Al-Qur'an, Wacana Ufo Dan Alien




Apakah ada UFO dan Alien berdasarkan Islam ?

Al-Qur’an menjelaskan wacana Makhluk Luar Angkasa

Pertama-tama kita bertanya pada diri kita, apakah alien itu ada berdasarkan Al-Quran? Mungkin definisi alien bagi kita yaitu makhluk asing selain insan yang (mungkin iya mungkin tidak) mempunyai intelegensia menyerupai manusia.

Sejenak kita simak dan renungi ayat berikut:
Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah membuat langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (QS Asy-Syuura 42 : 29)
Kita kutip potongan ayat tersebut:
..dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya.Apakah memang makhluk-makhluk melata itu ada yang menghuni di suatu tempat nan jauh disana, di bab sistem bintang tertentu? Atau mungkin di bab cluster galaksi lain? Atau mungkin bahkan di super cluster lain?
Sebagian ulama menyampaikan bahwa lafaz daabbah (makhluk melata) memperlihatkan bahwa itu makhluk-makhluk selain malaikat lantaran Allah Azza wa Jalla membedakan antara makhluk yang melata dengan malaikat dalam menyebutkannya dalam firman-Nya:
dan kepada Allah sajalah bersujud segala makhluk melata yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) Para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri (QS An-Nahl 16 : 49)
Tafsir/Indonesia / DEPAG / Surah An Nahl 49 :
 
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa semua benda yang ada di langit dan yang ada di bumi termasuk pula makhluk Nya yang melata di bumi juga para malaikat tunduk di bawah kekuasaan Allah. 


Mereka itu bersujud kepada Allah SWT berdasarkan cara masing-masing sesuai dengan fitrah kejadiannya. Bahkan malaikat pun yang berada di langit tidak mau menyombongkan dirinya dan tidak suka membangkang untuk tunduk dan takluk serta menaati ketentuan ketentuan Allah. 


Perlu diingat, yang terang Allah Maha Kuasa, Kekuasaan-Nya mencakup segala-Nya juga pikiran kita. Apa yang belum terlihat oleh kita bukan berarti tidak ada. Hanya kita yang belum mengetahuinya.
Dan juga berikutnya:
Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan menyampaikan kepada mereka, bahwa bergotong-royong insan dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami (QS: An-Naml 27 : 82)
Footnote: Yang dimaksud dengan “perkataan” di sini ialah ketentuan datangnya masa kehancuran alam. Salah satu dari gejala kehancuran alam ialah keluarnya sejenis binatang melata yang disebut dalam ayat ini.
Mari kita perhatikan:
..sejenis binatang melata dari bumi yang akan menyampaikan kepada mereka…. benar, binatang melata dari bumi yang berkata atau berbicara..
Jelas disitu bahwa akan ada makhluk lain yang gres yang mempunyai kemampuan berbicara atau berkomunikasi dengan manusia.
Tetapi tidak perlu dipermasalahkan bagaimana bentuknya atau rupanya. Yang terang tidak menyerupai yang di film-film alien itu.


ilustrasi Alien (mahluk melata)
Dan sekali lagi:
Tidakkah kau perhatikan, bahwa bergotong-royong Allah telah membuat langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, pasti Dia membinasakan kau dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru. (QS. Ibrahim 14 : 19)
Tafsir/Indonesia/DEPAG/Surah Ibrahim 19 

Dalam ayat ini Allah SWT. menyebutkan Dialah yang membuat semua langit dan bumi dengan hak. Maksudnya Allah membuat semuanya itu bukanlah dengan percuma melainkan dengan penuh hikmah. 


Oleh lantaran itu insan yang telah dijadikan-Nya sebagai khalifah-Nya di bumi ini hendaklah memanfaatkan semua itu dengan cara yang baik dan untuk tujuan yang baik pula. Sesuai dengan peraturan dan ketentuan-Nya. Akan tetapi kalau insan itu menyimpang dari peraturan dan ketentuan Allah, maka Dia tidak membiarkan berbuat kelaliman itu. 

