Al-Qur'an, Wacana Pluralisme Dan Liberalisme Serta Toleransi Antar Umat Beragama


Di dalam surah Al-Baqarah ayat 62, Allah menyatakan:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berinfak saleh, mereka akan mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Begitu pula di dalam surah Al-Maaidah ayat 69, kembali Allah mengulangi:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berinfak saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Dua ayat di atas sering dijadikan sebagai pola bagi penganut paham pluralisme atau liberal bahwa semua agama sebetulnya sama, baik Islam, Kristen, maupun Yahudi, selama mereka percaya kepada Allah, dan berbuat baik, maka Allah akan mendapatkan amal ibadah mereka dan akan menawarkan tanggapan yang baik.

Islam, Paham Pluralisme dan Liberalisme

Akan tetapi tentu saja anggapan menyerupai yang diuraikan di atas sangat bertentangan dengan ayat lain di dalam Al-Qur'an.

Di ayat lain Allah menyatakan: "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali setelah tiba pengetahuan kepada mereka, lantaran kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya." (Ali Imran [3]: 19)

Dan ketika berbicara mengenai agama nabi Ibrahim, Allah pun menegaskan: "Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi beliau ialah seorang muslim yang lurus dan sekali-kali bukanlah beliau termasuk golongan orang-orang musyrik." (Ali Imran [3]: 67)

Atau ketika menyatakan perihal amal-amal orang-orang kafir, Allah menyatakan: "Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka ialah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu beliau tidak mendapatinya sesuatu apa pun." (An-Nuur [24]: 39)

Lebih tegas lagi Allah Yang Maha Mengetahui menyampaikan orang-orang kafir sebagai seburuk-buruknya makhluk: "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni andal Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka infinit di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk makhluk" (Al-Bayyinah [98]:6)

Sebagai firman Tuhan, mustahil ada kontradiksi dalam Al-Qur'an. Makara bila di satu ayat Allah menyatakan bahwa agama yang direstui disisi-Nya hanyalah Islam, tidaklah mungkin di ayat lain Allah menyatakan bahwa semua agama sama dimata Dia.

Jadi, satu-satunya klarifikasi ialah bahwa baik surah Al-Baqarah ayat 62 maupun surah Al-Maaidah ayat 69 tersebut tidak sanggup dimaksudkan demikian. Secara bahasa, keseluruhan kata kerja di dalam Al-Baqarah ayat 62 dan Al-Maaidah ayat 69 di tuliskan dalam bentuk lampau (past tense).

Kata "aamana" dalam "man aamana billah (yang beriman kepada Allah)" ialah bentuk lampau dari triliteral hamzah mim nun. Begitu pula kata "wa æaamila (dan beramal)", "æaamila" juga merupakan bentuk lampau. "yahzanuuna (bersedih hati)" juga merupakan bentuk lampau.

Semua kata kerja tersebut di atas dituliskan dalam bentuk lampau, artinya pada ayat ini Allah menyatakan bahwa:
"sesunggunya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang sabiin (berdasarkan tafsir ibnu katsir, sabiin artinya orang-orang yang beriman kepada Allah dan yakin akan datangnya hari akhir, akan tetapi tidak mengikuti agama tertentu lantaran tidak mendapatkan pesan kerasulan apapun) yang dulu sebelum datangnya Islam yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW, dimana mereka beriman kepada Allah dgn tidak menyekutukannya (sebagaimana misi setiap nabi dan rasul menyatakan Allah itu satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan), percaya akan adanya hari kemudian, dan berinfak shalih mengikuti syariat yang ditetapkan Allah pada masa mereka, maka bagi mereka tidak ada kekhawatiran dan amal ibadah mereka tidak akan disia-siakan oleh Allah".

Sedangkan untuk orang-orang tersebut setelah datangnya Islam dan dikabarkan mengenai Islam kepada mereka dan mereka tetap tidak mau mengikuti Islam, maka sesuai surah An-Nuur ayat 39: 
"semua amal-amal baik yang mereka lakukan menyerupai fatamorgana, tidak akan dianggap oleh Allah".

Sedangkan dari narasinya, Al-Baqarah ayat 58-74 menceritakan perihal keadaan Bani Israil pasca eksodus (keluarnya Bani Israil dari Mesir dan penjajahan Fir'aun), jadi Al-Baqarah ayat 62 yang berada di tengah-tengah pengkisahan ini bukan dimaksudkan kepada kaum andal kitab dan kafir pada masa setelah Rasulullah SAW diutus.

Dan untuk Al-Maaidah ayat 69, akan terlihat terperinci maksudnya ialah orang-orang beriman dari umat-umat Rasul sebelum kerasulan Rasulullah SAW, jika dibaca keseluruhan ayat 67-78 dari surah Al-Maaidah tersebut:

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan bila tidak kau kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kau tidak memberikan amanat-Nya. Allah memelihara kau dari (gangguan) manusia."

"Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. "Katakanlah: Hai Ahli Kitab, kau tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kau menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Alkitab dan Al Alquran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu".

"Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kau bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu."

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berinfak saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

"Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap tiba seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu peristiwa pun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah mendapatkan tobat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan".

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun."

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) gejala kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

Katakanlah: "Mengapa kau menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak sanggup memberi mudarat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kau berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kau mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan verbal Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas." (Al-Maaidah [5]: 67-78)

Hal ini dikuatkan pula dengan adanya hadis yang meriwayatkan mengenai asbabun nuzul (asal-usul turunnya ayat) Al-baqarah ayat 62 tersebut : “Diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Adani dalam Musnadnya, dari jalur Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, Kata Salman, ‘Saya tanyakan kepada Nabi saw. perihal penganut-penganut agama yang saya anut dulu, dan saya sebutkan perihal salat dan ibadah mereka, maka turunlah ayat:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi..." hingga dengan selesai ayat.'"

Didalam riwayat yang lain, diketengahkan oleh Wahidi dari jalur Abdullah bin Katsir dari Mujahid, katanya, “Tatkala dikisahkan oleh Salman kepada Rasulullah SAW riwayat sahabat-sahabatnya, maka jawabnya, ‘Mereka dalam neraka.’ Kata Salman, ‘Bumi terasa gelap olehku (karena jawaban itu)’, maka turunlah ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang beriman dan orang-orang Yahudi…’ hingga dengan ‘…berdukacita.’ (Q.S. Al-Baqarah 62) Kata Salman pula, ‘Maka seakan-akan lenyaplah semua beban yang menggunung dariku’.”

Diketengahkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim, dari Sadiy katanya, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat-sahabat Salman Al-Farisi."

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengenai Al-Baqarah 62 ini menyatakan bahwa: dari Ibnu Abbas dinyatakan bahwa Allah tidak mendapatkan semua amal seseorang, kecuali beliau mengikuti hukum yang dibawa Muhammad SAW setelah Allah mengutus Muhammad SAW. Sebelum itu, setiap orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti hukum yang dibawa oleh utusan-utusan Allah yang diutus kepada mereka, akan diselamatkan.

 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 85:

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan beliau di darul abadi termasuk orang-orang yang rugi."

Beliau (Ibnu Katsir) juga menyampaikan bahwa hal diatas tidaklah menafikan apa yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas,' "Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan berinfak saleh, mereka akan mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Al Baqoroh: 62) kemudian Allah menurunkan setelah itu:

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan beliau di darul abadi termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Al Imran: 85).

Dan dalam hadist sahih riwayat Muslim, kitab Al-Iman buku 1 nomor 284: diriwayatkan dari Abu Hurairah bekerjsama Rasulullah bersabda, "Demi Dia yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, siapa saja di antara Yahudi dan Nasrani (ahli kitab) yang mendengar perihal aku, dan tidak menyerahkan kepercayaannya dengan risalah apa yang saya bawa, dan mereka mati dalam keadaan demikian, maka beliau akan menjadi penghuni salah satu neraka"

Jadi jelaslah, Islam sama sekali tidak mengajarkan paham pluralisme maupun liberalisme yang menganut prinsip semua agama ialah sama, lantaran dengan tegas Al-Qur'an menyatakan bahwa agama yang di ridhai di sisi Allah hanyalah Islam.

Apalagi Rasulullah tidak pernah menyampaikan kedudukan Islam ialah sama dengan agama lain. Di satu hadis kita diperingatkan bahwa dari Abu Sa'id al Khudri Rasulullah bersabda:
"Sungguh, engkau akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk liang biawak, pasti kalian mengikuti mereka."
Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, Yahudi dan nasranikah?"
Nabi menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR. Bukhari no. 7320).

Toleransi Antar Umat beragama

Akan tetapi, di lain pihak, Islam mengajarkan supaya selalu menghormati agama lain dalam hubungannya antar manusia. Ayat yang paling terkenal yang menyatakan hal ini adalah: "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku" (Al-Kaafirun [109]: 6) dan "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah terperinci jalan yang benar daripada jalan yang sesat à" (Al-Baqarah [2]: 256).

Di ayat lain di tegaskan, "Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang lalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka." (Al Kahf [18]: 29).

Mengenai hal ini, bahkan Allah telah mengingatkan dan menawarkan teguran kepada kaum muslimin supaya tidak memaksakan Islam kepada penganut agama lain, dengan mengatakan: "Dan bila Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kau (hendak) memaksa insan supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (Yunus [10]: 99)

Dan di surah Al-An'aam ayat 107 Allah juga menyatakan: "Dan kalau Allah menghendaki, pasti mereka tidak memperkutukan(Nya). Dan Kami tidak menjadikan kau pemelihara bagi mereka; dan kau sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka."

Makara walaupun hanya Islam agama yang diridhai disisi Allah, umat Islam tidak boleh untuk memaksakan Islam kepada orang lain. Jika Allah menghendaki, Allah tentu saja bisa menciptakan semua orang menjadi muslim, akan tetapi Allah menawarkan insan kehendak bebas untuk memilih. Dengan potensi nalar dan hati yang dimiliki oleh manusia, Allah menawarkan pilihan, dimana nantinya pilihan tersebut akan dipertanggung jawabkan oleh masing-masing individu, lantaran sesungguhnya telah terperinci mana yang benar dan mana yang salah.

Jadi, Islam mengajarkan untuk membiarkan pemeluk agama lain, dan tidak memaksakan kepercayaan kepada mereka.

Lebih jauh, Allah juga menegaskan supaya seorang muslim haruslah berlaku adil dalam kondisi apapun dan kepada siapapun, muslim maupun yang bukan muslim. Kebencian kita terhadap suatu kaum tidak sanggup menjadi alasan dan pembenaran kita untuk berbuat tidak adil.

Dalam surah Al-Maaidah ayat 8, Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kau jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) lantaran Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kau untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, lantaran adil itu lebih bersahabat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kau kerjakan."

Di surah Al-Mumtahanah [60] ayat 7 dan 8, Allah kembali menegaskan mengenai pentingnya berlaku adil dan berbuat baik kepada semua orang tanpa membeda-bedakan agama, dengan berfirman:

"Mudah-mudahan Allah menjadikan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kau musuhi di antara mereka. Dan Allah ialah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah tidak melarang kau untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu lantaran agama dan tidak (pula) mengusir kau dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".

"Tidak melarang" di sini merupakan suatu penegasan bahwa itu ialah keharusan, bukan pernyataan yang diartikan "karena tidak melarang, tadi kalau tidak dilakukan tidak apa-apa".

Justru dengan ayat di atas menampik anggapan orang-orang yang menyampaikan bahwa Allah dan Islam tidak memperbolehkan berlaku adil kepada yang non-muslim.

Dengan tegas Allah menyampaikan bahwa Dia "tidak melarang berbuat baik dan berlaku adil" yang setara dengan "menyuruh untuk berbuat baik dan berlaku adil". Bahkan Allah melarang kaum muslimin untuk menghina tuhan-tuhan yang disembah oleh pemeluk agama lain.

Di dalam surah Al-An'am ayat 108 Allah menyatakan:

"Dan janganlah kau memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, lantaran mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.

"Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan juga mereka akan kembali pada ketika itu Allah memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan".  

Allah mencegah kaum muslimin untuk semakin menjerumuskan pemeluk agama lain ke dalam dosa, yang akhirnya pun sanggup menjadikan kontradiksi yang berkepanjangan, yang akhirnya apat menjerumuskan kaum muslimin sendiri kedalam dosa.

Sikap memaafkan sangat ditekankan Islam. Bahkan kepada penganut agama lain yang selalu berupaya untuk memurtadkan umat Islam, selama mereka tidak memerangi kaum muslimin secara fisik, kaum muslimin dianjurkan untuk memaafkan:

"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan supaya mereka sanggup mengembalikan kau kepada kekafiran setelah kau beriman, lantaran dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah konkret bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, hingga Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Baqarah [2]: 109).

Islam juga mengajarkan untuk tidak melaksanakan debat kusir, lantaran sanggup menjerumuskan kepada kontradiksi yang lebih dalam. Al-Qur'an menyatakan dalam surah Al-Kahf ayat dua puluh dua ketika membicarakan perihal orang-orang yang melaksanakan debat kusir:

"Nanti (ada orang yang akan) menyampaikan (jumlah mereka) ialah tiga orang yang keempat ialah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: "(jumlah mereka) ialah lima orang yang keenam ialah anjing nya", sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: "(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan ialah anjingnya". Katakanlah: "Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit". Karena itu janganlah kau (Muhammad) bertengkar perihal hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kau menanyakan perihal mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka."

Makara bertoleransi terhadap sesama insan sangat ditekankan di dalam Islam dan telah dinyatakan di banyak kawasan di dalam Al-Qur'an. Terhadap pemeluk agama lain kita harus bersikap baik dan adil, tidak bersifat provokatif dan menghindari debat yang tidak perlu dengan mereka untuk menghindari perpecahan, dan selalu bersikap sabar namun waspada, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur'an:

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kau dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (waspada) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kau beruntungà." (Ali Imran [3]: 200)

Terakhir diingatkan, bila Islam menyampaikan bahwa setiap orang bebas menentukan dan memeluk agama yang diyakininya tanpa paksaan, akan tetapi bagi orang yang telah menentukan Islam sebagai agamanya, maka baginya ada hukum dan kewajiban yang sifatnya mengikat, sebagaimana di tegaskan:

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kau ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kau turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang konkret bagimu." (Al-Baqarah [2]: 208).

Wallahu a'lam (dikutip dari banyak sekali sumber)


Untuk melihat dan mencari ayat-ayat Alquran sanggup melalui:
http://www.quranplus.com/ atau http://www.dudung.net/quran
Panduan kata per kata sanggup menggunakan: http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/



-oOo-
"Sesungguhnya usia insan bukan diukur dari hari, bulan dan waktu, namun dihitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel