Letnan Jenderal Siswondo Parman - Pendekar Wonosobo Yang Berintelejen Tinggi
Maret 26, 2019
Edit
Profil Siswondo Parman
Nama Lengkap : Siswondo ParmanProfesi : -
Agama : Islam
Tempat Lahir : Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Minggu, 4 Agustus 1918
Meninggal : Jakarta, 1 Oktober 1965 (umur 47)
Zodiac : Leo
Warga Negara : Indonesia
Biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman
Siapa yang tidak tahu pendekar asal kawasan Wonosobo berikut ini. Seorang pendekar dengan mempunyai intelejen dan kegigihan dalam melawan penjajah ini yaitu salah satu perwira serta letnan dari 7 letnan yang telah gugur di medan perang ketika melawan pasukan PKI dalam insiden G30S untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk lebih mengenal sosok pendekar Wonosobo ini, akan diulas kembali perihal sejarah dan biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman.Dalam biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman, ia yaitu salah satu jenderal yang lahir di Wonosobo tanggal 4 Agustus tahun 1918. Pahlawan Siswono yaitu salah satu pendekar revolusi yang dikenal sangat cerdas dalam intelejennya. Pahlawan yang biasa dikenal dengan namanya S.Parman ini yaitu Pahlawan yang gugur dalam insiden G30S dan ia pun meninggal diusianya yang ke 47 dalam insiden tersebut. Jenderal S.Parman yaitu salah satu jenderal yang mengetahui akan banyaknya acara serta seni administrasi dari Pasukan PKI. Ia juga menolak akan terbentuknya kaum dari buruh dan petani yang disebut dengan Angkatan Kelima.
Dalam insiden G30S banyak terjadi penculikan yang dilakukan oleh salah satu perwira PKI berjulukan Resimen Tjakrabirawa termasuk rencana untuk menculik Jenderal Intelejen tersebut. Dan diduga bahwa abang kandung dari Parman lah yaitu Ir.Sakirman yang menjadi pemimpin Politbiro CC PKI dari insiden tersebut. Dalam biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman disebutkan bahwa ia juga pernah singgah dan menempuh pendidikan di SD, SMP, dan perguruan di bab kedokteran akan tetapi sebelum lulus Negara Jepang sudah menjajah dan menduduki Negara Indonesia, sehingga ia pun tidak sanggup memperoleh gelar dokter tersebut. Kemudian ia pun melanjutkan untuk bekerja di Jawatan Kempeitai. Di tempat tersebut, Jenderal sempat di curigai oleh Jepang dan kemudian di masukan di penjara akan tetapi terbebas juga. Setelah terbebas, ia malah mendapat pendidikan gres di Kenpei Kasya Butai Jepang, dan sehabis selesai ia pun kembali ketanah air dan bekerja kembali ke Jawatan Kempeitai.
Kemudian di awal kariernya, Jenderal Parman mengikuti acara kemiliteran dengan masuk dan ikut dalam acara TKR yang dibuat sehabis kemerdekaan dari Indonesia. Desember 1945, jenderal diangkat menjadi salah satu staf di Markas Besar di Yogyakarta sebagai Kepala Staf Polisi Tentara. Kemudian jenderal melaksanakan perang geriliya dalam melawan penjajah pada Agresi Militer II untuk melawan Belanda. Kemudian di bulan Desember 1949 ia pun dipindah tugaskan di Jakarta Raya untuk menjabat bab kepala staf Gubernur kemiliteran. Dan salah satu pencapaian yang ia raih yaitu pembongkar diam-diam dari gerakan Angkatan Perang yang berjulukan Ratu Adil (APRA). Kegiatan pembongkaran tersebut dipimpin oleh Westerling di Jakarta. Maret 1950, jenderal Parman kemudian diangkat sebagai Kepala Statf G, kemudian dikirim ke Negara AS untuk mengikuti adanya pendidikan gres yang berjulukan Military Police School. Dalam biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman, ia kemudian ditugaskan di bab Kementrian Pertahanan sehabis kembali dari AS. Ia diangkat menjadi atasan militer Negara RI di London, dan tahun 1959 di Inggris. Tahun 1964 ia kemudian ditugaskan sebagai Asisten I dari panglima atau menteri bab AD (angkatan darat) dengan memperoleh Pangkat Mayor Jenderal.
Dengan pangkatnya tersebut, ia juga sangat dekat dengan presiden Soekarno dan ia merupakan intelejen yang mengetahui akan rencana PKI dalam membentuk angkatan kelima. Ia kemudian dimusuhi oleh para perwira PKI yang mana pada ketika itu efek dari pasukan PKI sangat marak untuk para petani dan buruh dari Indonesia. Akhirnya, jenderal pun bersama dengan pasukan AD bersepakat akan menolak dari pembentukan angkatan kelima tersebut. Jenderal Parman pun kemudian disengiti oleh para pasukan PKI dan menjadi sasaran penculikan serta pembunuhannya. Tanggal 1 Oktober 1965 ia pun telah dibunuh dan jasadnya di buang di sumur bau tanah kawasan Lubang Buaya. Kemudian ia pun dimakamkan di taman makam pendekar kawasan Kalibata dan gugur sebagai pendekar revolusi dengan pangkat Letnan Jenderal. Itulah sekilas perihal biografi Letnan Jenderal Siswondo Parman, biar warta serta wacana diatas sanggup bermanfaat bagi yang membacanya.
PENDIDIKAN
- HIS (Hollandsch Inlandsche School) di Wonosobo
- MULO (Meer Uitgebried Lager Onderwijs) di Yogyakarta
- AMS (Algemeene Middelbare School)
- Sekolah Tinggi Kedokteran (STOVIA) di Jakarta
- Sekolah Tinggi Hukum
KARIR
- Awal karier militer S. Parman dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Lalu pada selesai bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi (PT) di Yogyakarta.
- Di bulan Desember 1949 sehabis Agresi Militer II Belanda, ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya.
- Sebelum dikirim di Amerika untuk mengikuti pendidikan di Military Police School, ia diangkat menjadi Kepala Staf G.
- Setelah ia kembali dari AS, ia ditugaskan di Kementrian Pertahanan untuk kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris tahun 1959. Lima tahun kemudian yaitu pada tahun 1964, ia diserahi kiprah sebagai Asisten I Menteri / Panglima Angkatan Darat (Men / Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal
PENGHARGAAN
- Siswondo Parman alias S. Parman mendapat gelar kehormatan sebagai Pahlawan Revolusi