Ahmad Dahlan Sang Pembaharu Dalam Kata Dan Karya
April 14, 2019
Edit
Profil KH. Ahmad Dahlan
Lahir : 1 Agustus 1868, Daerah spesial Yogyakarta
Meninggal : 23 Feb 1923, Daerah spesial Yogyakarta
Kebangsaan : Indonesia
Makam : Kampung Karangkajen, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta
Anak : Djohanah, Dandanah, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siradj Dahlan, Siti Zaharah, Siti Busyro
Nama Ayah : K.H. Abu Bakar
Nama Ibu : Siti Aminah
Biografi KH. Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan dilahirkan pada tanggal 1 Agustus 1868 di Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwisy. Beliau merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara dari K.H. Abu bakar, seorang Khatib dan ulama di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Secara garis nasab, ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah satu tokoh penyebaran agama Islam di Jawa dan termasuk pemuka dari Walisongo. Pada Biografi Ahmad Dahlan disebutkan, pada usia 15 tahun ia menunaikan Ibadah Haji dan bermukim di kota suci Makkah selama 5 tahun untuk memperdalam agama Islam. Interaksi ahmad Dahlan dengan pemikiran para pembaharu Islam, menyerupai Muhammad Abduh, jamaludin Al-Afghani, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha begitu inten dalam periode ini sampai sangat mensugesti pola pikirnya. Pada tahun 1888 ia pulang kampong dan berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap disana selama dua tahun untuk lebih memperdalam agama Islam. Pada periode ini,Ahmad Dahlan berguru pada orang yang sama dengan pendiri NU, K. H. Hasyim Asy`ari yaitu Syeh Ahmad Kahtib. Membaca Biografi Ahmad Dahlan, kita akan menemukan jika ia orang yang haus ilmu, sehingga ia mencar ilmu aneka macam bidang ilmu dari beberapa guru dengan latar belakang keilmuan yang berbeda. Beliau mencar ilmu fiqih pada KH. Muhammad Shaleh, mendalami ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa) pada KH. Muhsin. Pendalaman ilmu hadits pada KH. Ayyat dan Kiai Mahfud, sedangkan ilmu Al-Qur`an dipelajari dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock. Disiplin ilmu lainnya yang juga ia pelajari ialah ilmu falak (astronomi) dari KH. Raden Dahlan. Ilmu aplikatif lainnya yaitu ilmu pengobatan dan racun hewan yang dipelajari dari Syekh Hasan.
Sepulang dari Mekkah ia menikah dengan Siti walidah anak Kyai Penghulu Haji Fadli. Dalam biografi Ahmad dahlan disebutkan, ia pernah menikah lima kali selama hidupnya. Selain sebagai tokoh agama, ia juga seorang pedagang batik yang mumpuni. Maka tak heran, jika gagasan dan pemikirannya cepat menyebar ke aneka macam daerah, alasannya memang aktivitasnya yang terus berputar dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Disela-sela berdagang, ia selalu mendakwahkan anutan agama Islam. Ahmad Dahlan merupakan seorang pencetus kemasyarakatan yang mempunyai pemikiran cemerlang dan wawasan luas. Dengan mudah, ia diterima diorganisasi Jam`iyatul Khair, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1909 Ahmad Dahlan bergabung dengan Boedi Oetomo, sebuah organisasi tempat ditempanya para tokoh-tokoh nasionalis. Selain mengajarkan wacana agama pada anggota Boedi Oetomo, ia juga mencar ilmu wacana organisasi, administrasi dan aneka macam hal mengenai pergerakan. Dari sinilah ia kemudian menyerap aneka macam pengetahuan yang dipadukan dengan nilai-nilai keagamaan. Maka pada 18 November 1912 (8 Dzulhijah 1330) ia mendirikan organisasi kemasyarakatan dan pendidikan yang dilandasi semangat keagamaan dan pembaharuan berjulukan Muhammadiyah.
Selintas membaca biografi Ahmad Dahlan, kita akan mendapati, bahwa ia ialah orang yang puritan dalam arti memegang teguh kemurnian agama. Bahkan melalui Muhammadiyah ia selalu menyampaikan, apapun amaliah agam yang tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan sesuatu yang terlarang. Disisi lain, ia juga seorang moderat, yang dengan elastis bisa bergaul dengan aneka macam pemikiran dan kalangan termasuk tokoh-tokoh lintas agama dan nasionalis. Pada bab lain, kita akan menemukan, betapa ia seorang reformis dan pembaharu sejati dalam bidang keagamaan dan social kemasyarakatan. Khusus dalam system pendidikan, ia mereformasi pola pesantren yang hanya mengajarkan bahan keagamaan dan menitikberatkan pada hafalan dengan memasukkan ilmu umum. Begitu pula sebaliknya, ia memasukkan pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum. Beliau mempelopori system klasikal pada forum pendidikan yang belum lazim dikala itu. Perkara ini bukanlah hal yang sepele, alasannya aneka macam sepak terjangnya final memunculkan gejolak, terutama dikalangan umat Islam, sehingga ia mendapat hujatan bahkan dicap sebagai Kiai Kafir,antek absurd dan sering mendapat terror bahkan bahaya pembunuhan. Tetapi kegigihan dan konsistensi Beliau tidak bergeser sedikitpun atas aneka macam cobaan yang menimpa.
Mendalami biografi Ahmad Dahlan, kita sanggup mengambil pentingnya gagasan visioner yang dilandasi nilai-nilai kebenaran, pemikiran yang inklusif sekaligus eksklusif. Beliau selalu menekankan pentingnya amaliah atau praktek keagamaan secara kasatmata dalam keseharian. Agama bukan hanya berhenti pada pemahaman kognitif belaka, namun harus aplikatif dan bisa menjawab duduk masalah kemasyarakatan. Beliau juga menghilangkan budaya kultus individu dan ketergantungan pada individu. Terbukti Muhammadiyah, organisasi yang didirikannya mempunyai bermacam-macam amal ilmiah dan terorganisir secara rapi sampai dikala ini dan terus memperlihatkan bantuan pada masyarakat. Beliau wafat pada usia 54 tahun, tepatnya pada 23 Februari 1923 dan dimakamkan di Karang Kuncen, Yogyakarta. Atas jasa dan pengabdiannya, ia dianugerahi gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang tertuang dalam SK Presiden No.657, tertanggal 27 Desember 1961.
Penghargaan KH. Ahmad Dahlan
- Pahlawan Nasional Indonesia Keppres No. 657 tahun 1961
Karir KH. Ahmad Dahlan
- Pendiri Muhammadiyah
Seperti itulah ulasan Biografi KH. Ahmad Dahlan salah satu tokoh satria nasional Indonesia dari Yogyakarta yang sempat BiografiPahlawan.com bagikan kepada pembaca. Semoga dengan hadirnya biografi diatas sanggup membantu pembaca dalam mengenal lebih dalam sosok KH. Ahmad Dahlan.