Penyebab Pluto Tidak Lagi Dianggap Planet

Pluto
Mungkin banyak dari kita dulu ingat bahwa tata surya kita itu terdiri dari 9 planet, dan Pluto, ialah salah satunya. Tetapi kemudian, Pluto, tak dianggap lagi sebagai planet? Kenapa demikian?
Pluto ditemukan pada tahun 1930, oleh seorang astronom yang menduga bahwa ia telah berhasil menemukan planet ke-9 di tata surya kita, sesudah Neptunus. Pluto, untuk sebuah planet di tata surya kita, ukurannya memang terbilang kecil. Tetapi para astronom pada ketika itu, sangat yakin bahwa Pluto memang planet ke-9 di tata surya kita.

Sejak tahun 1992 pandangan tersebut perlahan-lahan mulai berubah ketika para astronom menyadari bahwa selepas orbit Neptunus terdapat sebuah kawasan orbit dimana didapati sekitar 70.000 objek kecil, beku berbalut es yang bergerak lambat mengorbit matahari.

Sekumpulan objek yang mengorbit pada kawasan yang lalu dinamai sebagai Sabuk Kuiper Belt itu lalu diberi sebutan sebagai Kuiper Belt Object (juga dikenal sebagai Trans Neptunian Object), mengambil nama seorang astronom Belanda-Amerika, Gerard P Kuiper yang pada tahun 1951 mempelopori gagasan bahwa tata surya kita mempunyai anggota yang letaknya sangat jauh. 

Akan halnya Pluto, objek yang belakangan diketahui mempunyai satelit alam yang dinamai Charon ini lalu menjadi ajang perdebatan diantara para astronom. Diantara semua planet anggota tata surya, Pluto memang memilki beberapa ciri yang ganjil. Selain ukurannya yang tergolong "mini" dibandingkan planet-planet lainnya, garis edarnya yang sangat lonjong juga eksentrik, dimana dalam periode tertentu garis edar Pluto memotong orbit Neptunus mengakibatkan Neptunus sebagai planet terluar dari tata surya. Pluto juga diketahui mempunyai massa yang sangat kecil, kurang lebih hanya 1/400 massa planet Bumi. Tidak heran, beberapa astronom lebih suka menggolongkan objek yang ditemukan oleh Clyde Tombaugh pada tahun 1930 menurut posisi yang diperhitungkan oleh Percival Lowell ini sebagai Objek Kuiper Belt yang terbesar diantara objek-objek sejenisnya. Walaupun masih menyisakan ketidak puasan, "krisis identitas" ini hasilnya mereda ketika pada bulan Februari 1999, The International Astronomical Union (IAU) menetapkan bahwa Pluto tetap digolongkan sebagai sebuah planet.
Kemudian permasalahannya muncul, ketika teleskop yang lebih canggih berhasil dikembangkan pada ketika itu. Dari hasil pengamatan, kita mengetahui bahwa Pluto, hanyalah salah satu dari berbagai objek langit yang berada di area yang berjulukan Kuiper Belt. Di Kuiper Belt ini terdapat sekitar 70.000 objek langit menyerupai Pluto. Salah satunya ialah Eris yang ukurannya lebih besar dari Pluto, dimana hasilnya itu membuat status Pluto sebagai planet dipertanyakan.
Banyaknya objek langit menyerupai Pluto di luar sana, membuat para astronom hasilnya membuat syarat untuk sebuah objek langit, sanggup disebut sebagai planet. Syarat pertama, ialah objek tersebut harus mengorbit matahari. Syarat yang kedua, objek tersebut harus berbentuk bundar sebagai menerangkan bahwa objek tersebut mempunyai gravitasi yang cukup kuat. Dan syarat yang terakhir ialah objek tersebut harus merupakan objek dengan gravitasi yang cukup besar lengan berkuasa sehingga sanggup membersihkan objek-objek lain dari orbitnya. Dan syarat terakhir inilah yang tak sanggup dipenuhi oleh Pluto yang malang.
Idealnya, Pluto harus membersihkan objek-objek lain disekitarnya, untuk sanggup disebut sebagai planet. Tetapi kemudian, untuk mengelompokkan planet-planet menyerupai Pluto ini, para astronom membuat sebutan khusus yang berjulukan “dwarf planet” atau planet kerdil.
Penampakan Pluto
Jadi, kita harus berterima kasih kepada Pluto, sebab faktanya sebelum kasus Pluto di tahun 2006 kita tidak mempunyai syarat spesifik untuk sebuah objek langit sanggup disebut sebagai planet. Dan mungkin saja, bila bukan sebab Pluto, objek berbentuk bundar apapun yang melayang di angkasa sanggup saja kita sebut sebagai planet. Dan menyerupai biasa, terima kasih.

--o0o--

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel