Ismail Marzuki Mendendangkan Api Perjuangan
April 20, 2019
Edit
Profil Ismail Marzuki
Nama Lengkap : Ismail MarzukiTempat Lahir : Batavia, Indonesia
Tanggal Lahir : Senin, 11 Mei 1914
Meninggal : Jakarta, 5 Januari 1958 (umur 44)
Makam : TPU Karet Bivak, Jakarta
Istri : Eulis Zuraidah
Agama : Islam
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia
Istri : Eulis Zuraidah
Agama : Islam
Zodiac : Taurus
Warga Negara : Indonesia
Biografi Ismail Marzuki
Ismail Marzuki atau Bang Maing sapaan akrapnya ialah putra Betawi, lahir pada 11 Mei 1914 di Kwitang, Senen, Batavia atau Jakarta Sekarang ini. Beliau merupakan komponis besar yang telah membuat lebih dari 200 lagu. Lagu-lagunya yang melegenda diantaranya sepasang mata bola, Rayuan pulau kelapa yang merupakan lagu epilog siaran TVRI pada jaman Orde Baru, Indonesia Pusaka, dan masih banyak lagi. Pada biografi Ismail Marzuki disebutkan, bahwa ibunya meninggal dikala usianya masih tiga bulan sehingga sosok ibu digantikan oleh Anie Haminah, abang kandungnya yang berumur sebelas tahun diatasnya. Masa pendidikan Ismail Marzuki dimulai dengan mencar ilmu di HIS Idenburg, Menteng hingga kelas 7, berlanjut ke MULO di jalan Menjangan, Jakarta. Selepas menerima ijazah MULO dan kemampuan berbahasa Inggris dan Belanda, ia bekerja di Socony servie Station untuk beberapa dikala hingga kemudian pindah ke perusahaan dagang KK Nies. Ia bahagia bekerja pada perusahaan yang merekam piringan hitam dan menjual alat-alat music, alasannya disinilah bakatnya dibidang music bisa tersalurkan. Dalam biografi Ismail Marzuki disebutkan, hobinya dengan music terpupuk dengan baik dikala usia sekolah ayahnya membelikan alat music seperto harmonica, mandolin dan lainnya. Dengan alat music tersebut ia aktif mengasah kemampuannya bermain music dan bisa membuat lagu pada usia 17 tahun dengan judul O Sarinah.
Karir bermusik Ismail Marzuki dimulai semenjak ia bergabung dengan perkumpulan orkes Lief Java dibawah pimpinan Hugo Dumas pada tahun 1936. Di grup inilah kemampuannya terus terasah dan meningkat dengan pesat. Kreatifitasnya dalam mengaransemen lagu dengan genre yang beragam, lagu Barat, Irama Keroncong dan Langgam Melayu sangat diapresiasi. Ia orang pertama yang mengganti harmonium pompa dalam langgam melayu dengan instrument akordean. Mengikuti karirnya dalam biografi Ismail Marzuki sungguh menarik. Pada tahun 1937 beberapa lagu Bang maing menyerupai O Sarinah, Ali Baba Rumba, dan Olhe Lheu Dari Kotaradja direkam dalam piringan hitam dan menerima sambutan yang sangat antusias dari para penggemar music. Pada tahun 1938, Ia membawakan lagu bertajuk Duduk Termenung untuk mengisi bunyi dalam film Terang Bulan, alasannya Rd. Muchtar selaku pemerannya tidak sanggup menyanyikannya. Sukses di dunia film, Ia diundang dalam serangkaian pementasan di Singapura dan Malaysia. Pada tahun 1939, Ia membuat lagu berjudul Als De Orchideen Bloeien yang bisa memukau hati penggemar diseluruh tanah air hingga melintas ke negeri Belanda.
Menelaah lebih dalam biografi Ismail Marzuki, kita jadi mengetahui jikalau Ia ialah seorang pejuang kemerdekaan melalui syair lagu. Lagu-lagu yang Ia ciptakan bisa aben semangat perlawanan rakyat pribumi terhadap para penjajah. Ia menggubah lagu Indonesia Pusaka dan Bisikan Tanah air yang berujung pada pemanggilan dirinya oleh Kenpetai, alasannya lagunya yang disiarkan secara luas melalui radio dianggap memprovokasi rakyat untuk melawan penjajah Jepang. Ia membuat mars Gagah Perwira untuk memberi semangat usaha kepada para pasukan Peta (Pembela Tanah Air). Sedangkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Ia ciptakan pada tahun 1944.
Pada biografi Ismail Marzuki, sisi kehidupan pribadinya terungkap, jikalau Ia menikah dengan Eulis Zuraidah. Ia mempunyai anak angkat berjulukan Rachmi Aziah, sedangkan hingga selesai hayatnya Ia tidak dikaruniai anak kandung yang terlahir dari Rahim istrinya. Tahun 1956, Ia menulis lagu berjudul Inikah Bahagia dikala sedang sakit. Menjalani masa sakit selama dua tahun hingga kesannya pada tanggal 25 Mei 1958 Ia meninggal dunia dalam usia 44 tahun. Namanya terkenang sepanjang masa dan terabadikan lewat Pusat Kebudayaan dan Sastra di Salemba Jakarta Pusat dengan nama Taman Ismail Marzuki. Ia dianugerahi sebagai salah satu Presiden No 089/TK/ tahun 2004.
Penghargaan Ismail Marzuki
- Pahlawan Nasional menurut SK Presiden No 089/TK/ tahun 2004
- Namanya diabadikan sebagai sentra seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM), 1968