Al-Qur’An, Wacana Tuduhan Penyontekan Ayat


Al-Qur’an, Tentang Tuduhan Penyontekan Ayat  

Banyak dari kalangan non-muslim yang memang tidak memahami kandungan Al-Qur'an, menuding bahwa beberapa ayat didalam Al-Qur'an mengambil ayat-ayat yang ada pada Alkitab/Bible alias nyontek, sampai-sampai ada yang menyampaikan satu kisah yang sama namun nama pelakunya salah akhir copy paste alias salah nyontek, contohnya saja : kisah Tabut Perjanjian nabi Musa, kisah keluarga nabi Ibrahim maupun terhadap kaumnya, nama ayah dari Maryam (kakek dari Isa Almasih) dll., umumnya menyangkut ayat-ayat yang menceritakan perihal sejarah para nabi dan pengikutnya ataupun siapapun oknumnya sebagai pelaku sejarah pada zamannya, yang sesungguhnya semua klarifikasi yang dipaparkan Al-Qur'an cukup sebagai bukti-bukti Allah SWT sebagai peringatan semata untuk hamba-hamba-Nya. 

Cukuplah beralasan kalau didalam Al-Qur'an ada sedikit ayat-ayat yang boleh dikatakan menyerupai lantaran memang Allah pernah menurunkan kitab-kitabnya sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang mengalah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah ‘azza wa jalla dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” (al-Maidah: 44)

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad menyerupai mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (al- Baqarah: 146)

Koreksi Al-Qur'an Terhadap Al-Kitab/Bible

Kesimpulannya yakni Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir berfungsi sebagai penyempurna dan sekaligus sebagai korektor terhadap perubahan pada kitab suci sebelumnya, akhir dari masuknya otoritas insan ke dalam kesucian Al-Kitab. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an:


"Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, kemudian dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh laba yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akhir dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akhir dari apa yang mereka kerjakan". (QS. 2 : 79)
 

Jadi kita harus sanggup menunjukkan mana diantara isi Kitab Suci mereka itu yang masih sama dengan Al-Qur'an dan mana yang sudah dipalsukan. Hal itu hanya sanggup kita lakukan dengan bermodalkan pengetahuan kristologi.

Macam-macam Kitab yang diturunkan oleh Allah SWT 

Kitab yang diturunkan oleh Allah SWT ada 4 yakni Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur'an. Sebagai umat Muslim, kita wajib mengimani kitab-kitab tersebut bahwa pernah diturunkan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rasulnya, dan kitab-kitab tersebut diturunkan sesuai dengan bahasa kaumnya :


"Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia sanggup memberi klarifikasi dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Ibrahim [14] : 4) 


Kitab Taurat


Taurat berasal dari bahasa Ibrani yang mempunyai arti instruksi. Kitab Taurat ini menjadi salah satu kitab suci yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada nabi Musa as dalam bahasa Ibrani, sebagai petunjuk dan bimbingan untuknya serta bagi Bani Israil. Isi kitab Taurat dikenal dengan Ten commandements (10 hukum) atau sepuluh firman yang diterima oleh nabi Musa as di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai).

Sepuluh aturan tersebut berisikan asas keyakinan/akidah dan asas kebaktian/syari'ah, menyerupai :

        Hormati dan cintai Allah saja
        Sebutkan nama Allah dengan hormat
        Kuduskan hari Tuhan (hari ke 7 atau hari Sabtu)
        Hormati ibu dan bapakmu
        Jangan membunuh
        Jangan berbuat cabul
        Jangan mencuri
        Jangan berdusta
        Jangan ingin berbuat cabul
        Jangan ingin mempunyai barang orang lain dengan cara yang tidak halal

Catatan : Setelah perombakan terjadilah distorsi nama yaitu, Kitab Taurat atau Torah dalam bahasa Ibrani yakni lima kitab pertama Tanakh atau Alkitab Perjanjian Lama. Kitab Taurat dalam bahasa Yunani kuno disebut Pentateukh.

Kitab Zabur

Zabur berasal dari kata zabara-yazburu-zabr yang mempunyai arti menulis. Dalam makna yang asli, yakni kitab yang tertulis. Dalam bahasa Arab biasa dikenal dengan sebutan mazmur, dan dalam Bahasa Ibrani disebut dengan mizmar, yakni nyanyian rohani yang dianggap suci. Zabur disebut juga dengan nama Mazmur oleh umat Kristiani.