Maka pada selesai ayat ini Allah SWT. menegaskan kepada Rasul-Nya, kalau Allah menghendaki maka Allah akan membinasakan beserta umatnya dan akan mengganti mereka dengan makhluk yang baru. Penegasan ini yaitu untuk mengingatkan Rasul dan umatnya yang taat dan beriman kepada Allah, betapa besarnya dosa orang-orang kafir itu, lantaran dengan kekafiran tersebut mereka tidak mengakui kekuasaan Allah sebagai pencipta dan pemelihara makhluk-Nya.

Apabila insan memikirkan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya terhadap hamba-Nya, pasti mereka akan hingga kepada keyakinan bahwa hanya Allah sajalah yang berhak untuk disembah dan dipuji serta ditakuti azab dan siksa-Nya.


Benar, makhluk yang sama sekali gres (kholqin jadiid) atau makhluk yang sama sekali kita belum mengetahui akan menyerupai apa bentuknya.
Sedangkan, standar universal makhluk di alam semesta ini belum sanggup ditentukan, lantaran tidak ada standar tertentu yang sanggup dibentuk insan untuk memilih selogis apa makhluk yang harus ada atau layak mendiami alam semesta ini.
Begitulah, muslimin, lantaran ilmu saya masih terbatas, saya memerlukan sharing ilmu dan pikiran disini wacana itu. Diskusi juga sanggup disertakan klarifikasi darimana pun asal itu ilmiah. Mari kita asah kemampuan berpikir kita
Al-Qur’an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW (taufiqi) tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertukarnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi.
Ini menunjukan bahwa al-Qur’an telah terkodetifikasi secara tepat semenjak ‘azali. Hanya Al-Quran dan Hadits Shahih lah yang menjadi pedoman hidup kita.

Al-Quran Menjelaskan Tentang UFO dan Teknologinya

Di dunia masa kini, ada dua macam kendaraan yang pada umumnya digunakan insan dalam sejarah hidupnya, yaitu yang menggunakan tenaga tolak untuk maju misalnya hewan, mobil, kapal maritim atau kapal udara.
Yang lainnya menggunakan gaya centrifugal (melanting dari titik tolak) menyerupai pesawat UFO yang terkenal disebut “piring terbang”.
Kedua macam kendaraan ini oleh Al-Quran surat An-Nahl ayat 8 disebutkan sebagaibenda terapung dan ternak. Yang dimaksud dengan ternak yaitu kuda, unta, keledai dan sejenisnya. Dan benda terapung maksudnya yaitu segala macam kendaraan yang diwujudkan oleh teknologi insan termasuk di dalamnya “piring terbang”.
Khusus mengenai “piring terbang”, oleh surat An-Nahl ayat 8 adalah kendaraan yang tidak diketahui insan dalam waktu ribuan tahun dan oleh surat Az-Zukhruf ayat 12 menyebutkan bahwa Allah SWT membuat semua yang berpasangan-pasangan. Maksudnya, ada bab positif dan bab negatif dari “piring terbang” itu (positif dan negatif=pasangan).
Karena surat Az-Zukhruf ayat 12 ini membicarakan wacana alat transportasi maka tentunya istilah “berpasangan-pasangan” itu yaitu kendaraan. Dan kendaraan itu tak lain mungkin yaitu “piring terbang” yang mempunyai bab positif dan bab negatifnya.
Dan (Dia Telah menciptakan) kuda, bagal*) dan keledai, semoga kau menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah membuat apa yang kau tidak mengetahuinya. (QS An-Nahl 16 : 8)
*) Bagal yaitu peranakan kuda dengan keledai.
Ayat ini menerangkan soal kendaraan yang biasa dan bisa digunakan oleh manusia. Manusia biasa menggunakan kendaraan ternak. Kuda dan keledai merupakan tenaga pembawa dan penarik maka keadaannya sama dengan kendaraan beroda empat dan kapal terbang selaku pembawa dan penarik. Penggalan kata “bisa” pada paragraf ini, merupakan sesuatu yang belum diketahui insan wacana kendaraan.
Baik kuda dan keledai maupun kendaraan beroda empat dan kapal terbang sama-sama menggunakan tenaga tolak ke belakang untuk maju ke depan, intinya kedua macam kendaraan itu mempunyai prinsip yang sama. Lalu kendaraan apa yang belum diketahui insan menyerupai yang disebutkan pada surat An-Nahl ayat 8 itu?
Hal ini dijawab sendiri oleh Al-Quran :
Dan yang membuat semua yang berpasang-pasangan dan mengakibatkan untukmu kapal dan binatang ternak yang kau tunggangi.(QS. Az-Zukhruf 43 : 12)
Supaya kau duduk di atas punggungnya, kemudian kau ingat nikmat Tuhanmu apabila kau telah duduk di atasnya; dan semoga kau mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak bisa menguasainya”. (QS. Az-Zukhruf 43 : 13)
Dan Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. (QS. Az-Zukhruf 43 : 14)
Kalau anda membaca susunan ayat Al-Quran ini sepintas mungkin anda tidak merasa mendapatkan sesuatu yang absurd dan baru. Akan tetapi, patut diketahui bahwa tidak ada satu pun ayat suci Al-Quran yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya yang percuma atau tidak mempunyai makna.
Kalau anda teliti dan merenungkannya dalam-dalam, semua ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Quran itu selalu mempunyai unsur-unsur keterkaitan antar ayatnya, baik kaitan ayat yang ada di dalam surat itu sendiri atau kaitan ayat pada surat-surat Al-Quran yang lain.
Sederhananya, keterkaitan satu ayat dengan ayat yang lainnya menyerupai dunia internet yang sedang anda jelajahi ini. Suatu halaman web yang berisi informasi selalu mempunyai kaitan atau link, baik link yang menuju ke halaman web itu sendiri ataupun link yang menuju ke halaman web yang lainnya.
Nah, semua unsur-unsur yang saling berkaitan itu tak jarang selalu menghasilkan pemahaman ilmiah yang sanggup diterima oleh kecerdikan sehat. Dengan begitu, memahami susunan ayat-ayat di atas ini maka “benda terapung” ini yaitu suatu kendaraan yang belum diketahui oleh manusia. Seperti yang disebutkan pada surat An-Nahl ayat 8. Susunan ayat-ayat diatas nantilah kita analisis belakangan.
Sekarang kita menuju duduk kasus yang nantinya jadi materi dalam penganalisaan itu.
Al-Quran sering sekali menjelaskan duduk kasus rotasi dan orbit benda-benda angkasa. Hal itu merupakan citra bagi setiap orang semoga selalu memperhatikan kenapa Bumi ini berputar pada porosnya, kenapa planet ini bersama planet-planet yang lainnya beredar mengelilingi matahari yang juga berputar di porosnya.
Semua planet itu tidak bertiang, tidak bertali dan juga tidak mempunyai tempat bergantung. Semuanya bergerak dalam keadaan bebas terapung. Hanya Rawasialah yang memutar planet itu di sumbunya sambil berputar-putar mengelilingi matahari. Sungguh Rawasia itu yaitu wujud penting dari sesuatu yang harus diteliti lebih dalam lagi oleh para astronom. Dengan mengetahui keadaan Rawasia setiap planet, maka tabir misteri alam semesta yang tak terbatas itu akan terkuak.
Bumi yang beratnya sekitar 700 triliun ton tidak jatuh pada matahari lantaran gaya lantingnya (centrifugal) dalam keadaan mengorbit, sebaliknya Bumi juga tidak terlanting jauh keluar dari garis orbitnya lantaran ditahan oleh gaya gravitasi pada matahari sebagai sentra orbit.
Kekuatan gaya lanting Bumi dan gaya gravitasi yaitu sama besarnya, orang andal menyebutnya dengan Equilibrium. Oleh lantaran itulah hingga hari ini Bumi yang kita diami terus menerus berputar dan beredar mengelilingi matahari.
Andaikan kalau Bumi hanya menggunakan gaya lantingnya saja tanpa menggunakan gaya gravitasi. Maka, bisa dipastikan Bumi akan melayang jauh meninggalkan matahari. Dengan begitu, tenaga centrifugal menyerupai yang dimiliki Bumi sanggup diadopsi oleh “piring terbang” untuk terbang jauh kalau tenaga gravitasinya dihilangkan.
Nah, alhasil kita pun hingga pada pertanyaan ini, bagaimana cara menghilangkan gaya gravitasi itu?
Salah satu caranya yaitu dengan memutar bab pesawat secara horisontal. Apabila putaran itu semakin cepat maka semakin besar pula gaya centrifugal yang dihasilkan dan semakin kecillah gaya gravitasinya, hingga alhasil gaya gravitasi ini akan hilang sama sekali dan mulailah pesawat sanggup terangkat dengan gampang tanpa terpengaruh oleh gravitasi Bumi.
Mungkin anda akan bertanya, bagaimana bisa pesawat sanggup berputar terus menerus tanpa tumpuan? Dari situlah kita namakan pesawat ini dengan Shuttling System, yaitu pesawat berbentuk piring dempet yang ditengah-tengahnya yaitu tempat penumpang.
Kita boleh menyampaikan bahwa kendaraan insan sekarang sudah kolot, kuno atau lama lantaran sistem yang dipakainya sudah berlaku selama ribuan tahun, yang semuanya itu menggunakan prinsip menolak ke belakang untuk maju ke depan dan menolak ke bawah untuk naik ke atas. Setelah insan sanggup menggunakan gaya centrifugal berbentuk “piring terbang” barulah insan akan memulai kendaraan modern.
Jadi, masa terwujudnya “piring terbang” yaitu batas antara ke-kuno-an dan kemodernan peradaban manusia. Batas ini disebut oleh Al-Quran dalam surat Az-Zukhruf ayat 13 diatas dengan bahasa kiasan, bahwa profesor yang mulai menggunakan “piring terbang” mengatakan; Waktu itu insan gres memulai hidup dalam generasi lain yaitu generasi pesawat itu tidaklah segenerasi dengan modern.
Dalam peradaban modern dimana insan umumnya menggunakan piring terbang sebagai kendaraan, akan banyak sekali perubahan dalam kehidupan baik di bidang jasmaniah maupun di bidang rohaniah. Di bidang jasmaniah akan berlaku perubahan dalam kehidupan seperti, orang-orang tak lagi membutuhkan jalan raya dan rel kereta api yang pembangunannya sangat banyak menghabiskan tenaga, tempat, benda dan waktu.
Orang-orang akan memanfaatkan tempat itu untuk tempat tinggal atau untuk kebutuhan lainnya. Orang-orang akan memindahkan perhatiannya terhadap lautan sebagai sumber makanan lantaran lautan itu memang sangat luas yang mengandung aneka macam materi untuk keperluan hidup, dan daratan sebagian besar akan dijadikan orang untuk tempat bermukim. Orang-orang nantinya akan melaksanakan penerbangan antar planet secara lazim dimana planet Jupiter, Venus, Saturnus dan planet yang lebih besar lainnya akan menjadi sasaran dalam perekonomian dan politik.
Di bidang rohaniah akan berlaku perubahan dalam kehidupan seperti, orang-orang akan menyadari bahwa alam semesta ini memang diciptakan untuk kebutuhan hidup insan oleh Allah Yang Maha Esa. Orang-orang akan menyadari bahwa insan di planet Bumi dalam tata surya ini berasal dari satu diri, satu spesies, atau serumpun.
Bukan dari hasil evolusi monyet, menyerupai teori Darwin yang dikalahkan logika. Orang-orang akan menyadari bahwa agama yang diturunkan oleh Allah SWT itu hanyalah agama Tauhid yang sama sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Imran ayat 83.
Orang-orang akan menyadari bahwa agama Tauhid yang diturunkan Sang Khaliq itu mengandung aturan yang sesuai dengan kejadian dan naluri yang terdapat di alam semesta raya dan pada diri insan sendiri, dan bahwa menolak agama itu berarti merugikan diri sendiri.
Kami akan memperlihatkan kepada mereka gejala (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga terang bagi mereka bahwa Al Alquran itu yaitu benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushshilat 41 : 53)
Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di planet-planet dan di bumi ini, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allah-lah mereka akan kembali. (QS. Ali Imran 3 : 83)

Penganut Islam Lebih Praktis Menerima Adanya UFO dan Alien

Tanpa bermaksud mengurangi penghormatan saya terhadap penganut agama-agama lain (yang saya memang tidak atau kurang mempunyai pengetahuan wacana ajaran-ajarannya), menurut saya, penganut Islam SEHARUSNYA lebih gampang untuk mendapatkan kehadiran UFO dan Alien.

Mengapa? Karena dalam kitab suci Al-Quran jelas-jelas Allah SWT menyatakan keberadaan makhluk-makhluk cerdas lain selain manusia, yang salah satunya disebut “jin.” Jin ini bisa berubah bentuk menjadi apa saja.
Mereka hidup di alam yang sama dengan manusia, meski berasal dari dimensi yang berbeda, sehingga insan umumnya jarang atau tidak pernah bertemu dengannya (kecuali dalam situasi-situasi yang luar biasa).
Artinya, bisa dikatakan bahwa dengan mengakui dan mendapatkan keberadaan UFO, Alien, dan lain-lain itu, seorang Muslim tidak perlu mencicipi adanya pertentangan atau kontradiksi, antara fakta adanya UFO/Alien itu dengan keyakinan/kepercayaan agamanya. Tentu akan sulit halnya, kalau anutan agama terang-terangan menolak adanya makhluk cerdas lain selain manusia.
Mereka ada, walau belum sanggup dibuktikan secara ilmu pengetahuan. Mengapa tak sanggup dibuktikan? Karena Allah SWT memperlihatkan jarak yang begitu jauhnya diantara trilyunan bintang-bintang dan dengan jarak milyaran tahun kecepatan cahaya, semoga mereka tak sanggup saling bertemu atau berkomunikasi kecuali Allah SWT mengijinkan mereka.
Namun, anutan Islam (sekali lagi, sejauh pemahaman saya yang bukan andal agama) juga menyatakan, “jin” dan lain-lain itu termasuk hal ghoib. Artinya, hanya Allah SWT yang tahu.
Manusia bisa mengetahuinya, namun yang bisa diketahui sangat terbatas. Jadi, tidak usah berambisi untuk tahu sangat banyak wacana “jin” dan lain-lain itu. Kita memahami keberadaan “jin” (atau UFO, Alien, dll) sebagai petunjuk kebesaran kekuasaan Tuhan yang Maha Pencipta. (baca: Al-Qur'an, Tentang Dua Air Laut Yang Tidak Bisa Bersatu)
Dan menyerupai yang ada pada Al-Qur’an bahwa semua makhluk termasuk jin, hewan, tumbuhan dan semua benda mulai dari molekul hingga super bintang di seantero jagat raya baik yang bernyawa ataupun tidak semuanya menyembah Allah SWT Sang Maha Segalanya, Sang Pemilik Semuanya, mereka (semua benda tersebut) tunduk dan menyembahNya dengan caranya masing-masing.  Maha Benar Allah, dengan segala FirmanNya.

--oOo--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel