Pergerakan Nasional-Sejarah Indonesia
Agustus 05, 2013
Edit
Kata “Pergerakan Nasional“ memiliki suatu pengertian yg khas yakni merupakan sebuah usaha yg dilsayakan oleh organisasi secara modern ke arah perbaikan hajat hidup bangsa Indonesia yg disebabkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan masyarakat yg ada. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yg sangat luas. Gerakan yg mereka jalankan memang tidak hanya terbatas untuk memperbaiki taraf hidup bangsa tetapi juga mencakup gerakan di aneka macam sektor, seperti: sosial, ekonomi, pendidikan, keagamaan, kebudayaan, wanita, cowok & lain-lain.
Istilah “nasional” berarti bahwa pergerakan-pergerakan tersebut memiliki impian nasional untuk mencapai kemerdekaan untuk bangsanya yg masih terjajah. Disamping itu, sifat pergerakan pada masa ini lebih bersifat nasional jikalau dibanding dengan sifat pergerakan sebelumnya yg bercorak kedaerahan.
Adapun faktor-faktor yg mengakibatkan timbulnya pergerakan nasional, antara lain yaitu :
a. Faktor yg berasal dari luar negeri (eksternal), antara lain: pada waktu itu pada umumnya bangsa-bangsa di Asia se&g menghadapi imperialisme Barat. Hal inilah yg mendorong bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu kemenangan Jepang dalam perang melawan Rusia tahun 1905 juga menerangkan bahwa ternyata Bangsa Timur sanggup juga mengalahkan Bangsa Barat. Disamping a&ya gerakan Turki Muda yg bertujuan mencari perbaikan nasib.
b. Faktor yg berasal dari dalam negeri (internal), yaitu a&ya rasa tidak puas, penderitaan, rasa kesedihan & kesengsaraan dari bangsa Indonesia terhadap penjajahan & penindasan kolonial. Ketidakpuasan itu aslinya sudah usang mereka ungkapkan melalui perlawanan bersenjata melawan Belanda di beruntuk daerah, antara lain: perlawanan yg dipimpin oleh Pattimura, Teuku Umar, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro dll. Namun perlawanan-perlawanan itu menemui kegagalan dikarenakan di antara mereka masih belum ada rasa persatuan nasional. Kegagalan demi kegagalan inilah yg menyadarkan para pemimpin bangsa atau dalam hal ini kaum pergerakan nasional untuk merubah taktik & taktik usaha melawan penjajah dalam mewujudkan impian mereka, yaitu mencapai “Indonesia Merdeka” dengan mendirikan organisasi-organisasi modern.
MASA AWAL
Masa awal ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi modern antara lain yaitu :
a. Budi Utomo (BU, 20 Mei 1908)
Gagasan pertama pembentukan Budi Utomo berasal dari dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang dokter Jawa dari Surakarta. Ia menginginkan a&ya tenaga-tenaga muda yg terdidik secara Barat, namun pada umumnya pemuda-pemuda tersebut tidak sanggup membiayai dirinya sendiri. Sehubungan dengan itu perlu dikumpulkan beasiswa (study fond) untuk membiayai mereka.
Pada tahun 1908 dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, pelajar Stovia. Dokter Wahidin mengemukakan gagasannya pada pelajar-pelajar Stovia & para pelajar tersebut menyambutnya dengan baik. Secara kebetulan para pelajar Stovia juga memerlukan a&ya suatu wadah yg sanggup menampung aktivitas & kehidupan budaya mereka pada umumnya. Sehubungan dengan itu pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat di satu kelas di Stovia. Rapat tersebut berhasil membentuk sebuah organisasi berjulukan Budi Utomo dengan Sutomo ditunjuk sbg ketuanya.
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
8
Pasti Lulus!!
Pada awalnya tujuan Budi Utomo yaitu menjamin kemajuan kehidupan sbg bangsa yg terhormat. Kemajuan ini sanggup dicapai dengan mengusahakan perbaikan pendidikan, pengajaran, kebudayaan, pertanian, peternakan, & perdagangan. Namun sejalan dengan berkembangnya waktu tujuan & aktivitas Budi Utomo pun mengalami perkembangan.
Pada tahun 1914 Budi Utomo mengusulkan dibentuknya Komite Pertahanan Hindia (Comite Indie Weerbaar). Budi Utomo menganggap perlunya milisi bumiputra untuk mempertahankan Indonesia dari serangan luar akhir Perang Dunia Pertama (PD I, 1914 – 1918). Namun, usulan itu tidak dikabulkan & justru pemerintah Belanda lebih mengutamakan pembentukan Dewan Rakyat Hindia (Volksraad). Selanjutnya ketika Volksraad (Dewan Rakyat) didirikan, Budi Utomo aktif dalam lembaga tersebut. Pada tahun 1932 pemahaman kebangsaan Budi Utomo makin berkembang maka pada tahun itu pula mereka mencantumkan impian Indonesia merdeka dalam tujuan organisasi.
b. Serikat Islam (SI, Agustus 1911)
Berbeda dengan Budi Utomo yg mula-mula hanya mengangkat derajat para priyayi khususnya di Jawa, maka organisasi Serikat Islam memiliki sasaran anggotanya yg mencsayap seluruh rakyat jelata yg tersebar di seluruh pelosok tanah air. Pada tahun 1909 R.M. Tirtoadisuryo mendirikan perseroan dalam bentuk koperasi berjulukan Sarekat Dagang Islam (SDI). Perseroan dagang ini bertujuan untuk menghilangkan monopoli pedagang Cina yg menjual materi & obat untuk membatik. Persaingan pedagang batik Bumiputra melalui SDI dengan pedagang Cina juga nampak di Surakarta. Oleh dikarenakan itu Tirtoadisuryo mendorong seorang pedagang batik yg berhasil di Surakarta, Haji Samanhudi untuk mendirikan Serikat Dagang Islam. Setahun sehabis berdiri, Serikat Dagang Islam tumbuh dengan cepat menjadi organisasi raksasa. Sekitar tamat bulan Agustus 1911, nama Serikat Dagang Islam diganti menjadi Serikat Islam (SI). Hal ini dilsayakan dikarenakan a&ya perubahan dasar perkumpulan, yaitu mencapai kemajuan rakyat yg konkret dengan jalan persaudaraan, persatuan & bahu-membahu di antara kaum muslimin. Anggota SI segera meluas ke seluruh Jawa, Sumatra, Kalimantan & Sulawesi. Seuntukan besar anggotanya yaitu rakyat jelata. Serikat Islam ini sanggup membaca keinginan rakyat, dengan membantu perbaikan upah kerja, sewa tanah & perbaikan sosial kaum tani. Perkembangan
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
9
Pasti Lulus!!
yg cepat ini terlihat pada tahun 1917 dengan jumlah anggota mencapai 450.000 orang yg tersebar pada 84 cabang.
Meningkatnya anggota Serikat Islam secepat ini, membikin pemerintah Hindia Belanda menaruh curiga. Gubernur Jenderal Idenburg berusaha menghambat pertumbuhannya. Kebijakan yg diambil antara lain dengan cuma memperlihatkan izin sbg ba& aturan pada tingkat lokal. Sebaliknya pada tingkat sentra tidak diberikan izin alasannya yaitu dianggap membahayakan, jumlah anggota yg terlalu besar diperkirakan akan sanggup melawan pemerintah.
Dalam kongres tahunannya pada tahun 1916, H.O.S Cokroaminoto mengusulkan kepada pemerintah untuk membentuk Komite Pertahanan Hindia. Hal itu memperlihatkan bahwa kesadaran politik bangsa Indonesia mulai meningkat. Dalam kongres itu diputuskan pula a&ya satu bangsa yg menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Sementara itu orang-orang sosialis yg tergabung dalam de Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) menyerupai Semaun, Darsono, & lain-lain mencoba mempengaruhi SI. Sejak itu SI mulai bergeser ke kiri (sosialis). Melihat perkembangan SI itu, pimpinan SI yg lain kemudian menjalankan disiplin partai melalui kongres SI bulan Oktober 1921 di Surabaya. Selanjutnya SI pecah menjadi SI “putih” di bawah Cokroaminoto & SI “merah” di bawah Semaun & Darsono. Dalam Perkembangan SI “merah” ini bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yg telah berdiri semenjak 23 Mei 1920.
Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923 nama Serikat Islam diganti menjadi Partai Serikat Islam (PSI). Partai ini bersifat nonkooperasi yaitu tidak mau berhubungan dengan pemerintah tetapi menginginkan a&ya wakil dalam Dewan Rakyat (Volksraad).
c. Muhammadiyah (18 November 1912)
Pada tanggal 18 November 1912 Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Organisasi Muhammadiyah bergerak di bi&g pendidikan, sosial & budaya. Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan pedoman Islam dalam pelaksanaan hidup sehari-hari biar sesuai dengan Al-Qur‟an & Hadits. Muhammadiyah berusaha memberantas semus jenis perbuatan yg tidak sesuai dengan al-Qur‟an & hadits. Di samping itu, Muhammadiyah juga giat
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
10
Pasti Lulus!!
memerangi penyakit TBC (Taklid, Bid’ah & Churafat) yg menghinggapi masyarakat khususnya di Jawa.
Praktik Churafat atau lebih dikenal dengan praktik-praktik amalan ibadah yg salah berdasarkan Islam, dikarenakan mendekati takhayul, perilsaya syirik (menyekutukan Tuhan) yg banyak terjadi di lingkungan Kerajaan Mataram Yogyakarta & sekitarnya seperti: percaya kepada kekuatan keris, tombak, insiden gerhana bulan dianggap sbg Buta Ijo se&g memakan bulan, & bahkan ada yg percaya kepada Nyi Roro Kidul. Hal itu barangkali alasan yg sanggup menjawab pertanyaan mengapa Muhammadiyah lahir di kota Yogyakarta.
Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah melsayakan aneka macam usaha seperti: mendirikan sekolah-sekolah, mendirikan rumah sakit, mendirikan panti asuhan, mendirikan rumah anak yatim piatu & lain-lain.
Di bi&g pendidikan Muhammadiyah mendirikan & mengelola sekolah-sekolah dari tingkat TK hingga Perguruan Tinggi. Di sekolah-sekolah Muhammadiyah selain diajarkan agama juga diajarkan pelajaran umum yg mengacu pada kaidah-kaidah modern. Pendidikan mengenal sistem kurikulum kelas atau tingkatan, sbgmana dilsayakan sekolah model Barat.
Dalam perkumpulan Muhammadiyah terdapat untukan perempuan yg disebut Aisyiah, untukan khusus anak gadis disebut Nasyiatul Aisiyah, & kepanduan yg disebut, Hizbul Wathan.
d. Indische Partij (IP, 1912 )
Organisasi yg semenjak berdirinya sudah bersikap radikal yaitu Indische Partij. Organisasi ini dibuat pada tanggal 25 Desember 1912 di kalangan orang-orang Indo di Indonesia yg dipimpin oleh Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (dr. Danudirja Setiabudi). Cita-citanya yaitu biar orang-orang yg menetap di Hindia Belanda (Indonesia) sanggup duduk dalam pemerintahan. Adapun semboyan IP yaitu Indie Voor de Indier (Hindia untuk orang-orang yg berdiam di Hindia).
Dalam menjalankan propagan&ya ke Jawa Tengah, E.F.E Douwes Dekker bertemu dengan Cipto Mangunkusumo yg telah meninggalkan Budi Utomo. Cipto Mangunkusumo populer dalam Budi Utomo dengan pan&gan-pan&gannya yg radikal, segera terpikat pada ilham Douwes Dekker. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) & Abdul Muis yg berada di Bandung juga tertarik pada ilham Douwes Dekker tersebut. Dengan pertolongan tokoh-tokoh tersebut, Indische Partij
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
11
Pasti Lulus!!
berkembang menjadi 30 cabang dengan 7.300 orang anggota, seuntukan besar terdiri atas orang-orang Indo-Belanda.
Indische Partij berjasa memunculkan konsep Indie voor de Indier yg bahwasanya lebih luas dari konsep “Jawa Raya” dari Budi Utomo. Dibandingkan dengan Budi Utomo, Indische Partij telah mencsayap suku-suku bangsa lain di nusantara. Budi utomo dalam perkembangannya terpengaruh juga oleh impian nasionalisme yg lebih luas. Hal ini dialami juga oleh organisasi-organisasi lain yg keanggotaannya terdiri atas suku-suku bangsa tertentu, menyerupai Serikat Ambon, Serikat Minahasa, Kaum Betawi, Partai Tionghoa Indonesia, Serikat Selebes, & Partai Arab-Indonesia. Cita-cita persatuan ini kemudian berkembang menjadi nasionalisme yg kokoh, hal ini menjadi pokok.
Masa tamat Indische Partij terjadi sehabis Suwardi Suryaningrat & Cipto Mangunkusumo ditangkap. Pemerintah Belanda menganggap Indische Partij mengganggu serta mengancam ketertiban umum. Oleh dikarenakan itu, para pemimpinnya ditangkap & dibuang. dr. E.F.E. Douwes Dekker atau dr. Danudirja Setiabudi dibuang ke Kupang (NTT), dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Ban&aira di Kepulauan Maluku, & Raden Mas Suwardi Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Akhirnya kedua tokoh tersebut meminta dibuang ke negeri Belanda. Demikian juga Douwes Dekker dibuang ke Belanda dari tahun 1913 hingga dengan 1918.
Pada dikala pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda dari Belgia, tokoh yg disebut terakhir ini juga menulis sebuah artikel berjudul “Als Ik de Netherlander was” (seandainya saya seorang Belanda) yg berisikan kritikan pedas terhadap pemerintah. Kelak dikarenakan permohonan ketiga tokoh itu sendiri, balasannya mereka dibuang ke negeri Belanda.
2.1.2. MASA RADIKAL
Masa radikal diartikan sbg suatu masa yg memunculkan organisasi-organisasi politik yg kemudian dinamakan “partai”. Beberapa partai yg dimaksud antara lain: PKI (1920), PNI (1927) & Partindo (1931). Pada umumnya organisasi-organisasi ini tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan impian organisasinya. Mereka dengan tegas menyebutkan tujuannya untuk mencapai Indonesia Merdeka. Organisasi-organisasi atau partai ini sudah bergerak dalam bi&g politik, khususnya
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
12
menentang keputusan pemerintah Belanda. Masa radikal ini juga diwarnai efek Marxisme & komunisme.
Pada tahun 1908 di negeri Belanda berdiri sebuah organisasi yg berjulukan Indische Vereeniging. Organisasi ini didirikan oleh pelajar-pelajar dari Indonesia. Pada mulanya hanya bersifat sosial yaitu untuk memajukan kepentingan-kepentingan bersama para pelajar tersebut. Namun sejalan dengan berkembangnya perasaan anti kolonialisme & imperialisme sehabis berakhirnya Perang Dunia I, organisasi ini juga menginginkan a&ya hak untuk bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Sehubungan dengan itu Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) & bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Sejalan dengan itu majalah Perhimpunan Indonesia yg semula berjulukan “Hindia Putra” juga berganti nama menjadi “Indonesia Merdeka”. Para anggota PI berusaha mengadakan propaganda kemerdekaan Indenesia. Di samping itu mereka mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan nasional di aneka macam negara di dunia. Antara lain dengan Liga Penentang Tindasan Penjajah, Internasionale Komunis & ikut serta pada kongres-kongres internasional yg bersifat humanistis.
Dalam perjalanannya pada tanggal 10 – 15 Februari 1927 Liga Penentang Tindakan Penjajahan menggelar Kongres Internasional pertama di Brussel. Tujuan kongres ini yaitu menentang imperialisme di dunia & tindakan penjajahan. Dalan kongres Brussel itu hadir wakil-wakil pergerakan kebangsaan aneka macam negara terjajah di dunia termasuk Indonesia dihadiri oleh Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Gatot Mangkupraja, Achmad Soebardjo & Semaun.
Adapun hasil-hasil yg diputuskan dalam Kongres Brussel adalah:
1). Memberikan pertolongan yg sebesar-besarnya kepada Pergerakan Kemerdekaan Indonesia & menyokong pergerakan itu secara terus menerus dengan segala daya upaya apa pun juga;
2). Menuntut dengan keras kepada Pemerintah Belanda biar pergerakan Rakyat Indonesia diberi kebebasan bergerak, menghapus keputusan-keputusan eksekusi mati & pembuangan, serta menuntut a&ya pembebasan tahanan politik untuk kaum pergerakan.
Dengan lahirnya keputusan-keputusan yg memperlihatkan pertolongan kepada kaum pergerakan maka Perhimpunan Indonesia segera menjadi anggota Liga
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
13
Pasti Lulus!!
Tindakan Anti Penjajahan. Tujuannya yaitu biar kaum pergerakan menerima perhatian Internasional serta para cowok Indonesia sanggup berkenalan dengan para tokoh pergerakan bangsa-bangsa lain. Di samping itu juga untuk menanamkan rasa senasib atau rasa solidaritas dengan bangsa-bangsa terjajah yang lain seperti: tokoh-tokoh nasional dari India, Indo Cina, Filipina, Mesir serta tokoh-tokoh pergerakan negara-negara di Pasifik.
Tindakan Perhimpunan Indonesia (PI) itu membikin Pemerintah Kolonial Belanda bertindak tegas. Empat anggota pengurus Perhimpunan Indonesia yaitu Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul Madjid, & Ali Sastroamidjojo ditangkap. Mereka dihadapkan pada si&g pengadilan Maret 1928. Dalam kesempatan tersebut, Mohammad Hatta mengajukan pidato pembelaan yg berjudul “Indonesia Vry” . Pemerintah kolonial Belanda ternyata tidak berhasil menerangkan kesalahannya, sehingga merekapun dibebaskan. Kejadian ini merupakan insiden yg penting untuk perjalanan Pergerakan Nasional Indonesia. Penentangan yg dilsayakan membikin PI semakin menerima simpati dari rakyat sehingga PI semakin besar.
Semangat yg tinggi untuk mencapai impian Indonesia merdeka juga nampak pada Partai Nasional Indonesia. Dalam anggaran dasarnya ditegaskan secara terang yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. PNI berkeyakinan bahwa untuk membangun nasionalisme ada tiga syarat yg harus ditanamkan kepada rakyat yaitu Jiwa Nasional (nationaale geest), Niat/Tekad Nasional (nationaale wil), & Tindakan Nasional (nationaale daad). Dengan cara ini Partai Nasional Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat sendiri, memperbaiki keadaan politik, ekonomi, & budaya bangsa Indonesia.
Pemahaman terhadap ketiga unsur itu menimbulkan masyarakat sadar akan kemelaratannya dalam alam penjajahan. Soekarno menjelaskan kepada rakyat bahwa masa lampau Indonesia yaitu sangat gemilang. Manusia Indonesia berdasarkan Soekarno (tokoh PNI) dimiskinkan oleh kolonial. Manusia Indonesia yg memiliki tanah untuk mencari nafkah, tetapi tetap miskin. Semangat marhaenisme & nasionalisme yg ditiupkan oleh Bung Karno menerima simpati kelompok-kelompok politik. Semangat marhaenisme & nasonalisme itulah yg membikin partai-partai politik semakin terbangun persatuannya. Oleh alasannya yaitu itu pada tamat tahun 1927 PNI mengadakan suatu rapat di Bandung yg antara lain dihadiri oleh wakil-wakil dari Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Paguyuban Pasun&,
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
14
Pasti Lulus!!
Sumatranen Bond & Kaum Betawi. Rapat yg dipimpin atau dipelopori Partai Nasional Indonesia (PNI) itu, pada tanggal 17 Desember 1927 setuju membentuk suatu ba& kerjasama yaitu Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Lahirnya PPPKI menerima respon dalam kongres PNI tahun 1928. Dalam kongres itu dikemukakan bahwa ada kontradiksi tajam antara penjajah & yg dijajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan imperialisme yg mengeruk kekayaan bumi Indonesia. Itulah sebabnya tatanan-tatanan sosial, ekonomi & politik Indonesia hancur lebur. Untuk mengatasi keadaan ini diharapkan usaha politik yaitu mencapai Indonesia merdeka.
Tidak sanggup disangkal bahwa pada masa pergerakan nasional ini ada unsur-unsur Marxisme turut mempengaruhi perilaku pergerakan nasional. Pemikiran itu disebarkan dalam rapat-rapat, kursus-kursus & sekolah-sekolah serta organisasi-organisasi cowok yg didirikan oleh PNI. Pers PNI yg terdiri dari surat-surat kabar Banteng Priangan (Bandung) & Persatuan Indonesia (Jakarta) juga membantu penyebaran pan&gan ini. Kegiatan PNI ini dengan pesat menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun 1929 diperkirakan 10.000 orang, yg tersebar antara lain di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang & Makassar. Perkembangan PNI ini semakin mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda. Dengan tuduhan akan melsayakan pemberontakan, tokoh-tokoh PNI, Soekarno dkk ditangkap, kemudian diajukan ke pengadilan pada 18 Agustus 1930.
Dalam pengadilan tersebut, Soekarno mengajukan pidato pembelaannya yg berjudul “Indonesia Menggugat”. Tokoh-tokoh PNI tersebut kemudian dijatuhi eksekusi penjara. Setelah tokoh-tokoh pimpinan PNI ditangkap, PNI kemudian dibubarkan. Selama Ir. Soekarno dipenjara, di dalam badan PNI mengalami kontradiksi antara kelompok yg tidak baiklah PNI dibubarkan yaitu PNI Merdeka yg kemudian mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI-Baru yg dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Se&gkan kelompok yang lain yg dipimpin Sartono yg lebih menentukan PNI dibubarkan balasannya mendirikan Partindo (Partai Indonesia). Setelah keluar dari penjara Ir. Soekarno dihadapkan kepada dua pilihan organisasi yg sama-sama berat di hatinya. Namun demikian, balasannya Ir. Soekarno menentukan masuk Partindo.
Nasionalisme juga berkembang di kalangan pemuda. Para cowok yg telah mendirikan aneka macam organisasi cowok juga merasa perlu untuk menggalang persatuan. Semangat persatuan ini diwujudkan dalam kongres cowok pertama di Jakarta pada bulan Mei 1926. Para cowok menyadari bahwa nasonalisme perlu ditumbuhkan dari sifat kedaerahan yg sempit menuju terciptanya kesatuan seluruh bangsa Indonesia. Namun kongres pertama ini belum membuahkan hasil menyerupai yg diharapkan.
PPI mengisnisiasi terselenggarakannya Kongres Pemuda II. Dalam Kongres Pemuda II yg diselenggrakan pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928 aneka macam organisasi cowok menyerupai Sumatranen Bond, Jong Java, Jong Pasun&, Sekar Rukun, Jong Selebes, Pemuda Kaum Betawi. Pada tanggal 28 Oktober 1928, para cowok penerima Kongres ini berusaha mempertegas kembali makna persatuan & berhasil mencapai suatu komitmen yg kemudian dikenal sbg Sumpah Pemuda, yaitu:
Pertama, Kami Putra & Putri Indonesia mengsaya bertumpah darah yg satu, tanah air Indonesia.
Kedua, Kami Putra & Putri Indonesia mengsaya berbangsa yg satu, bangsa Indoensia.
Ketiga, Kami Putra & Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Dalam penutupan kongres itu pula untuk pertama kali dikuman&gkan lagu Indonesia Raya & Bendera Merah Putih dikibarkan untuk mengiringi lagu tersebut. Suasana haru yg sangat mendalam memenuhi hati para cowok yg hadir dikala itu. Sebagai tindak lanjut Sumpah Pemuda pada tanggal 31 Desember 1930 di Surakarta dibuat organisasi Indonesia Muda, yg merupakan penyatuan dari aneka macam organisasi pemuda, yaitu Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Celebes, Sekar Rukun & Pemuda Indonesia.
Hal itu membikin Pemerintah Belanda semakin serius mengawasi pergerakan politik bangsa Indonesia. Gubernur Jenderal De Jonge melsayakan tekanan keras terhadap organisasi pergerakan nasional. Ia memiliki hak luar biasa untuk menindak setiap gerakan nasional yg dianggap mengganggu ketentraman & ketertiban. Partai politik dikenakan larangan rapat. surat kabar diberangus & dibakar. Para pemimpinnya ditangkap & dibuang. Tindakan pemerintah berupa penangkapan & pembuangan para pemimpin politik inilah yg mengakibatkan hubungan partai-partai politik dengan massa rakyat terputus. Pemimpin & pengikut dipisahkan dari aktivitas politik. Polisi diam-diam atau Politieke Inlichtingen Dienst (PID) selalu memata-matai setiap gerakan & siap menindak.
MASA BERTAHAN
Pada tahap ini kaum pergerakan berusaha mencari jalan gres untuk melanjutkan perjuangan. Hal itu dilsayakan dikarenakan a&ya tindakan keras dari pemerintah. Mereka memakai taktik baru, yaitu dengan bekerja sama dengan pemerintah melalui parlemen. Partai politik mengirimkan wakil-wakilnya dalam Dewan Rakyat. Mereka mengambil jalan kooperatif, tetapi sifatnya sementara & lebih sbg taktik usaha saja.
Perjuangan moderat & parlementer ini berlangsung dari tahun 1935 – 1942, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936 – 1942). Hingga dikala pemerintah Hindia Belanda ditaklukkan oleh Jepang, pemberian hak parlementer penuh oleh pemerintah Belanda kepada wakil-wakil rakyat Indonesia tidak pernah menjadi kenyataan.
Di antara partai-partai politik yg melsayakan taktik kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda yaitu Persatuan Bangsa Indonesia & Partai Indonesia Raya. Kelompok Studi Indonesia di Surabaya menyarankan biar perbedaan antara gerakan yg berasas kooperasi & non-kooperasi tidak perlu dibesar-besarkan. Hal yg lebih penting yaitu tujuan organisasi sama yakni memperjuangkan pembebasan rakyat dari penderitaan lewat kesejahteraan ekonomi, sosial budaya & politik.
Untuk melakukan impian kesejahteraan ekonomi maka Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) mendirikan bank, koperasi serta perkumpulan tani & nelayan. Pemakarsanya yaitu Dokter Sutomo, seorang pendiri Budi Utomo. Pada tahun 1932, anggota PBI yg berjumlah 2.500 orang dari 30 cabang menyelenggarakan kongres, kongres tersebut memutuskan bahwa PBI akan tetap menggalakkan koperasi, serikat kerja, & pengajaran. Untuk mencapai tujuan itu maka tidak ada jalan lain yg dilsayakan kecuali pendidikan rakyat diperhatikan dengan mengadakan aktivitas kepanduan .
Pada tahun 1935 terjadi penyatuan antara Budi Utomo & PBI. Dalam sebuah partai yg disebut Partai Indonesia Raya (Parindra), Ketuanya yaitu Dokter Sutomo. Organisasi-oraganisasi lain yg ikut bergabung dalam Parindra diantaranya: Serikat Sumatera, Serikat Celebes, Serikat Ambon, & Kaum Betawi.
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
17
Pasti Lulus!!
Dengan bergabungnya aneka macam organisasi membikin Parindra semakin besar lengan berkuasa & anggotanya tersebar di mana-mana. Jumlah anggotanya meningkat pesat. Pada tahun 1936 jumlah anggotanya berkisar 3.425 orang dari 37 cabang. Cita-cita Parindra pun semakin tegas yaitu mencapai Indonesia merdeka.
Dalam kongresnya tahun 1937, Wuryaningrat terpilih sbg ketua dibantu oleh Mohammad Husni Thamrin, Sukardjo Wiryapranoto, Raden Panji Suroso, & Susanto Tirtoprojo. Kerjasama antar anggota cabang-cabangnya menimbulkan Parindra sbg partai politik terkuat menjelang runtuhnya Hindia Belanda.
Di samping Parindra juga muncul organisasi lain menyerupai Partindo. Namun dikarenakan desakan pemerintah balasannya partai itu bubar pada tahun 1936. Para pemimpinnya melanjutkan usaha dengan mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937. Tokoh-tokoh yg duduk dalam Gerindo antara lain Mr. Mohammad Yamin Mr. Sartono,, & Mr. Amir Syarifuddin. Para pemimpinnya menginginkan Gerindo menjadi partai rakyat dengan asas kooperasi. Prinsip demokrasi dipertahankan untuk menahan desakan perluasan Jepang yg makin dekat.
Perjuangan melawan pemerintah Belanda terus dilanjutkan. Di pihak lain, para pejuang juga mempersiapkan diri menghadapi Jepang yg mulai mengarah ke selatan. Namun kemudian terjadi kericuhan di dalam Gerindo, sehingga perpecahan tidak sanggup dihindari. Oleh alasannya yaitu itu Mr. Mohammad Yamin mendirikan Partai Persatuan Indonesia pada tanggal 21 Juli 1939. Asas perjuangannya yaitu demokrasi kebangsaan & kerakyatan. Namun organisasi ini tidak menerima tempat dalam masyarakat.
Pada masa pemerintah Gubernur Jenderal Van Limburg Stirum (1916 – 1921) dibuat Volksraad atau Dewan Rakyat, yaitu pada tanggal 18 Mei 1918. Anggota dewan dipilih & diangkat dari golongan orang Belanda, Indonesia, & bangsa-bangsa lain. Orang Indonesia yg menjadi anggota mula-mula berjumlah 39%, kemudian bertambah dalam tahun-tahun selanjutnya. Tujuan pembentukan Dewan Rakyat yaitu biar wakil-wakil rakyat Indonesia sanggup berperan serta dalam pemerintahan. Akan tetapi, dewan ini tidak mencerminkan perwakilan rakyat yg sesungguhnya, dikarenakan yg berhak menentukan anggota dewan yaitu orang-orang yg erat dengan pemerintah. Wakil-wakil bumiputra tidak banyak memiliki hak suara.
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
18
Pasti Lulus!!
Meskipun demikian, partai politik yg berazaskan kooperatif mengirimkan wakil-wakilnya untuk duduk dalam Dewan Rakyat. Mereka menyalurkan aspirasi (cita-cita, harapan, keinginan) partainya melalui dewan itu. Se&g golongan nonkooperatif menganggap Dewan Rakyat hanyalah sandiwara & mereka tidak mau duduk dalam dewan itu.
Golongan kooperatif berupaya semaksimal mungkin untuk memanfaatkan Dewan Rakyat. Pada tahun 1930 Mohammad Husni Thamrin, anggota Dewan Rakyat, membentuk Fraksi Nasional guna memperkuat barisan & persatuan nasional. Mereka menuntut perubahan ketatanegaraan & pembatalan diskriminasi di aneka macam bi&g. Mereka juga menuntut pembatalan beberapa pasal dalam Kitab Un&g-Un&g Hukum Pi&a Belanda wacana penangkapan & pengasingan pemimpin usaha Indonesia serta pemberangusan pers.
Pada tanggal 15 Juli 1936 Sutarjo Kartohadikusumo, anggota dewan rakyat, memberikan petisi biar Indonesia diberi pemerintahan sendiri (otonomi) secara berangsur-angsur dalam waktu sepuluh tahun. Jawaban terhadap petisi Sutarjo gres diberikan oleh pemerintah dua tahun kemudian. Dapat dipastikan bahwa tuntutan untuk otonomi ini ditolak pemerintah, alasannya yaitu hal ini memberi peluang yg mengancam runtuhnya bangunan kolonial. Meskipun demikian, para nasionalis tetap gigih memperjuangkan tuntutan itu lewat lembaga DPR semu tersebut.
Kegagalan Petisi Sutarjo bahkan menjadi cambuk untuk meningkatkan usaha nasional. Pada bulan Mei 1939 Muh. Husni Thamrin membentuk Gabungan Politik Indonesia (GAPI) yg merupakan campuran dari Parindra, Gerindo, PSII, Partai Islam Indonesia, Partai Kristen Indonesia. Pasun&, Kaum Betawi, & Persatuan Minahasa. Tujuannya ialah biar terbentuk kekuatan nasional tunggal dalam menghadapi pemerintah kolonial. Selain itu, ancaman perang makin terasa dikarenakan Jepang sudah bergerak makin jauh ke selatan & mengancam Indonesia.
GAPI mengadakan agresi & menuntut Indonesia Berparlemen yg disusun & dipilih oleh rakyat Indonesia, Pemerintah harus bertanggung jawab kepada Parlemen. Jika tuntutan itu diterima pemerintah, GAPI akan mengajak rakyat untuk mengimbangi kemurahan hati pemerintah.
Untuk mencapai impian GAPI ini maka pada tanggal 24 Desember 1939 kaum pergerakan mengadakan Kongres Rakyat Indonesia. Kegiatan ini antara lain menuntut pemerintah Belanda biar menimbulkan bahasa Indonesia sbg bahasa nasional, Indonesia Raya sbg lagu kebangsaan & bendera merah putih sbg bendera Nasional.
Pemerintah memperlihatkan reaksi dingin. Perubahan ketatanegaraan akan diberikan sehabis Perang Dunia II selesai. Pada 1 September 1939 pecah perang di Eropa yg kemudian berkembang menjadi Perang Dunia II. Tuntutan GAPI dijawab Pemerintah dengan pembentukan Komisi Visman pada bulan Maret 1941. Komisi yg diketuai Visman ini bertugas mengetahui keinginan kelompok masyarakat Indonesia & perubahan pemerintahan yg diharapkan.
Namun Komisi ini hanya menampung hasrat masayarakat Indonesia yg pro pemerintah & masih menginginkan Indonesia tetapi dalam ikatan Kerajaan Belanda. Hasil penyelidikan Komisi Visman tidak memuaskan. Komisi hanya sekedar memberi angin atau berbasa-basi kepada kaum nasionalis Indonesia & tidak sungguh-sungguh menanggapi perubahan ketatanegaraan Indonesia.
Sebelum hasil Komisi Visman diwujudkan, Jepang sudah datang di Indonesia. Meskipun demikian pihak Indonesia telah sempat mengusulkan 3 hal, yaitu :
1. pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri;
2. penggunaan bahasa Indonesia dalam si&g Dewan Rakyat;
3. pergantian kata Inlander (pribumi) menjadi Indonesier.
Untuk menguatkan & mensukseskan usaha GAPI yaitu “Mencapai Indonesia Berparlemen”, maka kaum pergerakan mengadakan kongres. Kongres Rakyat Indonesia (KRI) yg sebelumnya hanyalah kata kerja/kegiatan (verb) kemudian dirubah menjadi seperti sebuah ba& perwakilan (parlemen) untuk bangsa Indonesia.
Anggota KRI di antaranya: 1. Partai Indonesia Raya (Parindra), 2. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), 3. Paguyuban Pasun&, 4. Persatuan Minahasa, 5. Persatuan Perkumpulan Pemuda Indonesia (PPPI), 6. Kongres Perempuan Indonesia (KPI), 7. Istri Indonesia (II), 8. Persatuan Djurnalis Indonesia (Perdi), 9. Persatuan Politik Kristen Indonesia (PPKI), 10. Persatuan Hindustan Indonesia (PHI), 11. Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), 12. Partai Islam Indonesia (PII), 13. Partai Arab Indonesia (PAI), 14. Muhammadiyah, 15. Persatuan Muslimin Indonesia (Permi), 16. Persatuan Islam (Persis), 17. Nahdhatul Ulama (NU), 18. Gabungan Serikat Pekerja Indonesia (Gaspi), 19. PBMTS, 20. Partai Persatuan Indonesia (Parpindo), 21. Persatuan Bangsa Indonesia (PBI), kemudian yg berasal dari organisasi Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (PVPN) seperti: 22.
Modul Sejjarah Indonesia DUD Tk.. I
20
Pasti Lulus!!
Persatuan Pegawai Pegadaian Hindia (PPPH) yg kemudian menjelma Persatuan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB), 23. Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yg menjelma Persatuan Guru Indonesia (PGI yg merupakan campuran dari: VOB, PGB, OKSB, PGAS & HKSB), 24. Landelijke Inkomsten Bond (LIB), 25. Perserikatan Kaum Sekerja Boschwezen (PKSB), 26. Pegawai Mijn Bouw (PMB), 27. Perhimpunan Pegawai Spoor Tram (PPST).
Kongres Rakyat Indonesia yg memiliki anggota tidak kurang dari 27 perkumpulan tersebut segera mempersiapkan pembentukan DPR ala Indonesia, yakni dengan merubah Kongres Rakyat Indonesia menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI). MRI dianggap sbg suatu Ba& Perwakilan Rakyat Indonesia untuk sementara hingga terbentuknya DPR Indonesia yg sesungguhnya. Sejak tanggal 14 September 1941, Kongres Rakyat Indonesia secara resmi diganti menjadi Majelis Rakyat Indonesia (MRI).
Di dalam MRI duduk wakil-wakil dari organisasi politik, organisasi Islam, federasi serikat sekerja, & pegawai negeri. Anggota MRI yaitu merupakan campuran dari organisasi-organisasi besar menyerupai Gapi, MIAI & PVPN.
Anggota Gapi (Gabungan Politik Indonesia) meliputi: Parindra, Gerindo, PII, PPKI, PSII, Persatuan Minahasa & Paguyuban Pasun&. Federasi ini merupakan wadah gres sehabis PPPKI yg sebelumnya merupakan federasi dari aneka macam perkumpulan berberbagai warna lumpuh. Kemudian MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) ini merupakan federasi dari organisasi-organisasi Islam yg didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya. Anggota MIAI di antaranya ialah NU, Muhammadiyah, SI & PII. Rupanya PII disamping sbg anggota Gapi juga menjadi anggota MIAI.
Se&gkan PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri), merupakan federasi perkumpulan-perkumpulan sarikat sekerja pegawai negeri yg pada tahun 1930 jumlah anggotanya mencapai 29.700 orang & mencakup 13 perkumpulan & pada tamat masa pergerakan nasional PVPN beranggotakan 18 organisasi di antaranya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB; di mana PGHB sendiri merupakan campuran dari 7 perkumpulan guru-guru dengan jumlah anggota 15.000, di antaranya yg paling besar dari perkumpulan Volks Onderwijzers Bond [VOB] yg memiliki 103 cabang & 9.000 anggota), & PGHB kemudian namanya diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) yg mencsayap Persatuan Guru Bantu (PGB), Persatuan Guru Ambacht School
(PGAS), VOB, Oud Kweekscholieren Bond (OKSB), Persatuan Normaal School (PNS) & Hogere Kweekscholieren Bond (HKSB). Se&gkan anggota PVPN yang lain menyerupai Perserikatan Pegawai Pegadaian Hindia (PPPH), Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB), Perhimpunan Pegawai Spoor & Tram (PPST), Vereniging van Indonesische Personeel bij de Irrigatie, Waterstaat en Waterschappen (VIPIW), Landelijke Inkomsten Bond (LIB; Kadaster Bond), Perserikatan Kaum Sekerja Boschwezen (PKSB), VAMOLA, Pegawai Mijn Bouw (PMB), Persatuan Kaum Verplegers (sters) van Indie (PKVI), PPAVB, Midpost, Opiumregie, PPTR, VOLTA, PMMB, PPP & ORBHB.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat antara organisasi-organisasi yg tergabung dalam MRI, namun persatuan & kesatuan kaum Nasionalis terus dipupuk hingga masuknya Tentara Militer Jepang.