Sistem Yang Sempurna: Pembekuan Darah


sel-sel darah merah

Peradaban insan telah berusia ribuan tahun, dan selama itu pula pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi insan berhasil menyingkap diam-diam alam semesta dan menghasilkan aneka macam teknologi. Namun, apa yang dihasilkan insan ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan kehebatan dan kesempurnaan teknologi di alam.

Kekuatan teknologi dan peradaban insan – yang merupakan simbol kekuatan, kecerdasan, kehebatan dan kedigdayaan mereka – dengan gampang terhempaskan oleh kekuatan alam menyerupai tragedi gunung berapi, banjir, angin tornado, gempa bumi. Bahkan manusianya pun gampang dibuat lunglai tak berdaya, bahkan tak bernyawa, akhir serangan organisme yang sepertinya jauh lebih lemah dari dirinya, menyerupai virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.

Demikianlah, ini berarti keberadaan serta keberlangsungan alam ini beserta seluruh isinya, termasuk tumbuhan, binatang dan insan itu sendiri, tercipta dengan kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih hebat dari insan maupun makhluk lainnya. Inilah kekuasaan dan kekuatan Pencipta dalam mencipta dan berkehendak atas segala sesuatu, yang tak sanggup dihadang oleh siapa pun, termasuk insan itu sendiri. Seluruh seluk-beluk isi alam ini, termasuk badan insan sendiri, telah dirancang dengan sengaja dan secara sempurna. Satu penggalan kecil saja dari keseluruhan sistem yang mengatur badan insan ini tidak berfungsi, maka ini akan membahayakan hidupnya. Di antara ratusan, atau bahkan ribuan, sistem yang ada pada badan insan ialah sistem pembekuan darah.

Darah insan sekilas tampak sederhana, cairan biasa berwarna merah. Seolah tak ada yang istimewa dari darah, dan seseorang mungkin berpikir bawah darah terbuat dari cairan biasa yang diberi pewarna merah. Namun fakta bahwa insan akan sakit, bahkan mati, ketika kekurangan darah atau menderita kelainan darah memperlihatkan bahwa darah bukanlah cairan biasa. Keseluruhan darah insan yang berwarna merah terdiri atas penggalan cair dan penggalan padat yang terlarut atau tercampur dengan penggalan cair tersebut. Bagian yang padat ini terdiri atas sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet. Hemoglobin yang terdapat pada sel-sel darah merah yang melimpah inilah yang memperlihatkan warna merah pada darah. Bagian yang cair merupakan larutan yang terdiri atas air, asam amino, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hormon, elektrolit, dan sisa-sisa metabolisme sel. Seluruh gabungan yang ada pada darah ini harus ada dalam keadaan seimbang, dalam jumlah yang sesuai keperluan tubuh, dan seluruh bagiannya harus berfungsi secara sempurna, termasuk sistem pembekuan darah. Ini semua telah diciptakan secara tepat oleh Allah biar insan sanggup hidup dengan baik.

Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada risikonya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka usang yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para hebat biokimia. Penelitian mereka menunjukkan, kejadian ini terjadi akhir bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Hilangnya satu penggalan saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.

Darah harus membeku pada waktu dan kawasan yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih menyerupai sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun sampai bagian-bagiannya yang terkecil.

Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada ketika dan kawasan yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.

Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein berjulukan faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru fatwa darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang terjerat di kawasan terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang sanggup mengumpulkan trombosit-trombosit lain di kawasan tersebut. Sel-sel trombosit ini kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit kemudian mati sehabis melaksanakan kiprah menemukan kawasan luka. Pengorbanannya hanyalah satu penggalan dari keseluruhan sistem pembekuan dalam darah.

Trombin ialah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di kawasan yang terluka, dan dalam jumlah yang dihentikan lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada ketika yang diperlukan. Dalam badan terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini sanggup merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk ketika benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera sehabis enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada kawasan keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau keping-keping darah yang sedang berpatroli tanpa henti, terperangkap dalam jaring dan mengumpul di kawasan yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah beku ialah penyumbat luka yang terbentuk akhir berkumpulnya keping darah yang terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.

 

MEKANISME PENUTUPAN LUKA:
Ketika luka pada badan mulai mengeluarkan darah, sebuah enzime yang disebut tromboplastin yang dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras. Lapisan sel-sel paling atas risikonya mati, dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah keropeng ini, atau lapisan pelindung, sel-sel gres sedang dibentuk. Ketika sel-sel yang rusak telah selesai diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh.

Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang bisa memilih sejauh mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang sanggup memperkuat serta melarutkan gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah niscaya mempunyai kerumitan luar biasa yang tak mungkin sanggup disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa kesalahan sekecil apa pun bahkan sampai pada bagian-bagiannya yang terkecil sekalipun.

Apa yang terjadi ketika terjadi sedikit gangguan pada sistem pembekuan darah yang bekerja secara tepat ini? Misalnya, bila terjadi pembekuan dalam darah meskipun tidak terjadi luka, atau seandainya gumpalan darah beku tersebut gampang terlepas dari luka, apa yang akan terjadi? Hanya ada satu tanggapan atas pertanyaan ini: dalam keadaan demikian, fatwa darah ke organ-organ badan yang paling penting dan peka terhadap kerusakan, menyerupai jantung, otak dan paru-paru, akan tersumbat oleh gumpalan darah beku, dan maut pun tak terelakkan.

Ini ialah kenyataan yang memperlihatkan kepada kita sekali lagi bahwa badan insan didesain dengan tepat tanpa cacat. Sungguh tidak mungkin menjelaskan sistem pembekuan darah dengan menganggapnya sebagai kejadian kebetulan atau “perkembangan bertahap” sebagaimana pernyataan teori evolusi. Sistem yang dirancang dan diperhitungkan dengan hati-hati menyerupai ini ialah bukti kesempurnaan dalam penciptaan yang tak perlu diperdebatkan lagi. Allah, yang telah membuat dan menempatkan kita di bumi, telah membuat badan kita beserta sistem pembekuan darah yang melindungi kita dari banyak kejadian luka yang kita alami sepanjang hidup.


Selembar jaringan otot khusus membungkus pembuluh darah. Ketika otot mengerut, pembuluh darah menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Gambar di sebelah kanan ialah penampang pembuluh yang menyempit. Inilah sebabnya penggalan dalamnya bergelombang (kiri). Di sekeliling pembuluh darah, terdapat sejumlah urat otot (merah) dan saraf (biru).

Selain mengatasi luka yang sanggup terlihat, pembekuan darah juga sangat diharapkan untuk memulihkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler dalam badan kita yang terjadi setiap saat. Meski tidak terlihat, terdapat pendarahan kecil di dalam badan secara terus-menerus. Ketika membenturkan lengan pada pintu atau duduk sampai kepayahan, ratusan pembuluh darah kapiler pecah. Pendarahan yang kemudian terjadi segera diatasi oleh sistem pembekuan darah, dan pembuluh kapiler dibuat kembali menyerupai sedia kala. Jika benturan lebih keras terjadi, maka akan terjadi pendarahan yang lebih parah dalam badan dan menjadikan luka memar yang umumnya disebut “turning purple” atau “berubah menjadi ungu”. Seseorang yang sistem pembekuan darahnya tidak berfungsi dengan baik, contohnya pada penderita hemofilia, harus menghindari benturan sekecil apa pun. Penderita dengan hemofilia sangat parah tidak bisa hidup lama. Sebab, pendarahan kecil saja, contohnya akhir terpeleset dan jatuh, sudah cukup untuk mengakhiri hidupnya.

Kenyataan sederhana ini sudah sepatutnya mendorong setiap orang merenungkan keajaiban penciptaan dalam dirinya sendiri dan bersyukur kepada Allah, yang telah membuat tubuhnya dengan tepat tanpa kekurangan sedikit pun. Tubuh ini ialah kenikmatan tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita. Kita tidak bisa membuat satu saja dari keseluruhan sel pembentuk badan tersebut. Allah berfirman kepada manusia: Kami telah membuat kamu, maka mengapa kau tidak membenarkan (hari berbangkit)? (QS. Al Waaqi’ah, 56:57). 

 

---ooOoo---

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel