Penyebab Terjadinya Puting Beliung
Oktober 13, 2019
Edit
Pada demam isu penghujan ini, tidak hanya banjir dan longsor yang perlu diwaspadai, Bencana Alam berupa Puting Beliungpun harus kita waspadai. kemudian apa itu Puting Beliung? menurut Sudibyakto & Daryono Universitas Gadjah Mada, Puting Beliung merupakan angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60 sampai 90 km/jam yang berlangsung selama 5 sampai 10 menit sebab perbedaan tekanan yang sangat besar dalam area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus (Cb).
Puting Beliung terjadi biasanya bermula dari Udara terasa panas dan gerah, munculnya awan putih yang bergelombol dan berlapis-lapis di langit dimana diantara awan tersebut ada satu jenis awan yang memiliki batas tepinya sangat terang berwarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual menyerupai kembang kol. kemudian berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat yang biasa disebut awan Cumulonimbus.
Kemudian ranting pohon dan daun bergoyang cepat sebab tiupan angin yang terasa sangat hambar diiringi kehadiran hujan disertai angin puting-beliung menyerupai kejadian Angin Puting Beliung yang Menerjang Tiga Desa di Madiun, Biasanya usang fase pembentukan awan, sampai fase awan punah berlangsung paling usang sekitar 1 jam. Karena itulah, masyarakat semoga tetap waspada selama periode ini.
Puting beliung ialah efek ikutan awan Cumulonimbus (Cb) yang biasa yang tumbuh selama periode demam isu hujan, munculnya puting beliung belum sanggup diprediksi, hadir secara mendadak sekita 5 sampai 10 menit pada area skala sangat lokal. Pusaran puting beliung menyerupai belalai gajah selang vacuum cleaner. Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur kerusakan. Puting beliung lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di kawasan dataran rendah.
Berikut ilustrasi proses terjadinya Puting Beliung
Proses terjadinya puting beliung sangat terkait dekat dengan fase tumbuh awan Cumulonimbus (Cb), Pada Fase Tumbuh dalam awan terjadi arus udara naik ke atas yang kuat. Hujan belum turun, titik-titik air maupun kristal es masih tertahan oleh arus udara yang naik ke atas puncak awan. Pada Fase Dewasa/Masak titik-titik air tidak tertahan lagi oleh udara naik ke puncak awan. Hujan turun menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik dan turun.
Temperatur massa udara yang turun ini lebih hambar dari udara sekelilingnya. Antara arus udara yang naik dan turun sanggup timbul arus geser yang memuntir, membentuk pusaran. Arus udara ini berputar semakin cepat, menyerupai sebuah siklon yang “menjilat” bumi sebagai angin puting beliung. Terkadang disertai hujan deras yang membentuk pancaran air (water spout). Pada fase terakhir tidak ada massa udara naik. Massa udara yang turun meluas di seluruh awan. Kondensasi berhenti. Udara yang turun melemah sampai berakhirlah pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb).
---o0o---