Sejarah Penanggalan Masehi
Mei 19, 2019
Edit
Penanggalan dan perhitungan hari tahun Masehi, lahir dari rahim astrologi yakni ilmu wacana pergerakan benda-benda langit menyerupai matahari, bulan dan rasi bintang.
Astrologi berasal dari Mesapotamia, daratan di antara sungai Tigris dan Eufrat, tempat asal orang Babel kuno (kini Irak Tenggara). Ilmu ini berkembang semenjak jaman pemerintahan Babel kuno, sekitar tahun 2000 SM.
Berawal dari Mesir sekitar tahun 1000 SM, para hebat perbintangan mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan, kemudian pengetahuan ini diambil alih suku bangsa Babel. Astrologi Babel yang kemudian hari menyebarkan suatu sistem yang menghubungkan perubahan demam isu dengan kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Antara tahun 600 SM dan 200 SM, mereka menyebarkan suatu sistem untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar horoskop perorangan.
Sejarah penanggalan Masehi mempunyai akar dan ikatan yang kuat dengan tradisi astrologi Mesir kuno, Mesopotamia, Babel, Yunani kuno, dan Romawi Tua serta dalam perjalanannya menerima intervensi Gereja.
Penanggalan Masehi yakni tarikh/penanggalan yang digunakan secara internasional, dan oleh kalangan gereja dinamakan Anno Domini (AD) yang artinya "Tahun Tuhan" terhitung semenjak kelahiran nabi Isa. as (Yesus). Berawal dari biarawan Katolik, Dionisius Exoguus pd thn 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk menciptakan perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).
Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as (yesus) dinamakan dengan istilah Common Era yang disingkat "CE" (secara harfiah berarti "Era Umum"), sedangkan waktu sebelum tahun 1 digunakan istilah "Before Christ" yang disingkat BC (artinya sebelum [kelahiran] Kristus) atau Before Common Era yang disingkat "BCE" (Sebelum Era Umum).. Semua insiden dunia sebelumnya dihitung mundur alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus) dijadikan sebagai penggenapan dan sentra sejarah dunia dan tahun kelahiran Nabi Isa. as (Yesus) dihitung tahun pertama atau awal perjanjian baru.
Penghitungan hari diambil berdasarkan sistem matahari, sebelum menjadi tepat menyerupai yang kita kenal sekarang, bahwasanya mengalami sejarah cukup panjang semenjak zaman Romawi, jauh sebelum pemerintahan Julius Caesar.
Maklumat Julius Caesar Semula penghitungan hari Orang Romawi ini terbagi dalam 10 bulan saja (belum ada bulan Januari dan Februari). Sama halnya dengan pinjaman nama hari, pinjaman nama bulan pada tarikh yang kemudian menjadi penghitungan hari Masehi ini ada kaitannya dengan yang kuasa bangsa Romawi. Misalnya, bulan Martius mengambil nama Dewa Mars, bulan Maius mengambil nama Dewa Maia dan bulan Junius mengambil nama Dewa Juno.
Inilah nama-nama 10 bulan awal-awal tahun Masehi :
- March ⇐ Mars, atau martius = yang kuasa perang.
- April ⇐ Aphrilis, atau Aphrodite atau Aphros = venus. atau: April ⇐ Apreire = buka, demam isu tanam-tanaman mulai berbunga.
- May ⇐ Maia Maiestas = putri tertua dan tercantik dari yang kuasa atlas.
- June ⇐ Juno (romawi) = hera (yunani), putri dari saturnus, istri jupiter,
- Quintrilis ⇐ berarti ke-lima,
- Sextrilis ⇐ berarti ke-enam,
- September ⇐ Septem, = 7, atau ke-tujuh.
- October ⇐ Octa = 8, atau ke-delapan.
- November ⇐ Novem, Novemus = 9, atau ke-sembilan.
- December ⇐ Decem, Decimus = 10, atau ke-sepuluh.
Nama bulan Aprilis diambil dari kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman di dalam demam isu semi dan berdasarkan nama-nama tersebut di atas, tampak¸bahwa di zaman dahulu permulaan penanggalan Masehi jatuh pada bulan Maret. Ini erat kaitannya dengan demam isu dan pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa, lantaran bulan Maret (tepatnya 21 Maret) yakni permulaan demam isu semi.
Sudah menjadi tradisi kala itu dimana setiap datangnya awal demam isu semi disambut dengan perayaan suka-cita lantaran dipandang sebagai dimulainya kehidupan baru, sesudah selama 3 bulan mengalami demam isu cuek yang membosankan. Kedatangan demam isu semi ini dirayakan sebagai perayaan tahun gres setiap tahun. Penanggalan yang sebelumnya terdiri atas 10 bulan kemudian bermetamorfosis 12 bulan, ini berarti ada komplemen 2 bulan, yaitu Januarius dan Februarius.
Januarius yakni nama yang kuasa Janus, yang kuasa ini berwajah dua, menghadap ke muka dan ke belakang, diyakini sanggup memandang masa kemudian dan masa depan, oleh kesudahannya Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama.
Februarius diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam higienis kampung atau ruwatan atau opsih (operasi kebersihan kalau di negara kita) untuk menyambut kedatangan demam isu semi. Berdasarkan ketetapan ini maka Februarius menjadi bulan yang kedua, sebelum demam isu semi tiba pada bulan Maret.
Kedua nama bulan ini dipaksakan diletakkan di awal tahun yang mengakibatkan pergeseran nama-nama bulan yang lebih dahulu adanya sehingga berimbas ketidak sesuaian urutan arti dari nama bulan itu sendiri…, dan susunannya menjadi :
Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintrilis, Sextilis, September, October, November dan December, sehingga nama-nama Quintrilis hingga December menjadi tanpa arti lagi, lantaran posisi dalam urutan kedudukannya yang gres di dalam tarikh, tidak lagi sesuai dengan arti sebenarnya. Sistem yang digunakan waktu itu belum merupakan sistem matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidak-cocokan yang kian jauh melesetnya.
Pada ketika Julius Caesar berkuasa, kemelesetan mencapai 3 bulan dari patokan seharusnya. Dalam kunjungan ke Mesir tahun 47M, Julius Caesar sempat mendapatkan tawaran dari para hebat perbintangan Mesir untuk memperpanjang tahun 46M menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan December.
Rupanya ini merupakan tahun pertama dalam sejarah, namun adanya kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan tahun kembali cocok dengan musim. Sekembali ke Roma Julius Caesar mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hinga kini yakni penggunaan sistem matahari dalam sistem penanggalan menyerupai yang dipelajarinya dari Mesir.
Keputusan Julius Caesar
- Pertama, setahun berumur 365 hari. Karena bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari. Sebenarnya terdapat kelebihan 0,25×24jam = 6 jam setiap tahun.
- Kedua setiap 4 tahun sekali, umur tahun tidak 365 hari, tapi 366 hari, disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai penampungan kelebihan 6 jam setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4×6=24 jam atau 1 hari. Penampungan sehari tiap tahun kabisat ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari, pada tahun kabisat menjadi 30 hari.
Untuk menghargai jasa Julius Caesar dalam melaksanakan penyempurnaan penanggalan itu, maka penanggalan tersebut disebut penanggalan Julian. Dengan menganti nama bulan ke-5 yang semula Quintilis menjadi Julio, yang kita kenal sebagai bulan Juli. Dan juga demi mengabdikan namanya, Kaisar Augustus, yang memerintah sesudah Julius Caesar, merubah nama keenam Sextilis menjadi Augustus. Perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Augustus menjadi 31 hari, lantaran sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hari saja, penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari, lantaran itulah bulan Februari umurnya hanya 29 hari atau 28 hari pada tahun kabisat.
Waktu berjalan terus dan penanggalan Julian yang sudah tampak tepat itu, lama-lama menawarkan kemelesetan juga. Apabila pada zaman Julius Caesar jatuhnya demam isu semi mundur hampir 3 bulan, kini demam isu semi justru dirasakan maju beberapa hari dari patokan.
Akhirnya kemelesetan itu sanggup diketahui sebabnya. Kala revolusi bumi yang semula dianggap 365.25 hari, ternyata tepatnya 365 hari, 5 jam, 56 menit kurang beberapa detik. Makara ada kelebihan menghitung 4 menit setiap tahun yang makin usang makin banyak jumlahnya.
Meluruskan kemelesetan itu, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Nasrani di Roma pada tahun 1582 mengoreksi dan mengeluarkan sebuah keputusan bundar :
- Pertama, Angka tahun pada kala pergantian, yakni angka tahun yang diakhiri 2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misal 1700, 1800 dsb, bukan lagi sebagai tahun kabisat (catatan: jadi tahun 2000 yang habis dibagi 400 yakni tahun kabisat),
- Kedua untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582 itu diadakan pengurangan sebanyak 10 hari jatuh pada bulan October, pada bulan Oktober 1582 itu, sesudah tanggal 4 Oktober pribadi ke tanggal 14 Oktober pada tahun 1582 itu,
- Ketiga sebagai pembaharu terakhir Paus Regious XIII memutuskan 1 Januari sebagai tahun gres lagi. Berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus tergusur.
Tahun gres bukan lagi 25 Maret seiring dengan pengertian Nabi Isa. as (Yesus) lahir pada tanggal 25, dan permulaan demam isu semi pada bulan Maret. Dengan keputusan tersebut di atas, khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323 tahun, lantaran dalam jangka tahun 3323 tahun itu kekurangan beberapa detik tiap tahun akan terkumpul menjadi satu hari. Bila tidak ada koreksi tiap 3323 tahun, jatuhnya demam isu semi maju satu hari dari patokan.
Dalam perkembangannya, tahun Masehi sanggup diterima oleh seluruh dunia untuk perhitungan dan pendokumentasian secara internasional.
Ternyata, penanggalan tahun Masehi yang digunakan secara internasional kini ini bukan perhitungan tahun Masehi secara murni, tapi perhitungan berdasarkan Astrologi Mesopotamia yang dikembangkan oleh astronum-astronum para penyembah dewa-dewa.
Oleh lantaran itu nama-nama bulanpun menggunakan nama yang kuasa dan tokoh-tokoh pelopor penanggalan kalender Masehi. Penanggalan Masehi yang kini merupakan hasil dari ketetapan Paus Nasrani dan menjadi tradisi umat Kristen se-Dunia.
Betapa sekian usang penduduk bumi tertipu. Ternyata sejarah dunia memang tak bertanggal!!.
Nama-Nama Hari Dalam Kalender Masehi
Banyak orang di masa lalu, percaya bahwa langit itu berlapis tujuh. Ini berkaitan dengan pengetahuan mereka wacana adanya tujuh benda langit utama dengan jarak yang berbeda-beda. Kesimpulan ini lahir dari pengamatan mereka atas gerakan benda-benda tersebut. Mereka berprasangka bahwa benda langit yang lebih cepat geraknya di langit dianggap lebih akrab jaraknya.
Lalu mereka menggambarkan seakan-akan benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda-beda, mengelilingi Bumi yang berada di tengah-tengah. Inilah prasangka yang mereka yakini kala itu:
- Di langit pertama ada Bulan, benda langit yang bergerak tercepat sehingga disimpulkan sebagai yang paling dekat.
- Langit kedua ditempati Merkurius (Bintang Utarid).
- Venus (Bintang Kejora) berada di langit ketiga.
- Sedangkan matahari ada di langit keempat. Di langit kelima ada Mars (Bintang Marikh).
- Di langit keenam ada Jupiter (Bintang Musytari).
- Langit ketujuh ditempati Saturnus (Bintang Siarah/Zuhal). Inilah keyakinan usang yang menganggap Bumi sebagai sentra alam semesta.
Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu yakni dewa-dewa yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruhnya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, hingga yang terdekat yakni Bulan. Pada jam 00.00, Saturnus-lah yang dianggap kuat pada kehidupan manusia. Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, kalau kita menghitung hari hingga tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu.
Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari, jadilah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday). Setelah Sun’s day yakni Moon’s day (Monday). Hari berikut-nya yakni Tiw’s day (Tuesday). Tiw yakni nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno). Berikut-nya yakni Woden’s day (Wednesday). Woden yakni nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno). Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor yakni nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para yang kuasa Romawi). Terakhir yakni Freyja’s day (Friday).
Freyja yakni nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno). Jumlah hari yang ada tujuh itu, dalam bahasa Arab, nama-nama harinya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, hingga tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah.
Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Hari keenam disebut secara khusus: Jum’at serapan dari bahasa Arab Jama'ah, yang penamaannya langsung diberikan Allah melalui Al-Qur’an, yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah. Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasarkan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu (beda agama maka beda pula dongeng yang diceritakan agama masing-masing), sehingga lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”.
ASAL-USUL PENAMAAN HARI DALAM BAHASA INGGRIS
- Sunday ⇐ Sun’s day = Hari penyembahan yang kuasa matahari.
- Monday ⇐ Moon’s day = Hari penyembahan dewi bulan
- Tuesday ⇐ Tiw’s day = Hari penyembahan yang kuasa tiw, atau tiwes, atau teves.
- Wednesday ⇐ Woden’s day = Hari penyembahan yang kuasa woden, atau wooden. woden = oden atau odin (dewa kayu/tumbuhan).
- Thursday ⇐ Thor’s day = Hari penyembahan yang kuasa thor.
- Friday ⇐ Friy’s day = Hari penyembahan yang kuasa friyy, atau frigg, atau frigid.
- Saturday ⇐ Saturn’s day = Hari penyembahan yang kuasa saturnus.
Histori Dari Kesimpulan
Sebelum berdirinya kerajaan Roma, kalender romawi kuno cuma punya 10 bulan (304 hari), dengan Maret (March/Mars) sebagai bulan pertama dan Desember (December/Deci) sebagai bulan terakhir.
Musim cuek (januari-februari) yakni masa pasif, tidak diperhitungkan dalam kalender. Ini berlaku di masa awal berdirinya kerajaan Roma oleh raja Romulus.
Raja Roma kedua yakni Numa Pompillus di tahun 717 BC. Numa Pompilius ini selanjutnya menambahkan 2 bulan awal di kalender romawi, yaitu bulan Januari dan Februari menjadi total 12 bulan. Jauh berabad-abad sebelum ditemukan ilmu astronomi, paganisme yunani dan romawi mempercayai bahwa benda-benda langit yakni perwujudan para dewa-dewa mereka. Maka sebaliknya, mereka juga menganggap kehadiran dewa-dewa yang ada di bumi yakni perwujudan dari benda-benda langit.
Contoh: planet mars = yang kuasa mars ⇒ bagi mereka Mars yang benda langit dan Mars yang yang kuasa perang yakni sosok yang sama.
ASAL-USUL PENAMAAN HARI DALAM BAHASA INDONESIA:
- Minggu ⇐ Domingo, Portugis = hari minggu/pekan (satuan waktu 7 hari)
- Senin ⇐ Itsnain ( إثنين ) Arab = Dua, atau hari ke-2
- Selasa ⇐ Tsalasa ( ثُّلَاثاء ) Arab = Tiga, atau hari ke-3
- Rabu ⇐ Arba’a ( أَرْبعاء ) Arab = Empat, atau hari ke-4
- Kamis ⇐ Khamis ( خَمِيس ) Arab = Lima, atau hari ke-5
- Jum’at ⇐ Jum’at ( جُمْعَة ) Arab = Jama’ah, atau hari berjama’ah di masjid,
- Sabtu ⇐ Sabtu ( سَّبْت ) Arab = hari Sabat, hari ibadah umat Nabi: Yusuf, Ayyub, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakariya, Yahya, ‘Isa… عليهم السلام dan para Nabi keturunan Bani Isra’il.
ASAL-USUL PENAMAAN BULAN DALAM KALENDER HIJRIAH
- Muharram (محرّم) = Haram ⇒ haram berperang.
- Safar (صفر) = Perjalanan ⇒ demam isu para kabilah berdagang keluar daerah.
- Rabi’ al-awwal (ربيع الأول) = awal Musim Semi.
- Rabi’ al-akhir (ربيع الآخر) = final Musim Semi.
- Jumada al-awal (جمادى الاول) = awal Musim Kering/mati (tumbuhan).
- Jumada al-akhir (جمادى الآخر) = final Musim kering/mati (tumbuhan).
- Rajab (رجب) = Menghormati ⇒ persiapan bekal (fisik dan mental) menuju bulan Ramadhan.
- Sya’ban (شعبان) = Berpencar ⇒ berpencar mencari mata air.
- Ramadhan (رمضان) = bulan diturunkan-NYA ayat-ayat al-Qur’an.
- Syawal (شوّال) = Membawa ⇒ demam isu binatang berkembang biak (betina membawa isi).
- Dzu al-Qa’idah (ذو القعدة) = pemilik perilaku duduk/tidak berdiri masa tenang, tidak berperang.
- Dzu al-Hijjah (ذو الحجة) = pemilik masa Hajj/Haji ⇒ musim Haji.
Yunani: disebut Gamelion yakni “bulan pernikahan”, dipersembahkan atas masa ijab kabul zeus dan hera. Dalam kalender athena kuno, bulan Gamelion ini berjarak di antara pertengahan januari dan pertengahan februari kalender masehi/gregorian.
Roma: disebut Lupercalia yakni sebuah festival/ritual romawi kuno (pagan). Di hari itu para cowok pria dan wanita mengenakan kulit kambing ditubuhnya, kemudian dicambuk berkali-kali, dengan kepercayaan sesudah itu peranakan sanggup subur. Di final ritual itu para pemuka agama (pagan) “menjodohkan pasangan-pasangan” pria dan wanita untuk dinikahkan. Pernikahan itu cuma berlaku satu tahun, yaitu hingga dengan perayaan Lupercalia di tahun berikutnya. Februa yakni sebuah festival/ritual pensucian. Pensucian ini yakni dalam rangka menyambut tahun gres pada masa itu, yaitu bulan Maret.
HALLOWEEN
Adalah evolusi kata dari “all hallows eve” (all hallows even) yang bermakna malamnya para orang/roh suci, yakni malam sebelum hari “all hallows day”.
Ini yakni kepercayaan bangsa Celtic kuno pagan (saat ini wilayah Britania Raya) merayakan pameran arwah-arwah orang mati. Mereka percaya di malam itu perbatasan antara dunia insan dan dunia lain menipis, maka para roh-roh jahat sanggup menembus masuk. Tujuan mereka bertopeng dan berkostum angker ala setan yakni dengan maksud menyamar sebagai roh jahat juga, yakni dalam rangka ‘tricking’ supaya dikira “sesama atau teman” dan tidak disakiti.
Salam dunia maya,
Semoga bermanfaat untuk anda yang membaca, kalau diharapkan silahkan di copy-paste.
-o0o-