Tragedi Giordano Bruno Dan Terbelenggunya Sain

Korban Doktrin Gereja

Terhadap Kebebasan Berpikir


Giordano Bruno 1548-1600
Penulis Buku/Novel, Filsuf, Kosmologi

Giordano Bruno merupakan orang pertama sebagai martir dari “Kebebasan Berpikir Bagi Ilmu Pengetahuan” yang mendapat sanksi secara keji dari gereja pada tahun 1600 M. Lahir pada 1548 di desa yang terpencil Italia, Nola, desa inipun dikenal dengan sebutan Filippo Bruno. Dalam banyak karyanya, ia dijuluki dengan sebutan “The Nolan,” alasannya ialah karyanya yang dibukukan mengisahkan wacana keterpurukan desa Nola tersebut yang penuh keruwetan dan jauh dari sebuah keinginan untuk bisa menjadi sebuah kota pra-Renaissance suatu saat, semua penduduk desanya yakni masyarakat Nola banyak menjadi budak di kawasan Vandal Afrika Utara, dimana, mereka gres bisa mendapat kebebasan sehabis diantara mereka yang kaya memperlihatkan sebagian harta yang ada atas dasar emansipasi sesama mereka.

Sumbangsih Bruno dimulai semenjak usia dini. Pada tahun 1565 disaat usianya menginjak 17 tahun, ia memutuskan untuk bergabung menjadi seorang biara di sekolah Dominika San Domenico Napoli Itali. Pada tahun 1576 ketika usianya menginjak 28 tahun ia melanggar sumpah pekerjaan sebagai biarawan dan melarikan diri dari Napoli. Sejak itu Ia menganggap hal ini merupakan bentuk awal untuk mencari kebenaran dalam kehidupannya, yaitu kesempatan baginya untuk sanggup menilik jalan kebenaran sehingga bertekad mengabaikan pandangan/doktrin-doktrin janggal ke-Kristenan. 

Sementara itu seorang rahib seniornya di biara mengungkapkan bahwa ia memiliki kecerdasan melebihi rahib yang lainnya, diceritakan juga dikamarnya, banyak terpampang lukisan-lukisan benda langit. Salah satu lukisan tersebut memerankan orang yang membawa obor (The Torch-Bearer), seakan-akan Bruno menyindir kehidupannya sendiri sebagai seorang biarawan dengan melampiaskan kejijikannya yang mendalam terhadap kiat organisasi ke-agamaan ibarat dijalankannya dikala ini. 

Walaupun barangkali hal ini hanya merupakan ungkapan bijak saja bagi Bruno, namun inti dari kalimat tersebut sebetulnya suatu sindiran yang seakan-akan mengatakan: “kepada saudara-saudara pendeta/imam: Ayo keluar dari kamar-kamar anda, keluar dari ruang bawah tanah anda: mari terbang ke udara dan lemparkan cahaya gemerlap dan salib anda jauh-jauh. Mari kita memungut bunga, berbaur dengan kerabat-kerabat anda, milikilah istri untuk sanggup beranak-pinak, sebarkanlah benih-benih sukacita, buanglah duri dan jelatang kredo anda, nikmati, keagungan/keindahan infinit kehidupan”. (dikutip dari sumber buku: The Great Infidels, by Robert Green Ingersoll)

Selama 10 tahun ia mendalami ilmu ke agamaan (asceticism of the church) hingga pada suatu titik ia merasa bahwa kekuatan yang dimiliki Tuhan yakni Yesus sendiri, sama saja dengan insan yang lainnya, yang pada kesannya ia dicap sebagai seorang panteisme (ajaran yg menyamakan Tuhan dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta), yang pada klimaknya ia ditangkap oleh Lembaga Inkuisisi Nasrani Roma pada tahun 1592, dikala ia berada dengan seorang aristokrat kaya yang membujuknya ke Venesia, dan aristokrat tersebut merupakan seorang kaki-tangan forum gereja yang tiba tanpa sepengetahuan Bruno. 

Bangsawan tersebut meminta Bruno menjelaskan belakang layar memori jangka panjang dalam beberapa karyanya, termasuk Ars Memoriae (The Art of Memory=Seni Mengingat) dan De Umbris Idearum (The Shadow of Ideas), Bruno menulis metode dan teknik menghafal. Bruno juga menceritakan pada aristokrat kaya tsb bahwa kalau ada waktu ia akan mengajarinya. Larut malam itu ketika Bruno tidur, aristokrat takut kalau-kalau Bruno akan melarikan diri dari wismanya ketika bangun, maka segeralah aristokrat tersebut memberitahukan pada forum Inkuisisi wacana keberadaan Bruno. Ketika Bruno terbangun, dirinya telah dikepung oleh pasukan yang diutus oleh forum inkuisisi gereja. Kemudian, dibawa ke pengadilan untuk diserahkan kepada Inkuisitor. Para Inkuisitor ini memintanya Bruno menjelaskan perihal tindak-tanduknya selama ini. Setelah mengintrogasi Bruno beberapa jam lamanya (ada sumber yang menyampaikan selama dua hari) untuk mengetahui klarifikasi hidupnya secara detail. 

Ketika para Inkuisitor bertanya apakah ia Nasrani atau bukan, ia menjawab dengan yakin tanpa ragu sesuai keteguhan filsafat yang dimilikinya. Dia tidak bertele-tele mengungkap wacana kebenaran, ia juga tidak berbohong, ia juga menyatakan bahwa ia tidak akan merubah pendiriannya demi kebenaran hakiki alasannya ialah ia memiliki alasan yang prinsipel sesuai pemikiran dan riset pengetahuan yang ia pelajari selama berahun-tahun. Justru seharusnya pada mereka yang anti kepadanya sanggup mengerti bahwa: ia berpikiran rasional, dan logis secara alam, sesuai dengan tatanan filsafatnya yang penuh kasih, kenapa ia dianggap oleh para imam sebagai orang yang sesat dan antiklerus (anti kependetaan).

Singkatnya Bruno dijebloskan ke penjara selama 6 tahun oleh “Dewan Kota Venesia” dan selanjutnya dipindahkan ke Roma, Akhirnya, pada 10 Februari 1600, atas legalitas kekuasaan Gereja Santa Maria, ia dijatuhi sanksi dibakar hidup-hidup,  berulang kali disiksa dan didera oleh kaki-tangan para imam/pemimpin secara biadab alasannya ialah dianggap sebagai bandel Kristus. Selama tujuh tahun berlalu nasib Bruno berkubang dalam sel penjara, tahun 1600 pada bulan Februari forum inquisisi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya kecuali kalau Bruno melepaskan keyakinan/filsafat hidupnya dan menuruti/mengikuti iman gereja.

Lembaga inquisisi memberi batasan satu ahad pada Bruno dengan pilihan tobat atau dieksekusi. Menanggapi hal ini sebagai respon, Bruno mengatakan, “Barangkali hanya anda yang sanggup memberikan kalimat-kalimat saya dengan penuh rasa takut daripada saya harus kembali dengan ajaran/pemahaman kalian ibarat yang kalian harapkan”.  

Pada tanggal 17 [sumber lain: 20] Februari, 1600, petugas memberi Bruno satu kesempatan terakhir namun tetap tidak ditanggapi oleh Bruno kesannya mereka menyodor-paksa Salib ke muka Bruno dan memaksanya untuk dicium, namun di cemooh oleh Bruno. Klimaknya mereka menyiksa dan menyeret Bruno sambil melucuti pakaiannya, kemudian badannya di ikat pada sebuah pohon yang ada di perkebunan bunga  dan dibakar  di hadapan kerumunan orang yang cukup banyak.

Kalau dikaji kisahnya secara mendalam sesungguhnya: “keberanian tersebut merupakan arti dari suatu Kepahlawananan yang disumbangkannya untuk dunia dan membangkitkan darah kebenaran yang seakan-akan didihan darah yang bergejolak bersama api, melebihi merdunya nyanyian trompet sangkakala sekalipun walaupun Bruno berdiri di tiang yang tersendiri dan terlihat wajah-wajah sangar petugas yang berada disekelilingnya, Ia merupakan salah satu orang yang melawan dunia demi kebebasan berpikir dengan julukan: sang pendekar kebebasan, sang juara dari ke kebebasan berpikir (the knight of Liberty, the champion of Freethought), ia rela menjalani hidup ibarat itu demi menggapai kebebasan berpikir insan setelahnya, tanpa berharap imbalan dunia maupun surga, tapi ia merelakan untuk menjadi pelajaran yang maha penting bagi generasi berikutnya, sehingga ia layak menyandang martir tertinggi sepanjang masa, ia telah memancangkan menara di dunia yang dipersembahkan untuk kita semua yang menyayangi kebebasan berpikir”… 

Semasa hidup, Ia dikenal sebagai penulis buku/novel, juga sebagai dosen filsafat dan seni di beberapa universitas. 

Sumber dikutip dari buku: Infidel Death-beds, by GW Foote and AD McLaren, (http://www.infidels.org)




--o0o--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel