Tragedi Copernicus Dan Terbelenggunya Sain
September 24, 2019
Edit
Copernicus berpikir mendahului waktu
Nicolaus Copernicus
Anda mungkin pernah mendengar ihwal Copernicus yang hidup di era Renaisance (Zaman kelahiran kembali budaya Romawi-Yunani Eropa pada masa 15-16) pada masa yang sama dengan Colombus, Martin Luther, Calvin, Picasso dan Leonardo da Vinci. Orang-orang besar tersebut di catat dalam sejarah besar sebagai perubahan yang memutar balikan sejarah. Semua orang yang saya sebutkan diatas sungguh menikmati pembaharuan yang mereka ciptakan kecuali Copernicus.
Perubahan yang ia lakukan sekarang bisa kita saksikan, jauh mendahului waktunya. Satu-satunya yang menciptakan ia beruntung yaitu buku yang ia tulis, terbit dan hingga ke tangannya beberapa ketika sebelum ia meninggal dunia (1543). Itu pun dalam keadaan yang setengah sadar, sehabis ia mendapatkan serangan jantung ringan (stroke). Kalau saja buku tersebut terbit lebih awal lagi, mungkin Copernicus mengalami nasib yang sama dengan dua orang penerusnya, yaitu Giordano Bruno yang disiksa dan dibakar hidup-hidup. Atau menyerupai Galileo Galilei yang dihukum seumur hidup sebab dianggap murtad (melawan agama).
Sejarah pemikir alam semesta
Mengapa Copernicus dan kedua pengikut ilmunya mengalami masa-masa yang pahit?
Para hebat sejarah menyebutkan bahwa mereka lahir terlalu cepat dari waktunya. Saat itu kekuasaan gereja masih sangat kuat, dan siapapun yang melahirkan temuan yang bertentangan dengan kepercayaan yang di gariskan oleh gereja akan dianggap murtad dan dihukum.
Harap di catat bahwa setiap perubahan ada para pengikut yang sangat fanatik dan merasa paling berhak menjaga moral.
Copernicus melaksanakan penelitian yang didasarkan kaedah-kaedah ilmiah . Selama bertahun-tahun, dari atap sebuah gereja ia melaksanakan observasi terhadap alam semesta dengan alat sederhana. Ia melaksanakan perhitungan matematika secara cermat hingga risikonya ia menyimpulkan kepercayaan yang dianut publik selama ini kurang tepat. Selam bertahun-tahun publik gereja menganut kepercayaan yang dikatakan filsuf Mesir, Claudius Ptolemy yang menyampaikan bahwa bumi ini tetap, tidak berputar dan terletak di sentra tata surya.
Paradigma usang mencerminkan ego insan dan diperkuat oleh agamawan hingga masa pertengahan. Sebab berdasarkan kitab suci, manusialah puncak penciptaan Sang Pencipta. Dan penciptaan itu adanya di bumi. Copernicus tidak menentang pandangan gereja. Ia hanya menemukan sentra alam semesta itu bukan bumi melainkan matahari. Makara bukan matahari yang mengitari bumi, melainkan sebaliknya. Para agamawanlah yang menyimpulkan sendiri bahwa jika begitu, Copernicus menyampaikan “ada makhluk hidup di planet lain jika begitu“, sehingga sentra penciptaan itu bukan disini. Sebab bumi hanya merupakan salah satu planet dalam tata surya ini.
Copernicus tahu kemungkinan-kemungkinan itu, maka ia sangat berhati-hati. Bahkan ia menentukan mendiamkan temuan-temuan itu berada dalam perpustakaan pribadinya. Ia sangat perfeksionis dan selalu merasa karyanya belum sempurna. Tapi suatu ketika ia kedatangan tamu, seorang anak muda, pemikir asal Jerman berusia 25 tahun, George Joachn Rheticus yang ingin mencar ilmu ihwal matematika kepadanya. Setelah disimpan selama lebih dari 30 tahun, risikonya Copernicus mengizinkan manuskrip ilmiahnya dibawa ke Jerman untuk di terbitkan di sana. Sayangnya, tak usang sehabis ia kembali ke Jerman, Rheticus menerima kiprah barudi Leipzig, sehingga naskah itu diolah oleh penggantinya, Andreas Osiander.
Andreas Osiander yang tidak begitu mengenal Copernicus merasa cemas membaca naskah imiah itu. Ia beranggapan studi ini terlalu radikal dan berbahaya.
Maka tanpa seizin pemiliknya, Osiander membongkar dan memanipulasi penggalan 1 dan menyampaikan studi ini seperti fiksi belaka.
Tapi meski demikian kebohongan Osiander dengan cepat terungkap. Copernicus sempat membacanya dengan kecewa. Namun reaksi keras diluaran beredar dengan cepat. Tak kurang dari reformer-reformer gereja menyerupai Calvin, Martin Luther mencibir sinis buku ini. Mereka menertawakan “Bagaimana mungkin bumi berputar.Kalau iya demikian, semua yang ada di udara niscaya akan tertinggal di belakang kita” ujarnya. Kelak, kekhawatiran ini di jawab oleh Isaac Newton dengan klarifikasi gaya tarik bumi (gravitasi).
Pandangan-pandangan dan opini-opini mereka yang disampaikan secara terbuka itu cukup mengganggu. Kekerasan pun bermunculan. Beruntung Copernicus segera menemui ajalnya. Beberapa dokumen yang masih tersisa hingga masa ini menyebutkan, kantor penerbit yang mencetak buku “The Revolutionibus Orbius Coelestium” dihadang para mahasiswa yang menentangnya, bahkan diancam akan dirusak oleh massa.
Bahkan dibeberapa kota, muncul pagelaran-pagelaran teatrikal yang menggambarkan Copernicus sebagai jelmaan setan yang harus dilawan. Pemberangusan terhadap karya ini risikonya dilengkapi dengan dimasukannya buku ini sebagai sebagian indeks buku terlarang oleh gereja pada tahun 1616. Dengan begitu siapapun yang membelanya akan menghadapai tantangan yang sangat serius. Itulah yang dialami oleh Bruno yang menemukan bahwa bumi ternyata benar berputar. Bruno kemudian disiksa dan dibakar hidup-hidup. Galileo yang menggunakan teleskop untuk pertanda kebenaran ilmiah Copernicus juga dieksekusi sumur hidup.
Hidup mereka di zaman peralihan penun pengorbanan. Zaman gres sedikit telah berubah di era Tycho Brahe dan muridnya Johann Kepler atau Isaac Newton yang hidup 200 tahun kemudian. Karya-karya mereka diterima tanpa resistensi sama sekali, bahkan mereka di beri gelar kehormatan dan disebut genius. Semua itu perlahan-lahan mendorong gereja pada masa pertengahan mendapatkan Pembaharuan yang dibentuk Copernicus pada tahun 1500-an. Butuh waktu sekitar 350 tahun bagi gereja untuk mencabut larangan membaca karya Copernicus pada tahun 1835.
Cerita ini mengisahkan ada bakat-bakat dan keberanian tertentu menyerupai Copernicus yang berpikir mendahului waktu. Dan dunia berubah pun bukan dimulai dengan banyak orang, tetapi dimulai dari sedikit orang-orang pilihan yang mempunyai keterampilan dan keberanian yang luar biasa. Gagasan-gagasan mereka tidak akan pernah mati, sepanjang hal itu logis disampaikan dengan klarifikasi yang sederhana dan gampang dimengerti. Einstein yang cerdas itu bisa menjelaskan teorinya hanya dengan rumus sederhana E = m C2. Sigmund Freud merumuskan langsung insan terdiri atas id, ego dan super ego. Copernicus pun hanya menjelaskan dua hal yaitu : Bumi berputar dan ia berputar mengelilingi matahari.
baca: Tragedi Michael Servetus
baca: Tragedi Michael Servetus
--o0o--