mengorganisir kerajaan Kordoba yang baik yaitu sebuah keajaiban Abad Pertengahan, mereka mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropa sedang dalam kondisi percekcokan dan kebodohan yang biadab.”
Thariq bermaksud menaklukkan seluruh Eropa, tapi Allah memilih lain. Saat merencanakan penyerbuan ke Eropa, datang panggilan dari Khalifah untuk pergi ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Thariq memenuhi panggilan Khalifah dan berusaha tiba seawal mungkin di Damaskus. Tak lama kemudian, Thariq wafat di sana. Budak Barbar, penakluk Spanyol, wilayah Islam terbesar di Eropa yang selama delapan periode di bawah kekuasaan Islam telah memenuhi panggilan Rabbnya. Semoga Allah merahmatinya.
Sumber: mediamuslim.info
Sekilas Tentang Selat Gibraltar
Selat Gibraltar (bahasa Arab: جبل طارق, bahasa Spanyol: Estrecho de Gibraltar) yaitu selat yang memisahkan Samudra Atlantik dengan Laut Tengah.
Namanya berasal dari nama Arab "Jebel Tariq" yang berarti gunung Tariq. Dia menunjuk ke Jenderal Muslim Tariq bin Ziyad yang menaklukkan Spanyol pada 711.
Pada sisi utara yaitu Spanyol dan Gibraltar, pada sisi selatan yaitu Maroko dan Ceuta (sebuah eksklave Spanyol di Afrika Utara). Ada beberapa pulau kecil dalam selat ini yang disengketakan, menyerupai Pulau Perejil, yang diklaim oleh Spanyol dan Maroko.
Selat Gibraltar dilihat dari angkasa
Selat Gibraltar mempunyai lokasi yang sangat strategis. Kapal-kapal yang berjalan dari Atlantik ke Mediterania dan kebalikannya harus melewat selat ini. Juga, sangat banyak orang yang melintasi dari Eropa ke Afrika dan sebaliknya, melewati selat ini.
Pada Perang Dunia II, Britania mengontrol selat ini dari markas mereka yang ada di sekitar wilayah ini. Kapal selam Jerman yang memasuki Laut Mediterania sanggup terjebak sebab adanya arus bawah bahari terlalu kuat. Selat ini mempunyai kedalaman sekitar 300 meter, dan lebar sekitar 14 kilometer pada sisi tersempitnya.
Sumber: wikipedia
(baca: Tentang Dua Air Laut Yang Tidak Bisa Bersatu)
--0o0--