Mengenal Yakjuj Dan Makjuj (Gog Dan Magog)


Nama Yakjuj dan Makjuj dalam dunia Katolik dikenal dengan nama Gog dan Magog terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama, nama ini terdapat dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Kahf Ayat: 94 ibarat yang tertera dibawah:
 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) Orang-orang "Yakjuj dan Makjuj" dikurung dengan sebuah tembok oleh pasukan Aleksander.—Buku Aleksander karya Jean Wauquelin. Bruges, Belgia, era ke-15.
  1. Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) wacana Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu dongeng tantangnya."
  2. Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah menawarkan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,
  3. maka diapun menempuh suatu jalan.
  4. Hingga apabila dia telah hingga ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam bahari yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kau boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.
  5. Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.
  6. Adapun orang-orang yang beriman dan berinfak saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang gampang dari perintah-perintah kami."
  7. Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).
  8. Hingga apabila dia telah hingga ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak mengakibatkan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,
  9. demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami mencakup segala apa yang ada padanya.
  10. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).
  11. Hingga apabila dia telah hingga di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.
  12. Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang menciptakan kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami menawarkan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kau menciptakan dinding antara kami dan mereka?"
  13. Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya yakni lebih baik, maka tolonglah saya dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), semoga saya berbagi dinding antara kau dan mereka,
  14. berilah saya potongan-potongan besi." Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)." Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah saya tembaga (yang mendidih) semoga saya kutuangkan ke atas besi panas itu."
  15. Maka mereka tidak sanggup mendakinya dan mereka tidak sanggup (pula) melobanginya.
  16. Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) yakni rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah tiba kesepakatan Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan kesepakatan Tuhanku itu yakni benar."
  17. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, kemudian Kami kumpulkan mereka itu semuanya,
  18. dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas,
  19. yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan gejala kebesaran-Ku, dan yakni mereka tidak sanggup mendengar. (Al-Kahf ayat: 83-101)
Mereka berkata; “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang menciptakan kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami menawarkan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kau menciptakan dinding antara kami dan mereka ?”

QS. Al-Anbiya: 96 “Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan kesepakatan yang benar (Hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata); “Aduhai celakalah kami, sesungguhnya kami yakni dalam kelalaian wacana ini, bahkan kami yakni orang-orang yang zhalim.”

Ya'juj dan Ma'juj dalam Hadits Dari Zainab Binti Jahsh -isteri Nabi SAW, berkata; “Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah erat pada hari kiamat, (yaitu) Telah dibukanya epilog Ya'juj dan Ma'juj ibarat ini !” ia melingkarkan jari tangannya. (Dalam riwayat lain tangannya membentuk aba-aba 70 atau 90), Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orang-orang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim)

Jenis dan Asal Usul Ya-juj dan Ma-juj dalam QS. Al-Kahfi : 94 Ya'juj dan Ma'juj berdasarkan jago lughah ada yang menyebut isim musytaq (memiliki akar kata dari bhs. Arab) berasal dari AJAJA AN-NAR artinya jilatan api. Atau dari AL-AJJAH (bercampur/sangat panas), al-Ajju (cepat bermusuhan), Al-Ijajah (air yang memancar keras) dengan wazan MAF’UL dan YAF’UL/FA’UL. Menurut Abu Hatim, Ma'juj berasal dari MAJA yaitu kekacauan. Ma'juj berasal dari Mu'juj yaitu Malaja. Namun, berdasarkan pendapat yang shahih, Ya'juj dan Ma'juj bukan isim musytaq tapi merupakan isim ‘Ajam dan Laqab (julukan). Para ulama sepakat, bahwa Ya'juj dan Ma'juj termasuk spesies manusia.

Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) dalam tradisi Muslim

 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) Tembok Dzulkarnain (Aleksander). Yakjuj dan Makjuj digambarkan sebagai setan-setan yang membantu pembangunan tembok untuk menjaga mereka dari masyarakat lainnya.(miniatur Persia era ke-16).
Penggabungan Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) dengan legenda Aleksander dan Gerbang Besi tersebar di seluruh Timur Dekat pada abad-abad awal era Kristen. Dalam Islam, Aleksander diyakini sebagai tokoh dari Dzulkarnain, yang disebutkan dalam Surah 18 al-Qu'ran. Dzulkarnain (Aleksander), yang melaksanakan penjelajahan hingga ke ujung dunia, bertemu "sebuah bangsa yang mendapatkan wahyu" yang meminta bantuannya untuk membangun sebuah pembatas yang akan memisahkan mereka dari bangsa Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog), yang "melakukan kejahatan besar di bumi". Ia setuju untuk membangunnya untuk mereka, namun memperingatkan bahwa ketika waktunya telah tiba (Akhir Zaman), Allah akan menghancurkan pembatas tersebut dan Yakjuj dan Makjuj akan keluar dari pembatas tersebut.

 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog)
Monster Yakjuj dan Makjuj, oleh al-Qazwini (1203–1283)
Tradisi-tradisi Muslim awal dijelaskan oleh Zakariya al-Qazwini (meninggal pada 1283) dalam dua karya terkenal yang disebut Kosmologi dan Geografi. Ia berkata, Yakjuj dan Makjuj tinggal di erat bahari yang mengelilingi Bumi dan hanya sanggup dijangkau oleh Allah; mereka hanya mempunyai tinggi seukuran setengah insan normal, dengan cakar menggantikan kuku dan ekor berambut dan pendengaran berambut panjang yang mereka gunakan sebagai kasur dan ganjal untuk tidur. Mereka mencakar-cakar tembok tersebut setiap hari hingga mereka hampir sanggup merobohkannya, dan setiap malam Allah memulihkannya, namun dikala mereka menghancurkannya maka mereka akan menghimpun pasukan yang "garda depannya di Suriah dan garis belakangnya di Khorasan".

Ketika Yakjuj dan Makjuj diidentifikasikan sebagai suku bangsa nyata, bangsa tersebut diyakini yakni bangsa Turki, yang menyerang Baghdad dan utara Iran; kemudian, dikala bangsa Mongol menghancurkan Baghdad pada 1258, bangsa tersebut dikira Yakjuj dan Makjuj. Tembok yang memisahkan mereka dari bangsa-bangsa peradaban biasanya diyakini berada di sepanjang Armenia dan Azerbaijan. Namun pada tahun 842, Khalifah Al-Wathiq bermimpi ia melihat tembok tersebut, dan mengirim seorang perwira berjulukan Sallam untuk menyelidikinya. Sallam kembali lebih dari dua tahun berikutnya dan melaporkan bahwa ia melihat tembok tersebut dan juga menara dimana Dzulkarnain meninggalkan peralatan pembangunannya, dan semuanya masih utuh.

Tidak terperinci apakah Sallam melihatnya, namun ia mencapai Gerbang Jade, ujung paling barat pada perbatasan Tiongkok. Kemudian, penjelajah era ke-14 Ibnu Battuta melaporkan adanya tembok tersebut pada perjalanannya selama enam puluh hari dari kota Zeitun, yang berada di pesisir Tiongkok; penerjemah menyatakan bahwa Ibnu Battuta sebetulnya menduga Tembok Raksasa Tiongkok merupakan bangunan yang dibangun oleh Dzulkarnain.


Kisah wacana "pin­tu besi" yang dibangun oleh Dzulkarnain "di antara kedua pun­cak gunung". Suatu dikala akan hancur, ketika kiamat telah dekat. Tanda-tanda kiamat ini menarik perhatian ilmuwan Barat dan juga Winston Churchill, PM Inggris pada tahun 1940-an. Perha­tian para jago arkeologi Muslim terletak pada abjad siapa yang pas untuk Dzulkarnain dalam sejarah? Apakah Raja dari Macedonia (tafsir Yusuf Ali dan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus menyampaikan Iskandar Dzulkarnain dari Macedonia, sehingga mengundang kritikan jago sejarah, lantaran tidak pas), Alexander Agung, ataukah Cyrius Kaisar dari Persia? Sedangkan perhatian Churchill, lantaran ramalan "perang besar yang akan terjadi" sebelum dunia kiamat, sebagian tercatat dalam Kitab Mulia Al-Qur'an, dengan versi lain jikalau dibandingkan dengan Bibel. Lalu siapakah Gog dan Magog (versi Barat), apakah kaum Kulit Kuning (Oriental), Hindu, animis, atau Komunis Rusia? Sedangkan Al-Qur'an menyebutnya bangsa Ya'juj dan Ma'juj (al-Kahfi [181:94)? Belum diketahui niscaya siapa mereka. Indikasi masa depan, ada banyak sekali kemungkinan. Namun, satu hal, sepertinya para arkeolog telah menemukan "Pintu Besi" yang dimaksud oleh Al-Qur'an di Derbent (suatu kota di Republik Dagestan masuk wilayah federasi Rusia), ibarat tercantum dalam Encyclopedia Columbia, walaupun masih diperdebatkan di kalangan sejarawan modern, siapa bahwasanya yang membangun pintu besi tersebut, Alexander Agung ataukah Cyrius?

Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahan­an yang strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada clan diberi nama Tembok Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa Persia (yang menemukannya) pada era ke-6, untuk menahan serangan pendatang-pendatang dari kawasan Utara.

 
 Derbent Wall


Pembuat Benteng Misterius

Dalam literatur Arab, Iskandar Zulkarnain yakni Raja Muslim yang sangat berkuasa dan taat beribadah, kekuasaannya mencakup belahan barat dan timur. Karena itu Iskandar menerima julukan Zulkarnain yang artinya "DZul" = mempunyai dan "Qarnain" = dua tanduk. Maksudnya Iskandar yang mempunyai kekuasaan di Timur dan Barat.



Dua nama, dua sosok yang berbeda dengan satu warisan?

Namun, sosok Alexander The Great yang dianggap juga yakni Iskandar Zulkarnain masih menyisakan debat tak berkesudahan. Karena dua sosok ini diketahui sebagai dua orang yang berbeda. Banyak juga bukti-bukti sejarah yang menyebutkan sosok  Iskandar Zulkarnain yakni Cyrus The Great II ( Kuorosh II 550 - 530 SM ) yang berasal dari Persia atau Iran lama, sedangkan Alexander The Great berasal dari kekaisaran Macedonia, dulunya wilayah Yunani/Greek merupakan salah satu wilayah imperium Macedonia. Adapun keterkaitannya dengan dengan bangsa Persia yakni dua dari Istrinya merupakan bangsa Persia disamping sebagai wilayah bangsa taklukannya. Kekasaran Macedonia kuno diketahui berbahasa Yunani. Kekasaran Persia Kuno berbahasa Arami. Gelar Zulkarnain disematkan pada lambang Dua Tanduk yang dimiliki oleh Helm Perang bangsa Persia dikala itu yang memang mempunyai dua tanduk. Tapi saya tidak menemukan gambar Helm Persia Kuno dimaksud. Sedangkan Helm Perang Alexander terlihat ibarat temuan antik dibawah ini. 

Koin kuno yang dikeluarkan oleh Seleucus Nicator menggambarkan Alexander memakai helm bertanduk. Namun sisi lain koin ini bertuliskan Bahasa Arami.

 Prasasti "I am Cyrus, The King an Achaemenian" menggambarkan Kesatria bersayap empat dengan helm  bertanduk dua di Pasargad, Iran.  Cyrus Agung membebaskan Bangsa Israel yang terbuang dan membangun kembali Yerusalem, tindakannya ini menerima tempat terbaik di hati bangsa Yahudi.
Cyrus Agung atau Cyrus the Great disebut juga dengan nama Koresh Agung (Koresy Agung).

Makam Koresh di Pasargadae, Iran,
sebuah tempat pelestarian dunia (World Heritage Site) oleh UNESCO (2006).

Makamnya terletak di ibukota Pasargadae (dibangun sekitar 530 SM) yang masih ada hingga sekarang. Penulis sejarah, Strabo dan Arrian mencatat citra yang hampir sama wacana makam ini berdasarkan laporan Aristobulus dari Cassandreia, yang atas perintah Iskandar Agung (Alexander the Great) mengunjungi makam ini 2 kali.[19] Menurut Plutarch, watu nisannya bertuliskan: 
“O insan, siapapun engkau dan darimanapun engkau datang, lantaran saya tahu engkau akan datang, akulah Koresh yang memenangkan kerajaan untuk orang-orang Persia. Karenanya janganlah berkeberatan terhadapku akan sedikit tanah ini untuk menutupi tulang-tulangku".


Lokasi Tembok Misterius


Disebut juga  Gates of Alexander, berusia lebih dari 5000 tahun serta masih menyimpan sisa sisa khasanah teknologi terhebat masa itu, yaitu barisan tembok kokoh yang tak lekang oleh waktu. Memiliki tinggi 9 meter dan ketebalan 3 meter dan Pintu Besi yang kuat. Namun dalam sejarah penaklukan oleh Alexander The Great , tidak pernah tercatat bahwa dia telah membangun sebuah tembok dengan adonan besi tembaga. Alexander The Great berusia 32 tahun dikala wafat pada Juni 323 SM. Sedangkan Cyrus The Great tewas dalam sebuah pertempuran melawan kaum Massagetae ( Bukhara, Uzbekistan ) di Syr Dyra pada bulan Desember 530 SM.
The first intensive settlement in the Derbent area dates from the 8th century BCE; the site was intermittently controlled by the Persian monarchs, starting from the 6th century BCE. Until the 4th century CE it was part of Caucasian Albania, and is traditionally identified with Albana, the capital. The modern name is a Persian word (دربند Darband) meaning "closed gates", which came into use in the end of the 5th or the beginning of the 6th century AD, when the city was refounded by Kavadh I of the Sassanid dynasty of Persia.
Lokasi di Derbent hanyalah perkiraan para arkeolog barat, sedangkan peneliti Muslim beropini lain, bahwasanya Tembok Misterius itu telah diketemukan dan sudah runtuh!. Menyisakan puing puing tembok tinggi berbahan adonan besi dan tembaga.

Inilah puing puing dimaksud dan berikut lokasinya:


Daryal Pass (Gorge)
This is it!! mengutip kalimat Farah Queen, saya  akan menelusuri lagi dua kisah dan situs yang berbeda ini. Karena dikala ini hasilnya buntu,..!


Piagam Hak Bangsa Bangsa yang masih tersimpan di British Museum, London. Merupakan Piagam yang di buat atas perintah Zulkarnain dan merupakan Piagam Hak Asasi Manusia yang Pertama di dunia.  

Pembangunan Tembok Besi oleh Iskandar Zulkarnain

Hieroglyph di Pyramid Giza 330 SM.



Keduanya meninggalkan banyak pertanyaan dan kekaguman, mereka Kesatria masa kemudian legendaris. Dengan tembok tembok misterius yang masih rancu.
(baca: Mengenal Alexander Agung, Sang Penakluk)



Gog dan Magog dalam Dunia Kristen

Dalam dunia Katolik Gog dan Magog muncul pada Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama sebagai orang-orang individual, atau sebagai suku bangsa, atau sebagai tanah air. Kitab Yehezkiel menggambarkan mereka sebagai musuh-musuh Allah pada simpulan zaman, sebuah pandangan eskatologi yang diambil dalam Kitab Wahyu, namun tidak ada kekerabatan yang dibentuk dalam pasal-pasal kitab lainnya dimana kata tersebut muncul.

Dalam sumber-sumber klasik dan era pertengahan, Gog dan Magog yakni suku bangsa yang bermukim di wilayah yang berada di dalam Gerbang Aleksander, sebuah pembatas legendaris yang yang didirikan oleh Aleksander Agung: Yosefus, yang menulis pada era ke-1 Masehi, menanggap mereka sebagai bangsa Skithia, dan di seluruh Timur Tengah, mereka diidentifikasikan sebagai suku bangsa nomaden Eurasia yang mencakup suku Hun, suku Khazar, dan bangsa Mongol, yang dikait-kaitkan dengan banyak sekali legenda mengenai suku Amazon, Yahudi Merah, dan Sepuluh Suku Hilang dari Israel.

Gog dan Magog mengepung Kota Orang-Orang Suci. 
Penggambaran mereka dengan hidung-hidung bengkok tersebut 

dinyatakan oleh Paul Meyer


Penyebutan pertama dari kedua nama tersebut tercantum dalam Kitab Yehezkiel, dimana Gog merupakan nama dari seorang individual dan Magog yakni nama dari tanah airnya; dalam Kejadian 10, Magog yakni seseorang dan tidak menyebutkan Gog, dan dalam Kitab Wahyu, Gog dan Magog muncul bersama sebagai dua negara yang bermusuhan di dunia. Seseorang dari Suku Ruben dinamai Gog atau Goug ibarat yang dicantumkan dalam 1 Tawarikh 5:4, namun kemunculannya tidak berafiliasi dengan Gog dari Kitab Yehezkiel atau Magog dari Kitab Kejadian.

Bentuk "Gog dan Magog" dianggap merupakan abreviasi dari "Gog dan/dari tanah Magog", berdasarkan pada penggunaannya dalam Septuaginta, terjemahan Yunani dari Alkitab Ibrani. Sebuah pola dari bentuk kombinasi tersebut dalam bahasa Ibrani (Gog u-Magog) ditemukan, namun konteksnya tidak jelas, dan hanya tercantum dalam sebuah fragmen Naskah Laut Mati.

Pengartian nama Gog masih tidak diketahui, dan dalam banyak sekali kasus, pengarang nubuat Yehezkiel nampaknya tetapkan untuk tidak menjelaskannya lebih lanjut; upaya-upaya dibentuk untuk mengidentifikasikannya dengan banyak sekali tokoh, yang paling terkenal yakni Gyges, seorang raja dari Lydia pada awal era ke-7, namun beberapa cendekiawan tidak mempercayai bahwa ia berkaitan dengan tokoh sejarah manapun. Nama Magog pun demikian, namun tiba dari kata Asiria mat-Gugu, "Tanah Gyges", yang diyakini yakni Lydia. Selain itu, Gog diyakini berasal dari kata Magog ketimbang kata lainnya, dan "Magog" diyakini merupakan sebuah kode untuk Babilonia.

Teks Yudeo-Kristen
Yehezkiel dan Perjanjian Lama

Kitab Yehezkiel mencatat serangkaian penghilangan yang dialami oleh nabi era ke-6 SM Yehezkiel, seorang pendeta Bait Salomo yang menjadi salah satu orang buangan pada masa pengasingan Babilonia. Menurut yang ia katakan kepada orang-orang buangan sejawatnya, insiden pengasingan tersebut merupakan eksekusi Allah terhadap bangsa Israel lantaran sudah membangkang, namun Allah akan mengembalikan bangsa-Nya ke Yerusalem dikala mereka kembali kepadanya. Setelah pesan tersebut dikeluarkan, Yehezkiel 38–39 berkata wacana bagaimana Gog dari Magog dan para antek-anteknya menjanjikan akan mengembalikan bangsa Israel namun dikala dihancurkan, dikala Allah akan mendirikan sebuah Bait gres dan menempatkan bangsa-Nya di wilayah tersebut selamanya (pasal 40–48).

"Datanglah firman TUHAN kepadaku: "Hai anak manusia, tujukanlah mukamu kepada Gog di tanah Magog yaitu raja agung negeri Mesekh dan Tubal dan bernubuatlah melawan dia dan katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, hai Gog raja agung negeri Mesekh dan Tubal ... Orang Persia, Etiopia, dan Put menyertai mereka ... juga Gomer dengan seluruh bala tentaranya, Bet-Togarma dari utara sekali dengan seluruh bala tentaranya, banyak bangsa menyertai engkau."

Dalam seluruh kitab dari Perjanjian Lama, Gog hanya muncul dalam pasal-pasal tersebut. Sekutu-sekutu Gog tersebut terdiri dari Mesekh dan Tubal yang merupakan kerajaan era ke-7 di tengah Anatolia utara Israel, Persia di kepingan timur, Etiopia dan Put (Libya) di kepingan selatan; Gomer berasal dari suku Kimmeri, sebuah suku nomadik di utara Laut Hitam, dan Beth-Togarmah yang berada di perbatasan Tubal.

Perhimpunan tersebut mewakili sebuah aliansi multi-nasional yang berada di sekitaran Israel. "Kenapa klarifikasi nabi terhadap sebagian besar bangsa-bangsa tersebut tidak jelas," namun diyakini kekuasaan dan reputasi mereka untuk kekerasan dan misteri "membuat Gog dan perhimpunannya dijadikan lambang musuh dasar, berdiri melawan Allah dan bangsa-Nya". Pesan teologi dari kisah Gog terjadi atas kehendak Allah, dan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang tercantum pada pasal 40–48 (pembangunan kembali Bait Allah dan kehadiran abadi Allah kepada bangsa-Nya) menampilkan abjad eskatologi pada insiden tersebut.

Bukti internal mengindikasikan bahwa kisah Gog lebih substansial ketimbang pasal-pasal sekitabnya dan ditulis antara era ke-4 dan ke-2 SM. Pengarang menciptakan daftar sekutu Gog-nya dengan nama-nama adonan dari Kejadian 10, "Tabel Bangsa-Bangsa"–Magog, Meshek, Tubal, Etiopia, Put, dan Gomer–dengan nama para kawan dagang Tyre dalam Yehezkiel 27, dimana seluruh nama dicantumkan kecuali Magog, ditambah Persia–dan menyatakan bahwa mereka yakni musuh-musuh kiamat Israel berdasarkan pengartian Yesaya 66:19, dimana beberapa nama tersebut dan, ibarat halnya nubuat Gog, disajikan sebagai sebuah eskatologi.

 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) Gog dan Magog
Gog dan Magog dari Yehezkiel hingga Wahyu

Sepanjang beberapa era berikutnya, tradisi Yahudi mengubah Gog dari Magog ibarat yang tercantum dalam kitab Yehezkiel menjadi Gog dan Magog. Proses tersebut, dan perubahan geografi Gog dan Magog, sanggup terlihat pada sastra masa tersebut. Contohnya, buku ke-3 Orakel Sibylline yang berasal dari Yudaisme Mesir pada pertengahan era ke-2 SM, mengubah "Gog dari Magog" ibarat yang tercantum dalam kitab Yehezkiel menjadi "Gog dan Magog," menghubungkan nasib mereka dengan sebelas bangsa lainnya, dan menempatkan mereka "di tengah-tengah sungai Aethiopia"; tempat tersebut dipandang sebagai sebuah lokasi yang aneh, namun geografi kuno terkadang menempatkan Ethiopia di sebelah Persia atau terkadang India. Kalimat tersebut mempunyai sebuah teks sangat tidak jelas, dengan bermacam-macam manuskrip mengelompokkan mereka pada tulisan-tulisan teks Yunani ke dalam firman, yang berujung pada pembacaan yang berbeda; salah satu grup manuskrip ("grup Y") menghubungkan mereka dengan "Moesia dan Dacia", di timur Eropa, dan lainnya.

Kitab Yobel, dari sekitar masa yang sama, menciptakan tiga referensi kepada Gog atau Magog; yang pertama, Magog yakni seorang keturunan dari Nuh, ibarat yang tercantum dalam Kejadian 10; yang kedua, Gog yakni sebuah wilayah di sebelah perbatasan Japheth; dan yang ketiga, sebuah kepingan dari tanah Japheth bersinggungan dengan Magog. Kitab Henokh, karya antar-perjanjian lainnya, mengisahkan bagaimana Allah memerintahkan Medes dan Parthia (pengganti dari Gog dan Magog) untuk menyerang Yerusalem, dimana mereka dihancurkan. Liber Antiquitatum Biblicarum dari era ke-1, yang mengisahkan kembali sejarah Alkitab dari Adam hingga Saul, dikenal lantaran mendaftarkan dan menamai tujuh putra Magog, dan menyebut "ribuan" keturunannya. Taurat Samaria dan Septuaginta (sebuah terjemahan Yunani dari Alkitab Yunani yang dibentuk pada beberapa era terakhir dari era pra-Kristen) sedikit memperkenalkan nama Gog yang pada Alkitab Ibrani diartikan untuk sesuatu yang lain, atau memakai kata Magog untuk penggunaan kata Gog dalam versi Ibrani, membuktikan bahwa penggunaan nama tersebut telah ditukar.
Kitab Wahyu 19:11–21:8, yang berasal dari era ke-1 Masehi, mengisahkan bagaimana Iblis ditahan selama seribu tahun, dan bagaimana, dikala ia dibebaskan, ia akan menyesatkan "bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, Gog dan Magog," menuju sebuah pertarungan terakhir melawan Yesus dan santo-santonya:

"Dan sehabis masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut".

Penulisan Midrasik

Setelah kegagalan pemberontakan Bar Kokhba yang anti-Romawi pada era ke-2 Masehi dimana seorang pemimpin insan dipandang sebagai mesias yang dijanjikan, Yahudi mulai memasuki zaman mesianik dalam hal supranatural: yang pertama akan tiba seorang pencetus mesias Yusuf, yang akan mengalahkan musuh-musuh Israel, yang diidentifikasikan sebagai Gog dan Magog, untuk mepersiapkan jalan bagi mesias Daud; kemudian orang-orang mati akan bangkit, pengadilan ilahi akan datang, dan orang-orang baik akan dihargai. Aggadah, teks eksegetikal homiletik dan non-legalistik dalam sastra rabbinik klasik Yudaisme, menyebut Gog dan Magog sebagai dua nama untuk negara sama yang akan tiba melawan Israel pada perang akhir. Kaum rabbi tidak mengaitkan negara atau wilayah secara khusus yang mereka yakini sebagai sebuah lokasi di utara Israel, namun cendekiawan Yahudi besar Rashi mengidentifikasi umat Katolik sebagai sekutu mereka dan berkata bahwa Allah akan menggagalkan planning mereka untuk membunuh seluruh orang Israel.

 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) Tanah "Gog i Magog", rajanya menunggani seekor kuda, yang diikuti oleh para pengikutnya (kanan bawah); Gerbang Aleksander, menampilkan Aleksander, Antikristus, dan para peniup terompet (kiri atas)
Aleksander Agung

Sejarawan Yahudi era ke-1 Yosefus mengidentifikasikan bangsa Gog dan Magog sebagai Skithia, suku bangsa barbar pengendara kuda dari sekitaran Sungai Don dan Laut Azov. Josefus mengutip sebuah dongeng tradisional yang menyatakan bahwa Gog dan Magog dikurung oleh Aleksander Agung di balik gerbang besi di "Pegunungan Kaspia", yang umumnya diidentifikasikan dengan Pegunungan Kaukasus. Legenda tersebut tersebar di kalangan Yahudi sezaman pada masa tersebut, yang bertepatan dengan permulaan Era Kristen. Beberapa era kemudian, kisah tersebut dicantumkan dalam Apokalips Pseudo-Methodius dan Romansa Aleksander.

Teks-teks pendahulu dalam bahasa Suryani

Pseudo-Methodius, yang aslinya ditulis dalam bahasa Suryani, dianggap menjadi sumber kisah Gog dan Magog yang masuk dalam versi-versi Barat Romansa Aleksander. Sebuah Legenda Aleksander berbahasa Suryani terawal berisi beberapa klarifikasi Gog dan Magog yang berbeda, yang masuk dalam versi Arab yang hilang, atau versi Ethiopia dan kemudian Oriental dari romansa Aleksander.

Dalam Legenda Aleksander berbahasa Suryani yang berasal dari tahun 629–630, Gog (bahasa Suryani: ܓܘܓ, gwg) dan Magog (bahasa Suryani: ܡܓܘܓܵ, mgwg) muncul sebagai raja bangsa-bangsa Hun. Ditulis oleh seorang Katolik yang berbasis di Mesopotamia, Legenda tersebut dianggap menjadi karya pertama yang menghubungkan Gerbang tersebut dengan gagasan bahwa Gog dan Magog memainkan sebuah kiprah pada simpulan zaman. Legenda tersebut mengklaim bahwa Aleksander mengukir nubuat-nubuat pada wajah Gerbang tersebut, menandai tanggal kapan bangsa-bangsa Hun, yang terdiri dari 24 bangsa, akan meruntuhkan Gerbang tersebut dan dan menguasai sebagian besar wilayah dunia.

Pseudo-Methodius menambahkan sebuah unsur gres dalam naratif tersebut; dua gunung bergerak bersamaan mempersempit ruang, yang kemudian disegel dengan sebuah gerbang melawan Gog and Magog. Gagasan tersebut juga muncul dalam Romansa Aleksander Barat dan al-Qur'an.
Romansa Aleksander

Legenda Gog dan Magog ini tidak ditemukan pada versi-versi awal Romansa Aleksander dari Pseudo-Callisthenes, yang manuskrip tertuanya beradal dari era ke-3, namun sebuah interpolasi dalam bentuk sandurannya dibentuk sekitar era ke-8. Dalam versi Yunani terpanjang dan terbaru mengisahkan Bangsa-Bangsa Tak Bersih, yang mencakup Goth dan Magoth sebagai raja mereka, dan seluruh orang pada bangsa tersebut memakan ulat, anjing, mayat dan janin manusia. Mereka bersekutu dengan bangsa Belsiria (Bebrikes, dari Bithinia yang kini berada pada Turki Utara), dan disegel di dalam "Payudara dari Utara", sepasang gunung yang berjarak lima puluh hari pawai menuju ke arah utara.
Gog dan Magog muncul dalam beberapa versi romansa Perancis Lama berikutnya. Dalam Roman d'Alexandre, Bab III, Lambert le Tort (sekitar tahun 1170), Gog dan Magog ("Gos et Margos", "Got et Margot") merupakan negara-negara vassal dari Porus, raja India, yang menyediakan pasukan auksiliaris sejumlah 400,000 pria. Didatangi oleh Aleksander, mereka kabur melalui jalur sempit di pegunungan Tus (atau Turs), dan disegel oleh dinding yang didirikan disana, hingga karenanya Antikristus datang. Bab IV dari kisah puitis tersebut mengisahkan bahwa kiprah menjaga Gog dan Magog, serta kekuasaan atas Suriah dan Persia diserahkan kepada Antigonus, salah satu penerus Aleksander.

 dalam dunia Katolik dikenal dengan nama  Mengenal Yakjuj dan Makjuj (Gog dan Magog) Gog dan Magog memangsa manusia.
Roman de toute chevalerie karya Thomas de Kent, manuskrip Paris, era ke-14
Gog dan Magog juga muncul dalam romansa Aleksander Perancis lama, Roman de toute chevalerie (sekitar 1180) karya Thomas de Kent, yang digambarkan sebagai para penghuni gua yang memangsa daging manusia. Sebuah catatan yang sama tercantum dalam sebuah karya Inggris Abad Pertengahan King Alisaunder (vv. 5938–6287). Dalam Roman d'Alexandre en prose dari Perancis pada era ke-13, Aleksander dihadap para kanibal yang mengambil alih kiprah Gog dan Magog. Kisah tersebut merupakan sebuah kasus transmisi imperfek, sejak sumber prosa Aleksander, karya Latin buatan Pendeta Agung Leo dari Naples yang dikenal sebagai Historia de Preliis, menyebut "Gogh et Macgogh", setidaknya dalam beberapa manuskrip.
Gog dan Magog tak hanya pemakan daging manusia, dan diilustrasikan sebagai insan "berhidung sangat lancip" dalam contoh-contoh ibarat "peta Henry dari Mainz", sebuah pola terkenal dari Mappa mundi. Gog dan Magog dikarikaturkan sebagai figur-figur berhidung bengkok pada sebuah miniatur yang menggambarkan serangan mereka ke Kota Suci, yang ditemukan dalam sebuah manuskrip Apokalips dalam bahasa Inggris-Norman.

Identifikasi dengan peradaban

Penulis-penulis gereja perdana (seperti Eusebius) kemudian mengidentifikasikan Gog dan Magog dengan bangsa Romawi dan kaisar mereka. Setelah Kaisar menjadi Kristen, Ambrose (meninggal pada 397) mengidentifikasikan Gog dengan bangsa Goth, Hieronimus (meninggal pada 420) dengan Skithia dan Jordanes (meninggal sekitar tahun 555) berkata bahwa bangsa Goth, Skithian dan bangsa Amazon merupakan bangsa yang sama; ia juga mengutip gerbang Aleksander di Kaukasus. Penulis Bizantium Procopius berkata bahwa Huns Alexander telah dikurung, dan seorang biarawan Barat yang berjulukan Fredegar menganggap Gog dan Magog sebagai segerombolan liar dari gerbang Aleksander yang telah membantu kaisar Bizantium Heraclius (610–641) melawan Saracen.

Identifikasi Nomadik

Karena merupakan salah satu bangsa nomadik ketimbang bangsa-bangsa lainnya di wilayah Eurasia, sehingga identifikasi Gog dan Magog dialihkan. Pada era ke-9 dan ke-10, kerajaan-kerajaan tersebut diidentifikasikan oleh beberapa orang dengan tanah bangsa Khazar, sebuah bangsa Turkic yang berpindah ke agama Yudaisme dan seluruh kekaisarannya mendominasi Asia Tengah–biarawan era ke-9 Christian dari Stavelot memberi referensi ke Gazari, berkata bahwa bangsa Khazar yakni mereka yang "tinggal di tanah Gog dan Magog" dan menyatakan bahwa mereka "disunat dan menaati seluruh [hukum] Yudaisme". Penjelajah Arab Ibnu Fadlan juga melaporkan kepercayaan tersebut, pada penulisan yang dibentuk sekitar tahun 921, ia menyatakan bahwa "Beberapa orang memegang pendapat bahwa Gog dan Magog yakni bangsa Khazar". Menurut Korespondensi Khazar terkenal (sekitar 960), Raja Yusuf dari Khazaria mengklaim bahwa rakyatnya yakni keturunan "Kozar", putra ketujuh dari Togarmah, meskipun ia tidak menyebut Gog dan Magog.

Setelah bangsa Khazar kedatangan bangsa Mongol, yang dipandang sebagai sekelompok misterius dan tak terlihat dari timur yang menghancurkan kekaisaran-kekaisaran dan kerajaan-kerajaan Muslim pada awal era ke-13; raja-raja dan paus-paus menganggap mereka sebagai Presbiter Yohanes yang legendaris, yang tiba untuk menyelamatkan umat Katolik dari Saracen, namun dikala mereka masuk Polandia dan Hongaria dan memusnahkan tentara-tentara Kristen, bangsa Eropa menganggap mereka sebagai "Magogoli", sebuah perwujudan dari Gog dan Magog, yang keluar dari penjara Aleksander yang dibangun untuk mengurung mereka dan mendatangkan Armageddon.

Orang Eropa di Tiongkok pada Abad Pertengahan melaporkan temuan-temuan dari perjalanan mereka menuju ke Kekaisaran Mongol. Beberapa catatan dan peta mulai menempatkan "Pegunungan Kaspia", dan Gog dan Magog, sempurna di luar Tembok Raksasa Tiongkok. Hubungan Tartar, sebuah catatan perjalanan Frater Carpini pada 1240an ke Mongolia, merupakan sebuah catatan yang unik yang mendakwa bahwa Pegunungan Kaspia di Mongolia, "dimana Yahudi disebut Gog dan Magog oleh negarawan sejawat mereka dikatakan dikurung oleh Aleksander", selain dipersiapkan oleh bangsa Tartar untuk menjadi magnetik, menimbulkan seluruh senjata dan peralatan besi terbang di atas pegunungan tersebut. Pada 1251, frater Perancis André de Longjumeau memberitahu rajanya bahwa bangsa Mongol berasal dari wilayah gurun timur jauh, dan bangsa Gog dan Magog ("Got dan Margoth") yang apokaliptik berdiam di luarnya, dikurung oleh pegunungan.

Pada kenyataannya, Gog dan Magog diakui oleh bangsa Mongol sebagai leluhur mereka, setidaknya beberapa orang dari populasinya. Penjelajah dan Frater Riccoldo da Monte di Croce mencatatnya sekitar tahun 1291, "Mereka menyampaikan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka merupakan keturunan dari Gog dan Magog: dan pada catatan ini, mereka disebut Mogoli, ibarat halnya penyebutan Magogoli". Marco Polo, yang melaksanakan penjelajahan ketika teror awal berlangsung, menyebut Gog dan Magog sebagai bangsa Tartar di Tenduc, namun kemudian diklaim bahwa nama Gog dan Magog merupakan terjemahan dari nama tempat Ung dan Mungul, yang masing-masing ditinggali oleh bangsa Ung dan Mongol.

Sebuah klarifikasi yang diberikan oleh Orientalis Henry Yule menyatakan bahwa Marco Polo merupakan satu-satunya orang yang menyebut "Rampart dari Gog dan Magog", sebuah nama untuk Tembok Raksasa Tiongkok. Pernyataan frater André yang menduga Gog dan Magog merupakan bangsa Mongolia dari timur jauh mempunyai pengartian yang sama.

Tuduhan terhadap Yahudi

Beberapa masa sepanjang era ke-12, Sepuluh Suku yang Hilang dari Israel dikaitkan dengan Gog dan Magog; mula-mula oleh Petrus Comestor dalam Historica Scholastica (sekitar 1169–1173). Meskipun pernyataan tersebut menjadi hal umum, beberapa orang, ibarat Riccoldo atau Vincent de Beauvais masih skeptis, dan membedakan Suku-Suku yang Hilang dari Gog dan Magog. Yang paling terkenal, Riccoldo melaporkan sebuah tradisi rakyat Mongol yang menyatakan bahwa mereka keturunan Gog dan Magog. Ia juga mengalamatkan beberapa anutan (bangsa Barat atau bangsa-bangsa lainnya) yang menyatakan bahwa bangsa Mongol merupakan Penjajah Yahudi, namun sehabis berkembangnya pro dan kontra, ia menyatakan bahwa pernyataan tersebut memunculkan sebuah pertanyaan besar.

Biarawan Fransiskan Flemish William dari Rubruck, yang merupakan saksi mata tangan pertama tembok Aleksander di Derbent di pesisir Laut Kaspia pada 1254, mengidentifikasikan bangsa di dalam tembok tersebut sebagai "suku-suku liar" dan "bangsa-bangsa nomaden gurun", namun salah satu peneliti menciptakan Rubruck menyangkanya sebagai Yahudi, dan bahwa ia berbicara dalam konteks "Gog dan Magog". Tuduhan terhadap Yahudi kemudian disebut sebagai "Yahudi Merah" (die roten juden) di wilayah pemakai bahasa Jerman; sebuah istilah yang mula-mula dipakai dalam sebuah epik Arthur yang berasal dari tahun 1270an, dimana Gog dan Magog merupakan dua gunung yang mengurung bangsa tersebut.

Pengarang Travels of Sir John Mandeville, sebuah buku dengan penjualan terbaik pada era ke-14, berkata bahwa ia menemukan Yahudi di Asia Selatan dimana, ibarat halnya Gog dan Magog, mereka dikurung oleh Aleksander, berencana kabur dan bergabung dengan Yahudi dari Eropa untuk menghancurkan umat Kristen.

Apokaliptisisme modern

Pada awal era ke-19, beberapa rabbi Khasidik menyebut invasi Napoleon ke Rusia sebagai "Perang Gog dan Magog". Namun seiring berkembangnya zaman, impian apokaliptik menyurut dikala kalangan masyarakat Eropa mulai semakin mengadopsi sudut pandang ranah sekuler. Peristiwa tersebut tidak menjadi kasus di AS, dimana sebuah jajak pendapat 2002 mengindikasikan bahwa 59% orang Amerika percaya peristiwa-peristiwa yang diprediksi dalam Kitab Wahyu akan terjadi. Pada masa Perang Dingin, gagasan bahwa Rusia memegang kiprah Gog meraih ketenaran, sejak firman-firman Yehezkiel menyebutnya sebagai "pangeran Meshek"—rosh meshek dalam bahasa Ibrani—yang terdengar ibarat Rusia atau Moskwa. Beberapa orang Rusia yang memegang gagasan tersebut, nampaknya tak peduli terhadap pengartian tersebut ("Leluhur ditemukan dalam Alkitab, dan itu sudah cukup"), ibarat halnya yang dilakukan Ronald Reagan.

Orang-orang yang hidup pada masa Pasca Perang Dingin masih mengidentifikasikan Gog dengan Rusia, namun sekarang mereka cenderung mengalihkan tuduhan tersebut terhadap negara-negara Islam, khususnya Iran. Pada kepercayaan terkini, turunnya Armageddon dimulai dengan kembalinya Yahudi ke Israel, yang secara cepat disusul oleh gejala menjelang pertempuran akhir–senjata-senjata nuklir, integrasi, pertikaian Israel di Yerusalem, dan peperangan Amerika di Afghanistan dan negara-negara Teluk. Sebelum Invasi Irak 2003, Presiden George W. Bush berkata kepada Jacques Chirac bahwa Gog dan Magog sedang bekerja di Timur Tengah: "Konfrontasi ini dikehendaki oleh Allah," ia berkata kepada pemimpin Perancis tersebut, "siapa yang ingin memakai konflik ini untuk memusnahkan musuh-musuh dari bangsa mereka sebelum Zaman Baru dimulai". Chirac menemui seorang profesor di Fakultas Teologi Universitas Lausanne (Swiss) untuk membabarkan pernyataan Bush tersebut.

Dalam tradisi apokalptik Islam, simpulan dunia didahului oleh munculnya Gog dan Magog, yang dihancurkan oleh Allah dalam satu malam pada Hari Penghakiman Terakhir. Reinterpretasi masih menjadi tidak umum sehabis zaman Klasik, namun kebutuhan dunia modern memproduksi sejumlah tubuh sastra apokaliptik gres dimana Gog dan Magog diidentifikasikan sebagai Yahudi dan Israel, atau Sepuluh Suku yang Hilang, atau terkadang Komunis Rusia dan Tiongkok. Pada satu masalah, para penulis tersebut berusaha untuk menemukan pembatas yang mengurung Gog dan Magog di baliknya, dan tidak ditemukan di dunia modern; jawabannya bervariasi, beberapa penulis berkata bahwa Gog dan Magog yakni bangsa Mongol dan bahwa tembok tersebut kini sudah tidak ada, penulis lainnya berkata bahwa tembok tersebut beserta Gog dan Magog berwujud tidak terlihat.

Dunia Muslim mula-mula mengidentifikasi mereka dengan suku-suku Turkic dari Asia Tengah dan kemudian dengan bangsa Mongol. Pada zaman modern, mereka masih dikaitkan dengan anutan apokaliptik, khususnya di Amerika Serikat dan dunia Muslim.


Sumber: wikipedia

--0o0--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel