Al-Qur'an, Ihwal Teori Big-Bang
April 22, 2019
Edit
Allah berfirman:
"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui sebenarnya langit dan bumi itu keduanya dahulu ialah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?"(QS Al-Anbiya' : 30)
Kemudian kita pahami teori Big Bang (Ledakan Besar) sebagai berikut:
“Seluruh materi dan energi dalam alam semesta pernah bersatu membentuk sebuah bola raksasa. Kemudian bola raksasa ini meledak sehingga seluruh materi mengembang alasannya imbas energi ledakan yang sangat besar.”
Kata "ratq" yang di Surat Al-Anbiya 30 diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" dipakai untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" ialah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui kejadian pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah ialah salah satu kejadian yang diungkapkan dengan memakai kata ini.
Marilah kita kaji ayat ini kembali menurut pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi ialah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya kemudian terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal kejadian Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang ketika itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menjadikan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian kejadian tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.
Perhatikan juga kalimat: "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup"
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk flora bersel satu niscaya mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air ialah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, tidak mungkin ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Ketika kita bandingkan klarifikasi ayat tersebut dengan banyak sekali inovasi ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini gres terjadi di era ke-20. Sedangkan Al-Quran diwahyukan 1400 tahun yang lalu.
Perhatikan pula firman Allah ini:
“Dan langit itu Kami bangkit dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya kejadian Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan kejadian mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Teori Big Bang didukung oleh beberapa inovasi mutakhir. Pertama, inovasi Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi kawasan observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi kesimpualan bahwa banyak sekali galaksi saling menjauh dengan kecepatan hingga beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang. Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, kemudian membuatkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov beropini bahwa sesudah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya menerima hadiah nobel dari inovasi tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan kekal maka hydrogen di alam semesta telah habis bermetamorfosis helium.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan wacana efek perluasan tersebut sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.
Kini, kejadian Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi “keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh alasannya itu, sanggup diketahui bahwa galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang lalu.
Pertanyaanya sekarang; Ayat-ayat Al-Qur'an yang mana lagi yang ingin kalian sangkal?
SUBHANALLAH!
[Sumber: Islam Motivation | Islam menjawab Fitnah]