Al-Qur'an, Wacana Dua Air Bahari Yang Tidak Dapat Bersatu
Juni 14, 2019
Edit
Selat Gibraltar - Pertemuan Dua Jenis Air Laut yang Berbeda
Di Selat Gibraltar itu ada pertemuan dari dua jenis bahari yang berbeda. Perbedaan itu sangat terperinci kelihatan dari perbedaan warna air laut. Ada garis batas yang memisahkan keduanya. Air bahari dari lautan atlantik berwarna biru lebih terang. Air bahari dari bahari Mediteranian/Tengah berwarna biru lebih gelap, lebih pekat. Garis batasnya sangat jelas.
Bagaimana sanggup terjadi ?
Ceriteranya begini. Air bahari dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau bahari Tengah melalui Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda. Waktu kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing bahari tidak berubah. Dari atas ferry yang kami naiki, masih sanggup terlihat dengan terperinci mana air yang berasal dari Lautan Atlantik, dan mana air yang berasal dari bahari tengah atau bahari Mediterania.
Kalau dipikir secara logika, niscaya bercampur, nyatanya tidak bercampur. Kedua air bahari itu membutuhkan waktu usang untuk bercampur, biar karakteristik air melebur. Penguapan air yang di Laut Mediterania sangat besar, sedang air dari sungai yang bermuara di Laut Mediterania berkurang sekali. Itulah sebabnya air Lautan Atlantik mengalir deras ke Laut Mediterania.
Sifat lautan dikala bertemu, berdasarkan modern science, tidak sanggup bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para hebat kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Air bahari Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup hingga kedalaman 1000 m dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya. Subhannallah.
Kapal ferry kami berangkat dari kota Tangier di Maroko menuju kota Al Gacera di Spanyol. Dari atas ferry saya melihat, warna kedua bahari itu, sangat terperinci berbeda. Subhanallah. Takjub sekali. Dalam penciptaan bumi dan langit, Allah mengatakan kebesaran-Nya, yang dipahami oleh machluk insan yang mau berpikir.
Dan, hal ini sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
Penjelasan secara fisika modern gres ada di kurun 20 M oleh ahli-ahli Oceanografi. Firman di Al Alquran itu diturunkan di kurun ke 7 M, empatbelas kurun yang lalu. Kaprikornus kalimat siapa itu? Yang niscaya bukan kalimat Muhammad (yang buta huruf). Itu yaitu kalimatnya Allah. Itu yaitu firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan?
Luar biasa, pemandangan selat Gibraltar yang mempunyai dua warna air sungguh menakjubkan. Sudah usang membaca dan memahami tafsirnya, perihal adanya dua warna air bahari di Gibraltar. Alhamdullilah, saya sudah melihatnya. Sungguh nikmat sekali.
Semua kebenaran datangnya dari Allah, sementara kesalahan-kesalahan dalam tinjauan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis yang mungkin tidak sanggup menjangkau ilmu Allah yang begitu luas. Wallaahu a’lam bish-shawab.
Inilah yang juga sanggup disebut dengan ayat-ayat Mutasyabihat.
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum terperinci maknanya sedang kebalikannya yaitu ayat-ayat muhkamat yakni yang sudah terperinci maknanya. Kaprikornus kesimpulannya ibarat ayat Qs, 35:27 diatas sanggup ditafsirkan merupakan ayat mutasyabihat, sesuai firman Allah: ...tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S. Al Imran : 7)
Kita bukan peramal masa depan – lantaran kita tidak tahu apa-apa, andaikan tidak diberi tahu oleh Pencipta Jagad Raya melalui para Nabi dan Kitabnya – dan alhasil ilmu pengetahuan insan membenarkannya.
Di Selat Gibraltar itu ada pertemuan dari dua jenis bahari yang berbeda. Perbedaan itu sangat terperinci kelihatan dari perbedaan warna air laut. Ada garis batas yang memisahkan keduanya. Air bahari dari lautan atlantik berwarna biru lebih terang. Air bahari dari bahari Mediteranian/Tengah berwarna biru lebih gelap, lebih pekat. Garis batasnya sangat jelas.
dua air bahari yang beda warna
Bagaimana sanggup terjadi ?
Ceriteranya begini. Air bahari dari Lautan Atlantik memasuki Laut Mediterania atau bahari Tengah melalui Selat Gibraltar. Keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda. Suhu air berbeda. Kadar garam nya berbeda. Kerapatan air (density) airpun berbeda. Waktu kedua air itu bertemu di Selat Gibraltar, karakter air dari masing-masing bahari tidak berubah. Dari atas ferry yang kami naiki, masih sanggup terlihat dengan terperinci mana air yang berasal dari Lautan Atlantik, dan mana air yang berasal dari bahari tengah atau bahari Mediterania.
Kalau dipikir secara logika, niscaya bercampur, nyatanya tidak bercampur. Kedua air bahari itu membutuhkan waktu usang untuk bercampur, biar karakteristik air melebur. Penguapan air yang di Laut Mediterania sangat besar, sedang air dari sungai yang bermuara di Laut Mediterania berkurang sekali. Itulah sebabnya air Lautan Atlantik mengalir deras ke Laut Mediterania.
Sifat lautan dikala bertemu, berdasarkan modern science, tidak sanggup bercampur satu sama lain. Hal ini telah dijelaskan oleh para hebat kelautan. Dikarenakan adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah kedua air dari lautan tidak becampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka.
Air bahari Mediteranian, yang berwarna biru tua, menyusup hingga kedalaman 1000 m dari permukaan laut, di lautan Atlantik, dan terus masuk sejauh ratusan km di lautan Atlantik dan tetap tidak berubah karakteristiknya. Subhannallah.
Dan, hal ini sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman:19-20)
“Dan Dialah yang membiarkan dua bahari yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S. Al-Furqaan:53)
Penjelasan secara fisika modern gres ada di kurun 20 M oleh ahli-ahli Oceanografi. Firman di Al Alquran itu diturunkan di kurun ke 7 M, empatbelas kurun yang lalu. Kaprikornus kalimat siapa itu? Yang niscaya bukan kalimat Muhammad (yang buta huruf). Itu yaitu kalimatnya Allah. Itu yaitu firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Maka nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan?
Luar biasa, pemandangan selat Gibraltar yang mempunyai dua warna air sungguh menakjubkan. Sudah usang membaca dan memahami tafsirnya, perihal adanya dua warna air bahari di Gibraltar. Alhamdullilah, saya sudah melihatnya. Sungguh nikmat sekali.
“Sesungguhnya dalam penciptaan bumi dan langit dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat gejala bagi orang orang yang berakal”. (Q.S.Al Imran : 190)
Semua kebenaran datangnya dari Allah, sementara kesalahan-kesalahan dalam tinjauan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis yang mungkin tidak sanggup menjangkau ilmu Allah yang begitu luas. Wallaahu a’lam bish-shawab.
Inilah yang juga sanggup disebut dengan ayat-ayat Mutasyabihat.
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum terperinci maknanya sedang kebalikannya yaitu ayat-ayat muhkamat yakni yang sudah terperinci maknanya. Kaprikornus kesimpulannya ibarat ayat Qs, 35:27 diatas sanggup ditafsirkan merupakan ayat mutasyabihat, sesuai firman Allah: ...tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S. Al Imran : 7)
Kita bukan peramal masa depan – lantaran kita tidak tahu apa-apa, andaikan tidak diberi tahu oleh Pencipta Jagad Raya melalui para Nabi dan Kitabnya – dan alhasil ilmu pengetahuan insan membenarkannya.
Selat Gibraltar diambil dari Satlit Google
--0o0--