Kitab ini diturunkan oleh Allah SWT kepada kaum Bani Israil melalui utusannya yakni nabi Daud as dalam bahasa Qibthi, kitab Zabur tidak mengandung aturan perundangan. Kandungannya hanya mengenai perkabaran, cerita, zikir, doa dan hikmah-hikmah. Oleh lantaran itu, nabi Daud tidak mempunyai syariat tersendiri, ia dan umatnya hanya mengikut syariat yang dibawa oleh nabi Musa as.

Kitab Zabur berisikan kumpulan ayat yang dianggap suci. Ada 150 surat dalam Kitab Zabur yang tidak mengandung aturan namun hanya berisi nasehat, hikmah, kebanggaan dan sanjungan kepada Allah SWT.

Nyanyian rohani dalam garis besar yang disenandungkan oleh nabi Daud as dalam Kitab Zabur terdiri atas 5 macam :

        Nyanyian untuk memuji Tuhan
        Nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur
        Ratapan-ratapan jamaah
        Ratapan dan doa individu
        Nyanyian untuk raja

Catatan : Setelah perombakan terjadilah distorsi nama yaitu, Zabur (bahasa Arab: ) disamakan oleh sebagian ulama dengan Mazmur, yang berdasarkan Islam, yakni salah satu kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Qur'an (selain Taurat dan Injil). Istilah zabur yakni persamaan dengan istilah Ibranizimra, yang berarti: "lagu, musik."

Kitab Injil

Injil diwahyukan oleh Allah SWT kepada nabi Isa as. Kitab Injil yang orisinil ditulis dalam bahasa Suryani atau sering juga disebut bahasa Aramic. Diantara kandungannya yang utama ialah menyeru umat insan biar meng-Esakan Allah SWT.

Kitab Injil juga memberitakan akan kelahiran seorang nabi dan rasul mendatang yakni Muhammad SAW, menyerupai yang difirmankan Allah SWT :

“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad menyerupai mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (al- Baqarah: 146)

Catatan : Setelah perombakan terjadilah distorsi nama yaitu, Injil diserap melalui bahasa Yunani : euangelion - "kabar baik" atau "berita baik" atau "berita suka cita", dalam bahasa Inggrisnya disebut Gospel kependekan dari God-Spell yang berarti perkataan/firman Tuhan yakni istilah yang dipakai untuk menyebut keempat kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kitab-kitab tersebut adalah: Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil Yohanes. Asal-usul kata injil sendiri sesungguhnya dari bahasa Arab.

Kitab Al Qur'an

Al Qur'an diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan bahasa Arab. Al Qur'an tidak diturunkan sekaligus, akan tetapi secara berangsur-angsur.

Kurun waktu turun Al Qur'an kurang lebih 23 tahun atau tepatnya 22 tahun, 2 bulan, 22 hari. Terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat dan 325.345 huruf.

Wahyu pertama yakni surat Al Alaq ayat 1-5 yang diturunkan pada malam 17 bulan mulia tahun 610 Masehi di Gua Hira, dikala nabi Muhammad SAW sedang berkhalwat. Dengan diterimanya wahyu yang pertama ini, nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, yakni insan pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Dan mulai pada dikala itu, Rasulullah SAW diberikan kiprah oleh Allah SWT untuk memberikan risalahNya kepada seluruh umat manusia.

Al Qur'an yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW ini menghapus sebagian syariat yang ada pada kitab terdahulu dan melengkapinya. Ajaran yang termuat di dalam Al-Quran lengkap dan sempurna, ia tidak akan berubah dan kekal selama-lamanya bahkan ia tetap terpelihara oleh Allah. Al-Quran merupakan mukzijat nabi Muhammad saw yang terbesar dan kekal hingga simpulan zaman.

Al Qur’an lahir sebagai Mushodiq (membenarkan yang haq, mengkoreksi yang bathil). Sesuai yang tertera dalam Al Alquran bahwa kitab umat Islam yakni “Furqan” yaitu pembeda yang benar dan yang salah.

Catatan : Al-Qur'an yakni wahyu Allah ( 7:2 ) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw ( 17:88; 10:38 ) sebagai aliran hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20) dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi.

Terlepas dari tuduhan mencontek,.. disini terbukti bahwa Al Qur’an yakni benar-benar Kitab (ayat ayat) yang diturunkan oleh Tuhan yang sama, yaitu Tuhan yang mengutus nabi Musa as, Isa as dan para nabi lainnya.

Apalagi jikalau dikaitkan dengan nabi Muhammad merupakan seorang yang ummi alias buta huruf, dan kedatangannya memang sudah dinubuatkan dalam Taurat dan injil menyerupai yang terindikasi pada beberapa ayat yang dikutip dari Alkitab/Bible umat Kristiani :

Kejadian 49:10
Tongkat KERAJAAAN tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, hingga beliau tiba yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa.

Matius 21:43
Sebab itu, Aku (Yesus) berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.

Yesaya 29:12
dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak sanggup membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak sanggup membaca.”

Ayat-ayat ini sesuai dengan pemberitahuan Al-Qur'an yang difirmankan Allah SWT :

(Al A’raf :157)
"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, nabi yang ummi (tidak sanggup membaca) yang mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang jelek dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung".

Makara terang bahwa Al-Qur'an bukanlah buatan nabi Muhammad SAW apalagi menyontek, untuk membaca goresan pena bahasa arabnya saja nabi Muhammad tidak bisa, apalagi disuruh baca kitab yang bertuliskan bahasa Ibrani ataupun Aram. Dia hanya sanggup menerima, menangkap dan menghafal. Sedangkan pengabadian penulisannya beliau perintahkan pada para sahabatnya, salah satu yang terdekat yakni Zaid bin tSabit. 

 

Al-Qur’an, Tentang Tuduhan Penyontekan, diantaranya :

Banyak dari kalangan andal kitab menganggap informasi “satu hari yang kadarnya seribu tahun berdasarkan perhitunganmu” yakni menyontek dari Alkitab yang diturunkan beberapa era sebelum datangnya nabi Muhammad SAW.

Di dalam Alkitab, ada dua ayat yang dikatakan menyebutkan satu hari sama dengan seribu tahun, menyerupai halnya yang ada dalam surah As-Sajadah ayat 5 dan Al-Hajj ayat 47.

Kedua ayat dalam Alkitab/Bible yang dimaksud yakni :

[2 Petrus 3:8-9]
Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini dilarang kau lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama menyerupai seribu tahun dan seribu tahun sama menyerupai satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, lantaran Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.

[Mazmur 90:4]
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama menyerupai (satu) hari kemarin, apabila berlalu, atau menyerupai suatu giliran jaga di waktu malam.

Disini Penulis hanya ingin menerangkan, dalam 2 Petrus pasal 3 ayat 8 itu istilah “satu hari sama dengan seribu tahun” menunjukkan kesabaran Tuhan, bahwa Tuhan Maha Sabar, sebagaimana dijelaskan dalam ayat ke-9 selanjutnya.Oleh lantaran itu penulis 2 Petrus menambahkan “dan seribu tahun sama menyerupai satu hari”, mengindikasikan dihadapan Tuhan, baik sehari maupun seribu tahun, sama saja.

Jika, anggaplah, ayat tersebut pun mengindikasikan kecepatan cahaya sama menyerupai surah As-Sajadah ayat 5 diatas, berarti ayat alkitab di atas menyampaikan di satu sisi Tuhan bergerak dengan kecepatan cahaya (satu hari sama dengan seribu tahun) dan di satu sisi insan bergerak dengan kecepatan cahaya melebihi Tuhan (seribu tahun sama dengan satu hari) (perhatikan disini objeknya yakni Tuhan, sebagaimana Al-Hajj ayat 47, sehingga dalam pembahasan di atas tidak disamakan dengan kecepatan).

Ditambah lagi, dikala dimana 2 Petrus ini diturunkan, penanggalan yang dipergunakan yakni penanggalan matahari, yang membagi bulan berdasarkan perubahan trend dan ketetapan, yang sanggup diketahui dari sejarah pembentukan kalendar Julian/Gregorian, dimana penanggalan ini mempunyai hari bernilai antara 30 atau 31 hari per bulan kecuali Februari, bukan berdasarkan pengamatan sinodik dari fase bulan ke fase yang sama di bulan berikutnya.

Hal ini menjadikan apabila dipergunakan untuk menghitung kecepatan cahaya menyerupai As-Sajadah ayat 5, maka akan diperoleh hasil yang jauh berbeda. Sama halnya dengan Mazmur pasal 90 ayat 4 di atas, “seribu tahun di mata Tuhan, sama dengan satu hari (kemarin) dimata insan atau sama saja lamanya dengan lamanya giliran jaga insan di waktu malam”. Sehingga jikalau ayat ini dihubungkan dengan relativitas waktu, maka waktu disisi Tuhan terasa lebih cepat daripada waktu disisi manusia.

Pemilihan kata, selalu menjadi keajaiban Al-Qur’an, lantaran Allah maha Teliti. Untuk ayat-ayat mengenai waktu ini, kelebihan Al-Qur’an dalam hal ini yakni penambahan kata “menurut perhitunganmu”, yang mana sesuai pembahasan di atas, menunjukkan kecepatan (apabila memakai “menurut perhitunganmu” dengan objek malaikat atau relativitas waktu apabila objeknya Tuhan) atau relativitas waktu (jika tidak memakai “menurut perhitunganmu” dengan objek malaikat).


Untuk mengetahui lebih detail, silahkan baca : (Pertentangan Waktu Dalam Al-Qur’an)
atau baca buku Pembedahan Kitab Suci oleh: Dr. Maurice Bucaille, "anggapan bahwa Muhammad menggandakan suatu isi Alkitab/Bibel untuk menulis Al-Qur’an, semua itu tanpa bukti.” klik disini untuk baca.


Adakah Haman pada zaman Musa ?

Informasi Al-Qur’an yang menyebutkan Haman yang sezaman dengan Fir’aun dan Musa memperoleh kritikan dari beberapa kalangan andal kitab. Kalangan yang mengkritik ini menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW melaksanakan pencontekan terhadap Alkitab dan dalam pencontekan itu nabi “salah” mencontek.

Hal ini didasari atas : Alkitab tidak menceritakan adanya Haman pada zaman Fir’aun dan Musa, Alkitab menceritakan di dalam kitab Ester seorang perdana menteri raja Persia Ahasuerus berjulukan Haman, yang menindas kaum Yahudi di Persia dan berniat membinasakan seluruh kaum Yahudi di sana. Berdasarkan fakta di atas dikatakan bahwa Haman di dalam Al-Qur’an yakni hasil “salah contek” dari Haman di dalam Alkitab. Mengenai hal ini harap di perhatikan bahwa walaupun

Haman dalam Fir’aun dan Haman dalam kitab Ester sama-sama merupakan wakil atau orang kepercayaan Raja, namun setting atau kisah keduanya benar-benar berbeda. Fir’aun, beserta Haman, menindas kaum Yahudi di Mesir berdasarkan Al-Qur’an, sedangkan berdasarkan Alkitab, Ahasuerus sebagai raja Persia tidak menindas kaum Yahudi, akan tetapi Haman sang wakilnya lah yang sangat membenci dan menindas kaum Yahudi di Persia.

Informasi yang tidak ada di dalam Alkitab tetapi ada di dalam Al-Qur’an tentu saja tidak sanggup kemudian dijadikan kesimpulan bahwa Al-Qur’an itu salah. Baik Alkitab maupun Al-Qur’an, masing-masing mempunyai umat yang percaya akan kebenaran masing-masing kitab tersebut. Dalam mengambarkan kebenaran suatu kitab suci, tidak sanggup dengan cara membandingkan dengan kitab suci yang lain, lantaran kitab suci yang lain biasanya tidak dipercaya kebenarannya oleh pemegang kitab suci yang ingin dibandingkan tersebut. 


Dalam mengambarkan kebenaran Al-Qur’an misalnya, tidak sanggup dengan cara membandingkan dengan Alkitab, lantaran umat Muslim tidak percaya dengan apa yang disampaikan Alkitab, demikian pula sebaliknya.

Dalam mengambarkan kebenaran informasi yang disampaikan kitab suci sanggup dilakukan dengan membandingkan informasi yang ada di dalam kitab suci tersebut (self-reference) apakah ada kontradiksi atau tidak, atau dengan membandingan terhadap apa yang telah ditemukan oleh sains ilmu pengetahuan ataupun bukti-bukti sejarah yang ada, jikalau kaitannya mengenai sejarah.



Untuk mengetahui lebih detail, silahkan baca : (Haman dan Menara Yang Mencapai Langit)

Wallahu a’lam.

dari banyak sekali sumber.



-o0o-

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel