Al-Qur'an, Wacana Sidik Jari

Dalam bahasa Inggris, sidik jari disebut Finger Print, biasanya berbentuk garis-garis horizontal dan vertikal atau adonan keduanya dan juga ada bentuk lengkungan-lengkungannya. Semua insan di dunia satu sama lainnya diciptakan dengan sidik jari yang berbeda.  



Tidak ada sidik jari yang identik di dunia ini, sekalipun di antara dua saudara kembar. 

Dalam dunia sains pernah dikemukakan, bila ada 5 juta orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari insan yang sama gres akan terjadi lagi 300 tahun kemudian.


Proses identifikasi insan masih sulit dilakukan sebelum ditemukannya tanda pengenal pada sidik jari. Sejak itu, muncul ilmu Daktiloskopi, yang khusus mempelajari sidik jari. Namun, sejatinya, semenjak usang Islam melalui al-Qur’an telah menjelaskan dan merumuskan teori tersebut (biometrik). 

Sidik jari mulai diteliti secara ilmiah dan hasilnya dijadikan sebagai tanda pembeda identitas yaitu ketika Sir Francis Golt secara khusus melaksanakan riset perihal ini pada tahun 1880. Setelah melaksanakan risetnya, beliau menyampaikan bahwa tidak ada dua orang insan di dunia ini yang mempunyai bentuk sidik jari yang benar-benar sama. 

Pada perkembangannya, muncullah aneka macam alat teknologi sidik jari dengan sistem analisa elektronik. Alat ini pertama kali digunakan Federal Bureau Investigation (atau terkenal dengan sebutan FBI) di Amerika Serikat sekitar selesai era ke-19 atau tahun 60-an. FBI menggunakannya untuk mengetahui jati diri korban atau bahkan tersangkanya lewat jejak sidik jari yang biasanya tertinggal dalam kawasan kejadian.

Setelah itu, sidik jari tidak saja digunakan sebagai alat untuk mengungkap kriminalitas, tapi juga mulai memasuki ranah yang lain, seperti untuk mesin absensi, teknologi jalan masuk kontrol pintu, finger print data secure, aplikasi retail, sistem payment dan masih banyak lagi.

Seiring dengan itu, muncullah disiplin ilmu yang mempelajari sidik jari, yaitu Daktiloskopi. Yakni ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki. Daktiloskopi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dactylos yang berarti jari jemari atau garis jari, dan scopein yang artinya mengamati atau meneliti. Kemudian dari pengertian itu timbul istilah dalam bahasa Inggris, dactyloscopy yang kita kenal menjadi ilmu sidik jari.
Pertanyaannya: mengapa sidik jari mempunyai tugas yang demikian signifikan untuk “pembeda identitas”.


Karena sidik jari mempunyai beberapa sifat dan karakteristik, antara lain :


1. Pertama, parennial nature, yaitu adanya guratan-guratan pada sidik jari yang menempel pada insan yang bersifat seumur hidup. Karena itu, contoh sidik jari relatif gampang diklasifikasikan. Dalam sidik jari, ada pola-pola yang sanggup diklasifikasikan sehingga untuk aneka macam keperluan, contohnya pengukuran, gampang dilakukan.


2. Kedua, immutability, yang berarti bahwa sidik jari seseorang tak akan pernah berubah. Sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat. Sejak lahir, dewasa, hingga selesai hayat, contoh sidik jari seseorang bersifat tetap kecuali sebuah kondisi yaitu terjadi kecelakaan yang serius sehingga mengubah contoh sidik jari yang ada.  Hal ini berbeda dengan anggota badan lain yang senantiasa berubah, menyerupai bentuk wajah yang berubah seiring usia.



3. Ketiga, individuality, yang berarti keunikan sidik jari merupakan originalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun di muka bumi ini sekali pun pada seorang yang kembar identik. Dengan kata lain, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap orang. 



Kemungkinan contoh sidik jari sama yaitu 1:64.000.000.000, jadi tentunya hampir tidak mungkin ditemukan contoh sidik jari sama antara dua orang. Pola sidik jari di setiap tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di ibu jari akan berbeda dengan contoh sidik jari di telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking. Dengan tiga sifat dan abjad di atas, maka pantas bila sidik jari dijadikan sebagai alat pembeda identitas. Dan selama ini, cara ini sangat ampuh dalam mengungkap aneka macam kriminalitas di aneka macam penggalan dunia dan aneka macam kebutuhan lainnya.


Pada era ke-7 M, Al-Quran telah menyebutkan bahwa cap jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Al-Quran disebutkan gampang bagi Allah untuk menghidupkan insan sesudah kematiannya, pernyataan perihal cap jari insan secara khusus ditekankan dalam Al-Qur'an surat Al-Qiyamah ayat 75: 3-4 yaitu:

أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ ٣
بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ ٤
Artinya:
(3) Apakah insan mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? (4) Bukan demikian, bergotong-royong Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.


Menurut Harun Yahya dalam Pesona Al-Qur’an ketika menjelaskan ayat di atas menulis bahwa penitikberatan pada sidik jari mempunyai makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap orang yaitu khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di dunia ini mempunyai serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Itulah mengapa sidik jari digunakan sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.

Harun Yahya melanjutkan, sistem pengkodean lewat sidik jari ini sanggup disamakan dengan sistem arahan garis (barcode) sebagaimana yang digunakan ketika ini. Akan tetapi, ujarnya, yang penting yaitu bahwa keunikan sidik jari ini gres ditemukan di selesai era ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun, dalam al-Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari yang gres bisa dipahami di zaman sekarang.


Dan jauh hari sebelum Sir Francis Golt mengemukakan secara ilmiah perihal sidik jari, dokter Persia yang bernama Rashid al-Din Hamadani (1247-1318) bergotong-royong pernah menulis dalam Tawarikh, kalau pengalaman menyampaikan bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai jari persis sama.


Namun, para penentang kebenaran al-Qur’an selalu saja mencari celah. Dikatakan, bahwa konsep sidik jari bergotong-royong sudah diperkenalkan semenjak dulu sebelum Islam lahir. Di China, pada era ketiga SM, sidik jari sudah dijadikan sebagai bukti otentikasi pinjaman. Konon, pedagang Muslim Arab bernama Abu Zaid Hasan, ketika berkunjung ke China sebelum 851 CE, menyaksikan pedagang China memakai sidik jari untuk otentikasi pinjaman. Pada 650 CE, sejarawan China yang bernama Kia Kung-Yen mengatakan bahwa sidik jari sanggup digunakan sebagai alat otentikasi.
 
Terlepas dari adanya data terakhir ini, yang jelas, bagi kita sebagai umat Islam sangat besar hati dengan adanya kitab suci berjulukan al-Qur’an. Sejak 14 era yang lalu, al-Qur’an selalu otentik dipergunakan. Informasi-informasi ilmiah yang diberikannya selalu teruji hingga kapanpun, yang ketika itu belum disadari sama sekali oleh orang. Dengan kata lain, al-Qur’an yaitu bukti tertulis yang paling otentik yang bisa dijadikan sebagai tumpuan ilmiah dalam mengupas persoalan-persoalan teknologi zaman sekarang. Sedangkan bukti-bukti lain terkadang aus terkikis zaman atau hilang dan terbakar.


Subhanallah.


---0o0---

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel