I Gusti Ngurah Rai
April 25, 2019
Edit
Profil I Gusti Ngurah Rai
Nama : I Gusti Ngurah RaiLahir : Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda | 30 Januari 1917
Meninggal : Marga, Tabanan, Bali | 20 November 1946 (umur 29)
Makam : Taman Makam Pahlawan Margarana Bali
Agama : Hindu
Zodiac : Aquarius
Warga Negara : Indonesia
Biografi I Gusti Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai, yaitu pendekar nasional dari tempat Bali. Terkenal dengan gagasan perangnya yakni Puputan Margarana yang berarti perang secara habis-habisan di tempat Margarana (Kecamatan di pelosok Kabupaten Tabanan, Bali). Memiliki darah pejuang dengan tanah kelahiran Badung, Bali pada 30 Januari 1917. Ia merupakan anak camat yang berjulukan I Gusti Ngurah Palung. Hal ini pula yang mengakibatkan ia berkesempatan untuk bersekolah formal di Holands Inlandse School (HIS). Untuk mengenal lebih mendalam, mari kita ulas bersama biografi I Gusti Ngurah Rai.
Biografi I Gusti Ngurah Rai diawali dengan perjalanan pendidikannya di masa kecil. I Gusti Ngurah Rai menentukan untuk mengawali pendidikan formalnya di Holands Inlandse School di Bali. Setelah tamat dari HIS ia melanjutkan ke MULO (setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) di Malang. Selanjutnya ia memperdalam ilmu kemiliterannya di Prayodha Bali, Gianyar dilanjutkan pendidikan di Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO) di Magelang dan pendidikan Arteri Malang. Berkat pendidikan militer yang banyak serta kecerdasan yang ia miliki, ia sempat menjadi distributor diam-diam sekutu di tempat Bali dan Lombok.
Biografi I Gusti Ngurah Rai berlanjut pada masa usaha melawan penjajah colonial. Setelah pemerintahan Indonesia merdeka, I Gusti Ngurah Rai membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Sunda Kecil dan di Bali dan mempunyai pasukan berjulukan Ciung Wanara. Pasukan ini dibuat untuk membela tanah air guna melawan penjajah di tempat Bali. Sebagai seorang Komandan TKR di Sunda Kecil dan, ia merasa perlu untuk melaksanakan konsolidasi ke Yogyakarta yang menjadi markas TKR pusat. Sampai di Yogyakarta I GUsti Ngurah Rai dilantik menjadi komandan Resimen Sunda Kecil berpangkat Letnan Kolonel. Sekembalinya dari Yogyakarta dengan persenjataan, I Gusti Ngurai Rai mendapati Bali telah dikuasai oleh Belanda dengan menghipnotis raja-raja Bali.
Biografi I Gusti Ngurah Rai berlanjut dengan meletusnya perang di Bali. Setelah kepulangannya dari Yogyakarta Ia mendapati pasukan Belanda dengan 2000 pasukan dan persenjataan lengkap dan pesawat terbang siap untuk menyerang I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan kecilnya. Bersama dengan pasukan Ciung Wanaranya, I Ngurah Rai berhasil memukul mundur pasukan Belanda pada ketika itu pada tanggal 18 November 1946. Namun hal ini justru menciptakan pihak Belanda menyiapkan bala tentara yang lebih banyak dari Pulau Jawa, Madura dan Lombok untuk membalas kekalahannya. Pertahanan I Gusti Ngurah Rai berhasil dipukul mundur dan sampai balasannya tersisa pertahanan Ciung Wanara terakhir di desa Margarana. Kekuatan terakhir ini pun dipukul mundur karena seluruhnya pasukannya jatuh ke dasar jurang. Hal ini pulalah yang diabadikan dengan istilah puputan Margarana (perang habis-habisan di tempat Margarana) pada tanggal 20 November 1946.
Berkat usaha yang gigih memperjuangkan Bali untuk masuk menjadi kekuasaan Indonesia (sesuai janji Linggarjati hanya Sumatra, Jawa, dan Madura yang masuk kekuasaan Indonesia) Ngurah Rai menerima gelar Bintang Mahaputra dan dan kenaikan pangkat menjadi Brigjen Tentara Nasional Indonesia (Anumerta). Ia meninggal pada usia 29 tahun dan memperoleh gelar pendekar nasional menurut SK Presiden RI No. 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975. Namanya pun diabadikan menjadi nama Bandara di kota Bali.
Pendidikan I Gusti Ngurah Rai
- HIS, Denpasar
- MULO, Malang
- Prayodha Bali, Gianyar, Bali
- Corps Opleiding Voor Reserve Officieren (CORO), Magelang
- Pendidikan Artileri, Malang
Karir I Gusti Ngurah Rai
- Brigjen Tentara Nasional Indonesia (anumerta)
- Letnan Kolonel
- Letnan II
Penghargaan I Gusti Ngurah Rai
- Bintang Mahaputra
- Pahlawan Nasional menurut SK Presiden RI no 63/TK/1975 tanggal 9 Agustus 1975
Sumber: http://profil.merdeka.com/indonesia/i/i-gusti-ngurah-rai/