Al-Qur'an, Wacana Dikala Bulan Terbelah
Mei 18, 2019
Edit
ilustrasi bulan yang terbelah
Sebagian orang mungkin belum mengetahui hal ini yaitu bulan pernah terbelah di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kejadian ini telah diceritakan dalam Al Qur’an dan dalam banyak sekali hadits. Kejadian ini pula yaitu di antara tanda datangnya kiamat. Marilah kita lihat pembahasan selanjutnya. Allah Ta’ala berfirman :
“Telah erat (datangnya) final zaman dan telah terbelah bulan.” (QS. Al Qamar: 1)
Terdapat hadits yang juga menyebutkan hal ini, sebagaimana yang disebutkan dalam shohih Bukhari.
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata:
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata:
انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِرْقَتَيْنِ ، فِرْقَةً فَوْقَ الْجَبَلِ وَفِرْقَةً دُونَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « اشْهَدُوا »
“Bulan terbelah menjadi dua belahan pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu belahan terdapat di atas gunung dan belahan lainnya berada di bawah gunung. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Saksikanlah’.” (HR. Bukhari no. 4864)Berita ini juga dikeluarkan oleh At Tirmidzi dari sobat Anas, dia berkata:
سَأَلَ أَهْلُ مَكَّةَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- آيَةً فَانْشَقَّ الْقَمَرُ بِمَكَّةَ مَرَّتَيْنِ فَنَزَلَتِ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ) إِلَى قَوْلِهِ (سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ)
“Penduduk Makkah meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu bukti. Akhirnya bulan terbelah di Makkah menjadi dua bagian, kemudian turunlah ayat : ‘Telah erat datangnya hari final zaman dan telah terbelah bulan. Dan bila mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu’jizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”.(QS. Al Qamar: 1-2)” (HR. Tirmidzi no. 3286. Tirmidzi menyampaikan bahwa hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi mengomentari bahwa hadits ini shohih. Riwayat ini juga dibawakan oleh Jalaluddin As Suyuthi dalam Asbabun Nuzul, hal. 184, Darul Ibnu Haitsam.)Hadits terbelahnya bulan telah diriwayatkan oleh sekelompok sobat di antaranya:
Abdullah bin ‘Umar, Hudzaifah, Jubair bin Muth’im, Ibnu ‘Abbas, Anas bin Malik, dan juga diriwayatkan oleh seluruh mahir tafsir. Namun, sebagian orang merasa ragu wacana hal ini dan menyatakan bahwa terbelahnya bulan itu terjadi pada hari final zaman nanti sebagaimana hal ini diriwayatkan oleh ‘Utsman bin ‘Atho’ dari ayahnya, dll.
Namun, perkataan semacam ini yaitu perkataan yang syadz (yang menyelisihi pendapat yang lebih kuat) dan pendapat ini tidak sanggup menggantikan akad yang telah ada. Alasannya yaitu kata ‘terbelah’ (pada ayat di atas) yaitu kata kerja bentuk lampau (dan berarti sudah terjadi). Sedangkan menyatakan bahwa kata kerja lampau ini berarti akan tiba membutuhkan dalil, namun hal ini tidak diperoleh. –Inilah perkataan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir-. (Lihat tafsir surat Al Qomar ayat 1 di Zaadul Masiir, 5/449, Asy Syamilah).
Sampai ketika ini juga masih ada segelintir orang yang percaya dan beredar mitos wacana didalam bulan ada nenek yang sedang memintal benang. Tapi seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, bukti wacana bulan terbelah yaitu salah satu mukjizat Nabi Muhammad Saw, menyerupai hadits yang tertera diatas.
Sekelumit Kisah Diskusi Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar di sebuah Universitas Inggris.
Beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris belahan Barat. Para akseptor yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang non-muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu yaitu seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.
Salah seorang perjaka yang beragama muslim pun bangun dan bertanya, “Wahai Tuan, apakah berdasarkan anda ayat yang berbunyi Telah erat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah mengandung mukjizat secara ilmiah?
Maka saya menjawabnya: Tidak, alasannya yaitu kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak sanggup diterangkan ilmu pengetahuan, alasannya yaitu ia tidak sanggup menjangkaunya. Dan wacana terbelahnya bulan, maka hal itu yaitu mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya.
Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang Allah ta’alaa benar-benar maha berkuasa atas segala sesuatu.
Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu yaitu sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah;
- Orang-orang musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang sanggup mengambarkan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan mengolok-olok)?
- Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan?” Mereka menjawab, “Coba belah bulan…” Rasulullah pun bangun dan terdiam, berdoa kepada Allah biar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad saw biar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan sebenar-benarnya. Serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!”
- Akan tetapi para mahir menyampaikan bahwa sihir, memang benar sanggup saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak sanggup menyihir orang yang tidak ada di daerah itu. Lalu mereka pun menunggu orang-orang yang akan pulang dari perjalanan.
- Orang-orang Quraisy-pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang gres pulang dari perjalanan. Dan ketika tiba rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang asing dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang kemudian kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian bersatu kembali…”
- Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh lantaran itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “Sungguh, telah erat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat gejala kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini yaitu sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap… (sampai final surat Al-Qamar).
Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab: “Dipersilahkan dengan bahagia hati.” Daud Musa Pitkhok berkata:
- “Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna-makna Al-Qur’an yang mulia. Maka, saya pun berterima kasih kepadanya dan saya membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika saya membuka-buka terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama saya buka ternyata Al-Qamar. Dan saya pun membacanya: “Telah erat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah…”
- Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan sanggup terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang sanggup melaksanakan hal itu? Maka, saya pun berhenti membaca ayat-ayat selanjutnya dan saya menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah maha tahu wacana tingkat keikhlasan hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.
- Suatu hari saya duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita wacana dana yang begitu besar dalam rangka melaksanakan perjalanan ke antariksa, padahal ketika yang sama dunia sedang mengalami dilema kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.
- Presenter berkata, “Andaikan dana itu dipakai untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya.” Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, “Proyek antariksa ini akan membawa efek yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Makara pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia-sia, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.”
- Dalam diskusi tersebut dibahas wacana turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk sanggup mendarat di bulan?”
- Mereka pun menjawab, “Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah menerima hakikat wacana bulan itu, yang bila kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memperlihatkan dana itu kepada siapapun.”
- Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?” Mereka menjawab, “Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali!
- Presenter pun bertanya, “Bagaimana kalian sanggup yakin akan hal itu?” Mereka menjawab, “Kami mendapati secara niscaya dari batu-batuan yang terpisah (karena) terpotong di permukaan bulan hingga di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, “Hal ini mustahil terjadi kecuali bila memang bulan pernah terbelah kemudian bersatu kembali!”
“Maka aku-pun turun dari dingklik dan berkata, Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk tetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini mustahil salah… Lalu saya pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur’an dan saya baca surat Al-Qamar. Dan ketika itu yaitu awal saya mendapatkan dan masuk Islam.”
Subhanallah…. Maha Benar Allah Dengan Segala Firman-Nya.
-o0o-